Kemunculan novel Dracula karya Bram Stoker (1897) juga sangat penting terkait simbolisme darahnya. Novel ini merenungkan mobilitas aneh dari darah kehidupan literal kita dan kerentanannya terhadap kehilangan karena pelanggaran terhadap kontur kita yang tampaknya kokoh.
Sebelumnya Charles Dickens telah melontarkan anonimitas di tengah industrialisasi yang dalam hal ini menciptakan kengerian baru yang menjadi tema sentral pasca revolusi industri di Inggeris dan Eropa.
Stoker mengakui Jack the Ripper adalah sumber novel tersebut. Dalam bergulat dengan realitas baru seperti itu, buku ini juga menengok ke masa lalu di mana darah berarti batas kelas yang kokoh. Oleh karena itu, novel ini menghadirkan darah sebagai modernitas padat dan cair yang mengangkang.
Simbolisme darah memainkan peran penting dalam menggambarkan tema-tema tersebut. Darah melambangkan kehidupan, vitalitas, serta aspek-aspek kekuatan dan kelemahan manusia. Di samping itu darah juga mencerminkan perubahan dan pergeseran dalam konteks sosial dan budaya pada masa itu.
Mobilitas dan kerentanan darah
Darah sebagai cairan kehidupan literal kita mewakili kemampuan untuk bergerak, beradaptasi, dan berinteraksi dengan lingkungan. Namun, darah juga menunjukkan kerentanan kita terhadap kehilangan, seperti ketika darah disedot oleh Dracula. Ini menggambarkan pelanggaran terhadap batasan tubuh dan identitas kita yang tampaknya kokoh. Simbolisme darah menggarisbawahi kerentanan manusia di hadapan ancaman dan pengaruh yang dapat mengubah atau menghisap vitalitas kita.
Sebelumnya Charles Dickens melontarkan anonimitas dan kengerian industrialisasi menjadi tema sentral pasca revolusi industri di Inggeris dan Eropa.
Kemudian dating Stoker dengan penggambaran Dracula sebagai sosok misterius dan tak dikenal mencerminkan ketakutan terhadap anonimitas dan kejahatan yang tersembunyi di balik wajah manusia yang tampak normal. Simbolisme darah menggambarkan pelanggaran privasi dan keselamatan kita di tengah masyarakat yang semakin tanpa wajah.
Batas kelas di masa lalu
Bram Stoker menyoroti batas kelas yang kokoh dalam novel Dracula melalui penggambaran darah. Pada masa lalu, darah sering digunakan sebagai simbol batas kelas dan perbedaan sosial. Dalam Dracula, simbolisme darah menghadirkan konflik antara aristokrasi vampir dan kelas pekerja manusia. Darah sebagai representasi kehidupan dan kekuasaan digunakan untuk mempertanyakan hierarki sosial dan mengeksplorasi ambisi serta penindasan kelas.
Secara keseluruhan, simbolisme darah mencerminkan pergeseran sosial, kerentanan manusia, ketakutan akan anonimitas, serta pertanyaan tentang batas kelas dan perbedaan sosial. Darah sebagai simbol modernitas padat dan cair menggambarkan dinamika yang kompleks dalam konteks sosial, budaya, dan identitas manusia.