Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Bendera Israel dan Bendera Arab-Palestina di Bitung Kawanua

28 November 2023   17:11 Diperbarui: 28 November 2023   17:50 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bendera Israel dan Arab-Palestina di Bitung Kawanua

Nama Ormas Manguni Makasiouw tiba-tiba berkibar di seluruh nusantara. Saya pun mencoba cari tahu ada apa ini. Oalah ternyata keributan yang dipicu oleh konflik Israel Vs Arab-Palestina. Padahal barisan dukung Arab-Palestina sudah berhari-hari demo di Monas Jakarta.

Ormas Manguni atau "burung hantu" ini jauh sebelum kejadian sudah membuat surat ke Polres Bitung agar tidak mengizinkan adanya aksi Bela Arab-Palestina di kota Bitung. Argumen mereka nanti ada keributan yang mengganggu keamanan. Meski sudah diingatkan demikian, bahkan di laman facebook Marco Karundeng yang adalah salah satu anggota ormas tsb, mereka pun sudah menyatakan jangan ada gerakan yang beratribut Islam yang melakukan aksi Bela Arab-Palestina. Itu menyakitkan karena tak sesuai dengan kenyataannya. Kami akan bertindak kalau itu tetap dilakukan, kata Marco.

Sayang warning ini tak digubris. Gerakan solidaritas Muslim Bitung pun bergerak dalam aksi damai pada 25 Nopember ybl, mereka mengibarkan bendera Tauhid dan bendera Arab-Palestina. Tak ayal ormas Manguni Makasiouw pun bergerak dengan mengibarkan bendera tandingan yi bendera Israel dan berujung ada 1 tewas dan 2 luka-luka.

Korban dari massa pro-Palestina, yakni Anto. Dia mengalami penganiayaan hingga terluka parah dan kritis. Satu unit mobil ambulans juga dirusak. Kaca-kacanya dipecahkan dan kendaraannya dijungkir-balikkan. Kemudian bendera Tauhid dan bendera Arab-Palestina juga dirobek dan dibakar oleh para penyerang tsb.

Sebagai tanggapan dari aksi penyerangan yang dilakukan oleh ormas Manguni Makasiouw pada sore hari, bentrokan kembali terjadi pada malam hari di jalanan pusat kota Bitung, massa yang terdiri dari Laskar Muslim Bitung dan organisasi Islam lainnya berkumpul dan melakukan penyisiran ke posko-posko Ormas Manguni Makasiouw. Pada aksi balasan ini, 1 orang dari pihak Manguni Makasiouw tewas terkena anak panah di kepala. Korban bernama Elvis Wagey (64 tahun), seorang tetua adat (tonaas) Minahasa yang berasal dari Kelurahan Watulambot, Kecamatan Tondano Barat, Kabupaten Minahasa.

Kemudian di malam hari setelah situasi kembali kondusif, perwakilan dari dua kelompok massa tsb menyatakan kesepakatan damai yang dilakukan di area Stadion Duasudara. Kesepakatan ini diinisiasi oleh Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Bitung dan Badan Kerjasama Antar Umat Beragama Kota Bitung. Sebelum menandatangani kesepakatan damai, dua perwakilan kelompok massa ini melakukan dialog yang dimoderatori oleh Walikota Bitung, Maurits Mantiri dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kota Bitung serta pemuka agama setempat.

Yang disesalkan kemudian adalah ekor dari peristiwa ini yang terkesan banyak di pelintir agar berkepanjangan. Kalau dilihat di trending X (d/h Twitter), kita melihat betapa provokatifnya suara-suara yang merasa tidak puas, mulai dari mendesak kepolisian agar segera membubarkan ormas Manguni Makasiouw yang dikatakan sebagai laknat dan antek-antek Yahudi, termasuk menangkap para pelaku tindakan kekerasan terhadap solidaritas Muslim Bela Arab-Palestina dst dst, sementara penangkapan para pelaku kekerasan serupa dari pihak solidaritas Muslim Bitung tidak disebut.

Kita tahu selama ini banyak kesalahkaprahan soal cara kita merespon konflik Israel Vs Arab-Palestina. Negara misalnya masih sangat terikat dengan pembukaan UUD 45 yang menolak setiap penjajahan di muka bumi ini. Meski konstitusi kita menganut asas terbuka sebagaimana halnya ideologi Pancasila, tapi sampai sejauh ini kita tak berdaya karena belum pernah membahas secara komprehensif apa yang dimaksud dalam pembukaan tsb, apakah Arab-Palestina yang sudah merdeka sejak 1988 tetap kita sebut sebagai dijajah Israel karena tuntutan orang Arab disini harus termasuk Yerusalem, baru mereka puas, meski PBB sudah mewanti-wanti bahwa Yerusalem ada di bawah otoritas Kerajaan Yordania dan bukan di bawah otoritas Israel yang hanya berwenang soal keamanan saja.

