Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyusutan Agama Tradisional dan Agama Terkuno di Dunia

19 Agustus 2023   18:21 Diperbarui: 19 Agustus 2023   18:31 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Modernisasi Administrasi. Penyusutan jumlah penganut agama-agama tradisional dalam administrasi seperti mencantumkan agama dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) disebabkan oleh berbagai alasan, termasuk peraturan pemerintah, ketidakjelasan identitas, atau alasan pribadi.

Kemungkinan Isolasi. Beberapa komunitas agama tradisional mungkin menghadapi isolasi geografis atau sosial yang menghambat pertukaran budaya dan akses ke sumberdaya yang dapat membantu kelangsungan ajaran mereka.

Meskipun tantangan ini nyata, banyak orang dan kelompok di Indonesia yang berusaha untuk melestarikan dan mempromosikan agama-agama tradisional, serta nilai-nilai budaya yang terkait. Upaya ini termasuk pendidikan, dokumentasi, acara-acara budaya, dan advokasi untuk pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak agama tradisional.

Indonesia sebagai negara dengan keberagaman agama dan budaya yang kaya, telah memastikan dalam konstitusinya bahwa agama tradisional ntah itu Malim, Wiwitan, Kejawen, Marapu, Kaharingan dst dst yang disebut sebagai aliran kepercayaan itu sama setara dengan 5 agama resmi yang diakui negara yi Islam, Kristen-Katholik, Buddha, Hindu dan Kong Hu Tju.

Mari dalam ultah kemerdekaan RI yang ke-78 ini masyarakat dan pemerintah semakin memperkuat kerjasamanya dalam menghargai, melindungi, dan mempromosikan keragaman agama dan budaya, termasuk agama-agama tradisional, sebagai bagian dari identitas nasional Indonesia. Jangan kita sampai memperpanjang kerancuan kita dalam memahami sesuatu karena tercemar Polusi Budaya dalam bahasa-bahasa vulgar yang sangat bertentangan dengan moralitas dan etika mendasar baik dari agama-agama tradisional kita maupun agama impor seperti Islam, Kristen-Katholik, Buddha, Hindu dan Kong Hu Tju.

Mari menggerungkan itu jauh dari cara Rocky Gerung di akhir kepemimpinan Pakde kita Jokowi sampai 17 Agustus yad di IKN Nusantara, Sepaku, Kalimantan timur.

Joyogrand, Malang, Sat', August 19, 2023

Penganut Zoroaster dalam upacara keagamaan
Penganut Zoroaster dalam upacara keagamaan "Athravan" di benteng Arbil di wilayah otonomi Kurdi di Irak. Foto : fanack.com, Safin Hamed/AFP

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun