Monster Modernitas, Penyucian dan Kasih Illahi
Sadar atau tidak dalam keseharian kita di samping menggunakan istilah slank lokal seperti jancuk, anjay, "begu antuk" dll, kita juga sering menggunakan istilah asing yang bahkan telah menjadi kosa kata dalam bahasa slank kita, misalnya "monster".
Kata "monster" merujuk pada makhluk yang memiliki sifat atau penampilan yang menakutkan atau aneh. Asal-usul kata "monster" berasal dari bahasa Latin "monstrum", yang berarti "fenomena atau tanda yang luar biasa" atau "makhluk yang tidak wajar atau aneh". Secara etimologis, kata tersebut terkait dengan kata Latin "monere", yang berarti "memberitahu" atau "mengingatkan", dan "monstrare", yang berarti "menunjukkan" atau "memperlihatkan".
Dalam perspektif psikologis, pandangan tentang monster berkaitan dengan konsep ketakutan, ancaman, dan ketidakmampuan untuk memahami atau mengendalikan sesuatu yang tidak lazim atau tidak wajar. Monster sering digambarkan sebagai makhluk yang menakutkan atau mengerikan, yang dapat memicu rasa takut, kecemasan, atau ketidaknyamanan pada individu. Dalam psikologi, monster sering kali mewakili aspek-aspek dalam diri kita yang dianggap mengerikan atau tidak dapat diterima, seperti kegelapan dalam pikiran atau naluri primordial.
Dalam perspektif sosiologis, pemahaman tentang monster terkait dengan konstruksi sosial dan budaya. Monster seringkali digunakan untuk membedakan atau memarginalkan individu atau kelompok yang dianggap berbeda atau menyimpang dari norma sosial yang diterima. Pandangan sosial tentang monster mempengaruhi interaksi dan persepsi terhadap individu atau kelompok tertentu. Terkadang, konsep monster juga dapat digunakan dalam konteks politik atau sebagai alat propaganda untuk menggambarkan musuh atau ancaman yang dianggap mengancam tatanan sosial yang ada.
Dalam perspektif teologis, monster seringkali dikaitkan dengan kekuatan jahat atau setan. Dalam berbagai kepercayaan dan agama, monster mewakili simbol-simbol kejahatan, kekuatan gelap, atau dosa. Mereka dianggap sebagai manifestasi fisik atau spiritual dari kejahatan atau ancaman supernatural.
Kita sekarang hidup di zaman likuiditas dan diri yang kosong. Era modernitas yang serba cair dan narsisme yang meluas sekarang ini membawa serta ketakutan yang khas dan karenanya monsternya khas pula?
Dalam konteks era modernitas yang serba cair dan narsisme yang meluas, ada argumen hal ini memunculkan ketakutan yang khas dan menghasilkan konsep monster yang berbeda.
Monster dalam Modernitas yang Serba Cair
Zaman likuiditas, sebuah istilah yang dikemukakan oleh sosiolog Zygmunt Bauman, merujuk pada karakteristik masyarakat modern yang ditandai oleh perubahan cepat, ketidakpastian, dan ketidakstabilan. Dalam era ini, norma-norma dan nilai-nilai menjadi lebih fleksibel, dan batasan-batasan tradisional semakin terkikis. Ketidakpastian dan perubahan yang cepat ini memunculkan ketakutan dan kecemasan di antara individu.