Pernyataan dan tindakan dari kedua belah pihak telah melibatkan perlindungan nilai dan interpretasi sejarah yang berbeda, yang dapat mempersulit upaya mencapai kesepakatan. Israel konsisten pada historisitas yang sebenarnya dan Arab-Palestina memperpendek historisitasnya terhitung mulai tahun 1948 atau paling tidak pada 1920-an ketika Inggeris menduduki wilayah Israel sekarang.
Benar bahwa solusi yang berkelanjutan dan adil memerlukan dialog, kompromi, dan kemauan politik dari semua pihak terlibat. Perdamaian di Timur Tengah adalah tujuan yang kompleks, dan berbagai perspektif serta sejarah yang beragam harus diperhatikan untuk mencapai solusi yang diterima oleh semua pihak.
Tapi Perang Gaza kali ini telah memberi pelajaran yang sangat berharga bagi Israel, bahwa eksistensinya sebagai sebuah negara yang memiliki sejarah panjang tak perlu harus terbungkuk-bungkuk lagi menunggu pengakuan dunia. Dengan diakuinya Israel di PBB sejak merdeka pada 1948, sebetulnya Israel sudah berhak secara total untuk menggugat revisionisme tak berdasar itu.
Untuk eksis selamanya tidak bisa tidak Israel harus belajar dari eksodus pertama, kedua dan ketiga ketika Roma menghancurkan Yerusalem dan mengusir bangsa Israel dari tanah airnya pada tahun 70, dan puncaknya Holocaust Nazi Jerman terhadap 6 juta jiwa bangsa Yahudi dalam PD II.
Joyogrand, Malang, Thu', Jan' 04, 2024.