Netizen Indonesia menggunakan istilah ini sebagai cara untuk menyindir atau bercanda mengenai ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan di negara mereka. Hal ini mencakup berbagai aspek, seperti harapan terhadap perkembangan teknologi, ekonomi, atau keamanan.
Istilah-istilah ini muncul dalam bentuk meme atau lelucon di media sosial. Ini adalah cara di mana netizen dapat mengekspresikan pendapat atau perasaan mereka secara kreatif dan humoris tentang berbagai aspek kehidupan atau situasi yang mereka alami.
Netizen Indonesia akhir-akhir ini juga suka sekali menyebut negerinya sebagai negeri Konoha.
Ini terkait dengan budaya populer dan referensi terhadap waralaba manga dan anime Jepang yang sangat populer, yaitu "Naruto." Konoha, atau lebih dikenal sebagai Konohagakure, adalah desa ninja fiksi dalam dunia Naruto.
Bermula dari kecintaan masyarakat Indonesia terhadap manga dan anime, yang telah menjadi bagian penting dari budaya populer di negara ini. Netizen kemudian menciptakan referensi atau meme berdasarkan elemen-elemen yang mereka sukai dari karya-karya budaya populer tsb.
Dalam konteks "Naruto," Konoha adalah desa ninja yang dianggap kuat dan memiliki sejarah yang kaya. Boleh jadi Netizen Indonesia menggunakan istilah "Konoha" sebagai bentuk kiasan atau simbol untuk menggambarkan kebanggaan, daya juang, atau sifat-sifat positif lainnya yang mereka hubungkan dengan karakteristik desa ninja tsb.
Dalam konteks antropologi politik dan sosiologi politik, penggunaan peristilahan seperti Konoha, Wakanda, dan Republik Pisang dapat dianalisis sebagai ekspresi budaya politik dan identitas kolektif di masyarakat.
Simbolisme dan Identitas Kolektif
Istilah-istilah ini dapat dianggap sebagai simbol-simbol yang merepresentasikan nilai, aspirasi, atau identitas tertentu di masyarakat. Misalnya, Konoha bisa mewakili kekuatan dan semangat perjuangan, sementara Republik Pisang bisa mencerminkan ketidakpuasan terhadap stabilitas politik.
Budaya Populer dan Globalisasi
Penggunaan referensi dari manga, anime, atau film seperti Naruto dan Black Panther dapat dilihat sebagai contoh bagaimana budaya populer global dapat mempengaruhi cara masyarakat lokal menyampaikan pesan politik. Hal ini mencerminkan adanya keterkaitan antara budaya lokal dan global dalam dunia modern.