Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengenang Gustavo Gutierrez : Godfather of Liberation Theology

16 Desember 2023   14:13 Diperbarui: 16 Desember 2023   14:13 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan artis, seorang guru spritual di tengah komunitasnya yg beragam. Foto : Dikolase dari equinasemorythinks.com

Gutirrez sendiri menggambarkan visi tsb dengan cukup gamblang. Teologi pembebasan adalah tentang Tuhan. Kasih Tuhan dan kehidupan Tuhan, pada akhirnya, adalah satu-satunya tema dari Teologi Pembebasan.

Pendeknya, tema yang membentuk tulisan Gutirrez dari awal hingga akhir adalah kemurahan hati Tuhan. Karunia kasih yang cuma-cuma ini, yang terutama dinyatakan dalam anugerah Yesus Kristus, adalah penerimaan total Allah terhadap setiap umat manusia tanpa memperhatikan kondisi moral atau spiritual mereka.

Tanpa gratifikasi, Alkitab tidak ada artinya, begitu pula tantangan keadilan dan komitmen teguh terhadap masyarakat miskin. Fokus Gutierrez bukanlah kesukarelaan, altruisme, atau humanisme. Baginya iman yang adil adalah respon terhadap Tuhan yang lebih dulu mengasihi kita. Gratifikasi mengungkapkan cinta yang menjadikan manusia utuh, dan tanpa cinta, tidak ada spiritualitas Kristiani, tidak ada kehidupan manusia yang sejati.

Dalam kata-kata Gutierrez "yang terpenting adalah Tuhan mencintai dunia dan mencintai mereka yang paling miskin di dalamnya."

Teologi Pembebasan, seperti yang diungkapkan dalam buku "A Theology of Liberation: History, Politics, Salvation" karya Gustavo Gutirrez, adalah suatu pendekatan teologis yang berfokus pada kemerdekaan dan pembebasan manusia dari segala bentuk penindasan dan ketidakadilan. Gutirrez, seorang teolog Katolik dan filsuf asal Peru, mengembangkan konsep ini terutama dengan merespons ketidaksetaraan sosial dan penderitaan rakyat miskin di Amerika Latin.

Beberapa aspek kunci dari teologi pembebasan Gutierrez terkait pemahaman akan peran pembebasan dalam ajaran Kristen, serta panggilan untuk berpartisipasi aktif dalam perubahan sosial dan politik demi mewujudkan keadilan sosial.

Beberapa poin penting yang bisa dilihat dari perspektif ini antara lain kritik terhadap Struktur Ketidakadilan. Teologi pembebasan menyoroti dan mengkritik struktur ketidakadilan ekonomi dan sosial yang menyebabkan penderitaan dan kesenjangan. Ini adalah kecaman terhadap sistem yang mengeksploitasi orang miskin dan menguntungkan kelompok yang berkuasa. Pentingnya Aksi Sosial, dimana Gutierrez menekankan pentingnya aksi sosial dalam mewujudkan pembebasan. Ini mencakup partisipasi aktif dalam perjuangan untuk keadilan sosial dan politik. Teologi pembebasan mendorong umat Kristen untuk tidak hanya merenungkan iman mereka, tetapi juga mengubah dunia sekitar mereka. Pentingnya Perspektif Orang Miskin. Teologi pembebasan mengambil sudut pandang orang miskin sebagai titik tolak utama. Gutierrez menekankan bahwa Allah memiliki preferensi khusus terhadap orang miskin, dan oleh karena itu, orang Kristen harus mengutamakan pelayanan kepada mereka. Integrasi Agama dan Politik, Gutirrez menyatukan dimensi agama dan politik dalam teologinya. Ia percaya bahwa iman Kristen harus tercermin dalam tindakan politik yang bertujuan menciptakan masyarakat yang lebih adil.

Teologi pembebasan, seperti yang diwakili oleh Gutirrez, mendapat dukungan besar di kalangan aktivis sosial dan teolog Kristen yang mendukung upaya pembebasan dan perubahan sosial.

Isu tentang hubungan antara Gustavo Gutierrez, teologi pembebasan, dan Marxisme memang seringkali menjadi sumber kontroversi dan interpretasi yang berbeda. Sejumlah kritikus Gutierrez memandang teologi pembebasan sebagai pandangan yang terlalu dekat dengan Marxisme, bahkan dianggap sebagai bentuk "Marxisme dengan topeng agama." Sementara itu, Gutirrez sendiri telah berulang kali menegaskan bahwa teologi pembebasan bukanlah bentuk agama yang bersifat sekuler atau terkait dengan materialisme dialektis Marxisme.

Untuk meletakkan persoalan ini secara proporsional dalam konteks masyarakat now, sekurangnya ada 4 konteks yang harus dicermati.

Keterkaitan dengan Konteks Sejarah. Gutirrez mengembangkan teologi pembebasan pada era di mana banyak negara di Amerika Latin mengalami ketidaksetaraan sosial yang ekstrem, penindasan politik, dan ketidakadilan ekonomi. Dalam konteks ini, teologi pembebasan muncul sebagai respons terhadap kebutuhan untuk memperjuangkan keadilan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun