Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Monster Modernitas, Penyucian dan Kasih Ilahi

15 Juli 2023   15:44 Diperbarui: 15 Juli 2023   15:50 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan thn 1700, ilustrasi Monster menghampiri kita di kelelapan tidur malam. Foto : churchlifejournal.nd.edu, dipetik dari John Henry Fuseli.

Interpretasi ini memberikan lapisan ke dalam tema-tema yang dihadirkan oleh novel tersebut dan menggambarkan kompleksitas kondisi manusia dalam menghadapi perubahan zaman.

Bram Stoker, boleh jadi secara tidak sengaja, menyoroti kontras antara vampir dan konsumsi Ekaristi, yang pertama meminum darah untuk mendominasi dan bertahan hidup secara fisik, versus yang terakhir, yang merupakan penerimaan pemberian diri Ilahi untuk hidup abadi.

Tapi poin yang lebih besar adalah fakta "permeabilitas" tubuh, baik melalui kekerasan dan kedengkian (dalam kasus vampir) maupun melalui sains, semuanya dilambangkan dengan darah. Dan fakta ini menimbulkan pertanyaan tentang permeabilities orang tersebut.

Poin tentang permeabilitas tubuh, baik melalui kekerasan dan kedengkian vampir maupun melalui sains, menyoroti aspek yang menarik dalam konteks simbolisme darah. Dalam kaitannya dengan vampir, darah digunakan untuk menyampaikan ide tentang penetrasi, dominasi, dan pemisahan tubuh manusia. Vampir mengambil darah manusia secara fisik, melalui kekerasan dan kedengkian, untuk mempertahankan hidup mereka sendiri.

Di sisi lain, sains dan kemajuan medis juga mengungkapkan permeabilitas tubuh dalam cara yang berbeda. Penemuan seperti sistem peredaran darah yang dipelajari oleh William Harvey membuka pandangan baru tentang bagaimana tubuh kita saling terhubung dan berinteraksi melalui darah. Ini mencerminkan pemahaman bahwa tubuh manusia adalah entitas yang kompleks dan terhubung secara internal.

Pertanyaan tentang permeabilitas seseorang mengajukan pertanyaan tentang sejauh mana seseorang terbuka terhadap pengaruh luar, baik itu kekerasan dan kedengkian yang mencerminkan kejahatan vampir, maupun pengaruh positif yang datang melalui penerimaan pemberian diri ilahi dalam konteks konsumsi Ekaristi. Hal ini mengajukan pertanyaan tentang batas, identitas, dan kemampuan individu untuk menjaga integritas fisik dan spiritual mereka dalam menghadapi pengaruh eksternal.

Melalui simbolisme darah, terlihat dalam awal modernitas hingga sekarang kompleksitas kondisi manusia, pergulatan antara kekuatan dan kelemahan, serta pertanyaan mengenai identitas, penetrasi, dan pengaruh yang kita hadapi dalam kehidupan kita.

Vampir muncul dalam imajiner sosial, sistem politik dan ekonomi dikritik dalam istilah "penghisap darah" dan "vampir". Marx sangat ahli dalam menggunakan metafora dalam Das Kapital. Itu adalah kerja mati, seperti vampir, hidup hanya dengan menghisap kerja hidup, dan semakin hidup, semakin banyak kerja yang dihisapnya, kata Marx. Ia menekankan keyakinannya bahwa modal menyedot kehidupan dari tenaga kerja dan membiarkannya mati.

Dalam karya-karya Marx, terutama dalam Das Kapital, penggunaan metafora vampir untuk menggambarkan sistem ekonomi dan politik tertentu memberikan pemahaman kritis tentang eksploitasi tenaga kerja oleh modal.

Marx menggunakan metafora vampir untuk menjelaskan bagaimana modal "hidup" dengan menghisap kerja hidup. Modal adalah "kerja mati" yang bergantung pada tenaga kerja hidup untuk mempertahankan dirinya. Semakin banyak modal menghisap kerja hidup, semakin banyak tenaga kerja yang "mati" atau dieksploitasi dalam proses produksi.

Dalam pemahaman ini, vampir adalah simbol eksploitasi kapitalis yang tidak hanya mengambil nilai dari tenaga kerja, tetapi juga menghisap vitalitas dan kehidupan dari para pekerja. Metafora ini menyoroti ketidakadilan dalam distribusi kekayaan dan kekuasaan dalam sistem kapitalis, di mana para pekerja cenderung menjadi korban dari eksploitasi oleh kaum modal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun