Fakta sederhana adalah Yerusalem itu ibukota Israel. Ini bukan pendapat atau untuk diperdebatkan.
Yang paling gempar adalah dunia Arab. Hampir setiap negara, termasuk Yordania dan Mesir yang memiliki perjanjian damai formal dengan Israel telah menyuarakan keberatan atas pengumuman Trump. Arab Saudi, Turki, Iran dan lainnya telah mengritik Trump. PBB sedang menjadwalkan pertemuan darurat Dewan Keamanan. Tak ada yang mengejutkan. Kelompok teroris di seputar middle-east juga telah berancang-ancang akan melancarkan gelombang teror terbaru. Mahmoud Abbas, Presiden PA telah menyatakan "perang tak berujung" akan dimulai dan AS tidak lagi dipandang sebagai "perantara jujur" dari apa yang disebut "proses perdamaian".
Apakah London ibukota Britain? Apakah Paris ibukota Perancis? Jawabannya adalah Ya untuk keduanya. Jadi mengapa ada orang yang mempermasalahkan ketika Yerusalem disebut sebagai ibukota Israel?
Bagi mereka yang melihat langkah Trump sebagai merusak atau "membunuh" proses perdamaian, pertanyaannya proses perdamaian seperti apa yang diinginkan dunia Arab? Dua pemain kunci dalam proses perdamaian adalah PM Israel dan pemimpin Arab-Palestina. Mereka adalah orang-orang yang akan berpartisipasi dalam proses semacam itu.
Jika ada proses perdamaian aktual, akan ada negosiasi berkelanjutan mengenai isu-isu kunci yang membagi pihak-pihak yang terlibat. Namun Mahmoud Abbas telah menyatakan bahwa dia tidak akan pernah mengenali negara Yahudi Israel. Dia juga mengatakan bahwa orang-orang Yahudi tidak memiliki hubungan dengan Yerusalem. Ditambah lagi, dia menyangkal pernah ada Bait Suci Yahudi di Temple Mount. Bagaimana Israel seharusnya "menegosiasikan" haknya untuk eksis?
Abbas tinggal di dunia revisinya sendiri. Alkitab, catatan sejarah dan penggalian arkeologi yang tak terhitung jumlahnya membuktikan bahwa komentarnya benar-benar salah tanpa reserve.
Selanjutnya, seolah-olah tidak ada cukup alasan untuk mengkonfirmasi bahwa Abbas tidak tertarik pada proses perdamaian yang sejati, dia membayar gaji besar kepada teroris Arab-Palestina yang telah dipenjara karena membunuh orang Israel yang tidak berdosa. Dia menganggap pembayaran ini sebagai "tugas suci." Sebagian besar uang yang dia bayarkan kepada teroris berasal dari pembayar pajak AS dalam bentuk bantuan dari pemerintah AS.
Yerusalem memang menjadi ibukota Israel sejak pendiriannya pada tahun 1948. Fakta ini tidak dapat disangkal. Namun, isu terkait Yerusalem terkait revisionism yi mencakup hak dan aspirasi Arab-Palestina terhadap kota tsb, mencerminkan kompleksitas situasi.
Reaksi negatif dari dunia Arab dan beberapa negara terhadap pengumuman Trump menunjukkan sensitivitas isu ini. Beberapa pihak melihat pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel sebagai pelanggaran terhadap resolusi internasional dan potensi penghancuran proses perdamaian.
Pernyataan Mahmoud Abbas yang menolak mengakui Israel sebagai negara Yahudi dan menyangkal hubungan orang Yahudi dengan Yerusalem dapat merumitkan proses negosiasi.
Kesulitan untuk mencapai kesepakatan timbul jika pemimpin Arab Palestina tidak bersedia untuk mengakui hak eksistensi Israel.