Bagi kuping Kristiani dimanapun, ini terdengar aneh. Mereka memang tidak pernah menyuarakannya. Mengapa? Budaya Judeo-Kristiani adalah jawabnya. Bukan berarti kalangan Kristiani pro Israel. Oh No. Tapi tiada Kristiani tanpa Yahudi, karena Kristiani akarnya memang kitab Yahudi yang disebut dalam Bible sebagai Perjanjian Lama, sedangkan keimanan Kristiani terdapat dalam Injil Kristus. Arab sungguh tak ada dalam kamus mereka. Mereka hanya tahu Yerusalem itu milik abadi Israel dan bukan milik orang Arab. Itu yang sudah diyakini mereka sejak misi dan zending pertama datang ke negeri ini yang tentu jauh lebih tua dibandingkan kemerdekaan Arab-Palestina pada 1988.

Kita lihat misalnya saudara kita Lukman Doloksaribu di tanah Batak yang belum  lama ini ditangkap Polda Sumut. Dalam snack video ybs mengatakan : "Selamat sore, habisi saja itu rumahsakit Indonesia itu ya. Hai kaum Arab-Palestina, lebih baik kau mati bunuh diri daripada Israel bunuh kamu, ya, sedikit-sedikit kamu kaitkan ke agama, habisi itu muslim semua," kata pria tsb.

Di tanah Batak ada Kristen disebelah utara dan ada Muslim di sebelah selatan Toba. Keduanya adalah orang Batak. Lukman pastinya tidak memperuntukkan snack video di atas untuk saudara-saudaranya di selatan. Tidak. Ia hanya kesal sebentar-sebentar demo dan demo disertai pengatasnamaan agama tertentu. Emang kebenaran hanya dia yang punya. Maka kali ini tak ada reserved Lukman Doloksaribu melampiaskan kemarahannya di snack video. Masabodohlah, bagaimanapun aku pasti ditangkap nanti, pikirnya.

Saya juga teringat Panglima Panji Yoshua James Sumendap di Sulawesi utara. Tugas pokok Panji Yoshua adalah melindungi gereja. Apabila ada gangguan dari luar dan pernyataan-pernyataan yang menyakiti jemaat dan gereja, maka Panji Yoshua akan tampil di depan melakukan pembelaan. Pembelaan ini terlihat, ketika ada pernyataan satu warga negara asing (orang Amerika) yang menyakiti  gereja dan jemaat. Lasykar Yoshua langsung mengeluarkan pernyataan yang jelas, tapi karena gereja juga mengajarkan kasih dan warganegara asing itu telah menyampaikan permintaan maaf. Atas petunjuk sinode dan Walikota Bitung Maurits Mantiri yang dalam hal ini adalah Penatua di GMIM, maka James dkk memaafkan orang itu, tetapi kami mengingatkan bagi siapapun yang menyakiti gereja dan jemaat, Panji Yoshua akan berdiri paling depan untuk melakukan pembelaan. Kepada pihak Sinode kami mengingatkan jangan begitu mudah memaafkan, karena ini adalah kehormatan gereja - Lih pernyataan James Sumendap dalam https://www.facebook.com/watch/?ref=saved&v=877621167001141

Pernyataan James adalah untuk merespon sikap seorang warganegara AS yang dinilai vulgar ketika gereja setempat menggunakan TOA untuk sebuah kepentingan gereja. Kan tidak setiap hari gereja berTOA-TOA. Jadi bukan dalam kaitan dengan kericuhan Lasykar Manguni Makasiouw Vs Lasykar Muslim Bela Arab-Palestina -- Lih pernyataan James Sumendap dalam  https://www.facebook.com/watch/?ref=saved&v=877621167001141koq

Berbelok lebih ke ujung timur yi bumi Papua. Di pulau besar yang satu ini sudah lama berkibar bendera Israel. Lha koq bisa? Lagi-lagi soal Judeo-Kristiani. Tak ada istilah Yesus disalibkan oleh Yahudi, maka umat Kristiani harus bela Arab-Palestina dan memusuhi Yahudi. Tidak. Keyakinan anak-anak Papua sama dengan keyakinan anak-anak Toba, anak-anak Manado, anak-anak Flores, anak-anak NTT dan anak-anak Kristiani Kalimantan bahwa Arab tak ada dalam kamus mereka. Arab-Palestina lebih lagi, sebab yang mereka tahu Palestina itu adalah orang Filistin yang sudah lama punah. Mereka heran koq orang Arab ngotot disebut Palestina.

Adalah benar Ketum PB NU Gus Yaqut atau Yahya Cholil Staquf yang meminta agar masyarakat tidak membawa konflik Arab-Palestina dan Israel kedalam isu pertentangan agama. Menurutnya, konflik tsb merupakan tragedi kemanusiaan dan pelanggaran HAM. Hal ini dikatakannya menanggapi adanya bentrok antara massa pro Arab-Palestina dengan salah satu ormas di Bitung, Sulawesi Utara ... kita minta sungguh-sungguh supaya masyarakat tidak membawa isu tentang konflik di Palestina ke dalam isu pertentangan agama. Jangan sampai. Itu berbahaya sekali, dan tidak sepatutnya dilakukan, Demikian Gus Yahya belum lama ini di sela acara International Summit of Religious Authority (ISORA) di Jakpus.

