Melankolis adalah suasana hati atau perasaan yang cenderung sedih, hampa, dan murung. Sebagai kata benda atau kata sifat, melankolis adalah kata untuk roh yang paling suram. Menjadi melankolis berarti seseorang diliputi kesedihan, atau ybs terbungkus dalam pikiran sedih.
Arti dan makna melankolis seperti yang disenandungkan Freddie Mercury, tersirat bahwa kita tidak menangani situasi psikologis atau kejiwaan, tetapi masalah spiritual. Ada pertanyaan di sini tentang sesuatu yang berkaitan erat dengan kedalaman sifat manusia.
Di kedalaman manusia, belenggu batin mengikat segala sesuatu yang bertindak bebas, yang bergerak dan menghasilkan serangkaian karya. Ketegasan keputusan, kekuatan konsepsi yang jelas dan tajam, dan keberanian menghadapi situasi, semua ini menjadi bombastis dan dalam kebimbangan. Manusia tidak lagi dapat menguasai hidupnya. Dia tertinggal dalam perjuangan mendesak. Peristiwa menumpuk di sekelilingnya, dan dia tidak lagi melihat jalannya dengan jelas. Dia berlama-lama mengerjakan satu tugas. Sementara masalah kian menumpuk di hadapannya seperti gunung yang tak bisa didaki.
Istilah ini dapat didefinisikan dan dianalisis dari berbagai perspektif. Melancholy blues Freddie Mercury misalnya Itu bisa saja dinyatakan sekadar puisi seorang musisi/penulis lagu yang biasa atau terbiasa menyenandungkan kecengengan cinta, kekonyolan hidup, rasa memiliki yang over dst.
Tapi melankolis pada hakekatnya adalah rasa yang teraduk sedemikian rupa di kedalaman diri kita, di kedalaman masyarakat, di kedalaman semua-semua yang terhubung dengan warna-warni kemanusiaan kita.
Dari perspektif psikologis, melankolis merupakan salah satu dari empat tipe kepribadian menurut teori kepribadian Hippocrates-Galen. Tipe kepribadian melankolis diasosiasikan dengan sifat-sifat seperti pemikiran mendalam, reflektif, perfeksionis, sensitif, cenderung terlalu kritis pada diri sendiri dan orang lain, serta cenderung merasa cemas atau murung. Orang dengan tipe kepribadian melankolis cenderung mengungkapkan perasaan mereka dalam suasana hati yang cenderung sedih atau hambar.
Dari perspektif sosiologis, melankolis dapat dipahami sebagai reaksi individu atau kelompok terhadap berbagai aspek dalam masyarakat yang menyebabkan perasaan hampa, sedih, atau sedih. Faktor-faktor sosiologis seperti ketidakadilan sosial, ketidaksetaraan, perubahan budaya yang cepat, isolasi sosial, dan tekanan sosial dapat mempengaruhi suasana hati dan perasaan melankolis pada tingkat individu maupun kelompok. Selain itu, norma-norma sosial dan ekspektasi masyarakat juga dapat mempengaruhi cara individu mengekspresikan perasaan melankolis dan mendapatkan dukungan sosial.
Dari perspektif teologis, melankolis dapat diartikan sebagai kondisi jiwa yang mencerminkan ketidakpuasan atau kerinduan spiritual. Dalam beberapa tradisi agama, melankolis dapat dihubungkan dengan perasaan kehilangan arah hidup, krisis eksistensial, atau perasaan terasing dari Tuhan atau makna hidup. Perspektif ini dapat memberikan pandangan tentang bagaimana individu mencari makna dan koneksi spiritual dalam suasana hati melankolis, serta mencari pemulihan atau penyembuhan melalui dukungan agama atau spiritualitas.
Tidak semua orang mengalami suasana melankolis dengan cara yang sama. Lihat Freddie Mercury, betapa mungkin rocker garang bersuara sopran ini menjadi melankolis begitu karena kecengengan sebuah cinta, seakan sang rocker dirasa perlu mencari bantuan atau dukungan jangan sampai perasaan melankolis itu berdampak negatif pada kesejahteraan emosional dan psikologis seorang Freddie.
Terlepas  dari senandung melodious rocker Queen Freddie Mercury dalam Melancholy Blues, kita sontak terkejut mendengar gelegar bom yang begitu horrific ketika Nietzsche mengatakan semangat melankolis ini tak ubahnya "Iblis", karena perasaan, semangat dan kekuatan untuk bangkit dan berlari dari titik itu dipandang sebagai nilai-nilai tertinggi yang diyakini.
Pernyataan Nietzsche tentang semangat melankolis sebagai Iblis, merujuk pada pemahamannya tentang dua aspek manusia yang sangat berbeda, yaitu "semangat apolonia" dan "semangat dionisia". Pandangan ini diperkenalkan oleh Nietzsche dalam karyanya yang terkenal, "The Birth of Tragedy".