Beberapa negara penerima dikhawatirkan dapat terjebak dalam utang yang berlebihan, yang pada akhirnya dapat memberikan pengaruh dan kendali yang lebih besar kepada China atas ekonomi dan kebijakan dalam negeri mereka.
China menolak klaim "jebakan utang" ini. Ditegaskan bahwa pinjaman yang diberikan bersifat saling menguntungkan dan berdasarkan persetujuan antara pihak-pihak yang terlibat. China juga menegaskan bahwa proyek-proyek ini bertujuan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan infrastruktur di negara-negara penerima.
Tidak semua proyek atau pinjaman dari China dapat digeneralisasi sebagai "jebakan utang," dan analisis terhadap setiap kasus harus dilakukan secara cermat. Beberapa analis Barat telah mengkritik klaim "jebakan utang" sebagai berlebihan dan menyatakan bahwa lebih banyak transparansi dan pertanggungjawaban diperlukan untuk memahami sepenuhnya dampak dari investasi dan pinjaman China di berbagai negara.
Menurut Statistik Utang Internasional Bank Dunia, pada akhir tahun 2020, kreditor komersial dan multilateral masing-masing menyumbang 40 persen dan 34 persen utang luar negeri publik di 82 negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Kreditor resmi bilateral mengambil porsi 26 persen dan China kurang dari 10 persen.
Betapa pentingnya memahami sumber-sumber utang luar negeri bagi negara-negara berkembang. Pada akhir tahun 2020, data Statistik Utang Internasional Bank Dunia menunjukkan bahwa kreditor komersial dan multilateral memiliki peran yang signifikan dalam menyumbang utang luar negeri publik di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.
Kreditor komersial, yang umumnya melibatkan lembaga keuangan swasta, seperti bank-bank internasional atau lembaga keuangan lainnya, menyumbang sekitar 40 persen dari total utang luar negeri publik. Ini mencerminkan keterlibatan sektor swasta dalam memberikan pinjaman kepada negara-negara berkembang.
Lembaga-lembaga multilateral, seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, dan badan-badan pembangunan regional, menyumbang sekitar 34 persen dari total utang luar negeri publik. Utang yang diberikan oleh lembaga-lembaga ini seringkali terkait dengan proyek-proyek pembangunan dan program-program reformasi ekonomi.
Kreditor resmi bilateral, yang mencakup pemberi pinjaman pemerintah, menyumbang sekitar 26 persen dari total utang luar negeri publik. Ini mencakup pinjaman yang diberikan oleh pemerintah satu negara kepada pemerintah negara lain.
Dalam konteks ini, disebutkan bahwa utang dari China kurang dari 10 persen dari total utang luar negeri publik. Hal ini menunjukkan bahwa, setidaknya pada tahun 2020, China tidak menjadi kreditor terbesar bagi negara-negara berkembang dalam hal utang luar negeri - Lih english.news.cn dalam https://tinyurl.com/ymqgn67t
Diplomasi perangkap utang merupakan ciri khas negara-negara Barat, dimana bantuan dan pinjamannya berbunga tinggi dengan ikatan politik yang kuat. Barat banyak disalahkan atas banyaknya utang yang menumpuk di beberapa negara berkembang selama beberapa dekade terakhir.