Ia juga mengatakan, seluruh umat beragama justeru harus berkonsolidasi menangani masalah ini. Oleh karena itu, ia meminta semua pemangku kepentingan untuk berkonsentrasi mencari jalan keluar, bukan hanya marah-marah dan bentrok, walaupun setiap orang memiliki kecenderungan emosional atau sentimen kepada pihak-pihak tertentu. "Kalau ikut-ikutan marah, yang ini marah demi ini, yang situ marah demi yang lain, tidak ada jalan keluar. Orang tetap menderita, manusia-manusia tetap mati di sana. Apakah itu orang Arab-Palestina maupun Yahudi," ujar Gus Yahya. Selanjutnya, ia meminta warga Bitung, Sulawesi Utara, untuk menghentikan kekerasan yang mengakibatkan bentrok beberapa waktu lalu. Selain itu, Gus Yahya meminta warga dan kader-kader NU Sulawesi Utara untuk berperan aktif meredakan ketegangan di Bitung. Caranya dengan merajut dialog di antara kelompok-kelompok yang berbeda supaya kembali terjalin hubungan yang harmonis. "Mari kita berkonsentrasi dalam konsolidasi untuk mencari jalan keluar. Maka saya sungguh minta, kepada masyarakat khususnya di Bitung, untuk menghentikan segala aksi kekerasan. Itu sama sekali tidak ada gunanya. Sama sekali tidak menolong siapa-siapa, kita hanya menyakiti diri sendiri," kata Gus Yahya -- Lih nasional.kompas.com dalam https://tinyurl.com/yp5anef5

Konflik Israel Vs Arab-Palestina bagi orang Indonesia tak ubahnya kuman di seberang lautan, tapi Gajah di pelupuk mata yaitu saling pengertian tentang mindset masing-masing tak pernah tahu. Bagaimana mungkin seorang Kristen yang berakar pada Judeo-Kristiani meyakini bahwa orang Palestina adalah orang Arab yang mengklaim Yerusalem adalah milik orang Arab. Sementara begitu pula kalangan Muslim yang tak mengerti mengapa orang Yahudi yang adalah pembunuh Yesus didukung kalangan Kristiani di negeri ini.

Di negeri ini, tak cukup banyak orang yang merasakan bahwa konflik tsb terasa jauh dan sulit dimengerti, sementara persepsi dan pemahaman masyarakat bisa sangat bervariasi.

Orang Kristen memiliki pandangan positif terhadap Israel karena konsep "Tanah Perjanjian" dalam Alkitab, di mana Yerusalem dianggap sebagai kota suci bagi agama Kristen. Mereka mendukung klaim Israel terhadap Yerusalem karena hubungannya dengan peristiwa-peristiwa dalam Alkitab.

Di sisi lain, umat Islam mungkin merasa empati terhadap rakyat Arab-Palestina, melihat mereka sebagai korban dari konflik yang berlarut-larut dan menganggap Yerusalem sebagai salah satu kota suci Islam.

Orang Kristen lebih melihat sejarah Israel dan pendirian negara Israel sebagai pemenuhan nubuat-nubuat dalam Alkitab. Mereka memandang Israel sebagai tempat yang memiliki hubungan khusus dengan Tuhan.

Sebaliknya, perspektif Muslim lebih fokus pada sejarah pendudukan dan pengusiran penduduk Arab-Palestina serta pembentukan negara Israel pada tahun 1948, yang dianggap sebagai sumber konflik dan ketidakadilan.

Orang Kristen dan Yahudi mendukung Israel karena pandangan politik yang pro-Israel, melihatnya sebagai sekutu strategis dalam kawasan yang kompleks.

Di sisi lain, kalangan Muslim mendukung hak Arab-Palestina untuk memiliki negara mereka sendiri dan melihat Israel sebagai pihak yang harus bertanggungjawab atas tindakan mereka terhadap penduduk Arab-Palestina.

Orang Kristen mendapatkan informasi mereka tentang konflik ini melalui sumber-sumber yang bersimpati terhadap Israel.

Sebaliknya, kalangan Muslim mendapatkan perspektif yang lebih kritis terhadap Israel melalui sumber-sumber yang bersimpati terhadap Arab-Palestina.

Tidaklah mungkin untuk merumuskan satu pandangan yang mewakili semua individu. Saya pikir, pendidikan, dialog, dan saling pengertian yang jauh lebih maju akan dapat membantu meredakan ketegangan dan membangun jembatan antara perbedaan pandangan di negeri ini. Bisakah itu? Sejauh masih ada yang berakalsehat, pasti bisa, kecuali sebuah kegilaan yang tak tersembuhkan karena fanatisme buta.

Aku hanya bisa tercenung keletihan betapa lebay negeriku ini. Konflik Israel Vs Arab-Palestina tak ubahnya kuman di seberang lautan, tapi Gajah di pelupuk mata yi saling pengertian tentang mindset masing-masing tak pernah tahu. Opo ora edan kui cak ..

Joyogrand, Malang, Tue', Nov' 28, 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun