Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Dakwaan terhadap Trump dan Dampaknya terhadap Dunia

8 April 2023   15:06 Diperbarui: 8 April 2023   15:10 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sketsa Donald Trump di ruang pengadilan. Foto : Sketsa Elizabeth Williams, scrippsnews.com

Dakwaan Terhadap Trump dan Dampaknya Terhadap Dunia

Mantan Presiden AS ke-45, Donald Trump berurusan dengan hukum. Ia dikenakan 34 dakwaan dari sejumlah kasus yang terjadi sejak Pilpres AS 2016, mulai dari suap hingga pemalsuan catatan bisnis.

Dunia tak terlalu terkejut karena sejak Pilpres 2016, AS memang diliputi paradoks yi sudah sampai dimana mereka. Apakah harus sibuk terus ngurusi dunia atau kembali ke internal AS dimana kejahatan semakin membengkak karena arus drug yang tak terbendung dari Amerika Latin, khususnya Mexico dan Colombia. Sampai banyak orang AS yang mengidolakan Pablo Escobar dan El Chapo ketimbang mengidolakan pemimpinnya sendiri.

Sementara Republik dan Demokrat yang sedang bertarung dalam Pilpres AS sibuk dengan agenda kampanye mereka. Demokrat misalnya bekoar besar tentang keterlibatan Rusia dalam Pilpres AS dalam pemenangan Trump. Tuduhan yang tak pernah terbukti. Republik bekoar besar tentang merosotnya pengaruh AS di pentas global, karena faktor Obama dan Demokrat.

Hiruk-pikuk Exercise of Power di AS tak bedanya dengan percaturan kekuasaan di negara demokrasi manapun di dunia ini, termasuk Indonesia yang selalu digaduhkan politik identitas. Yang penting capres yang dijagokan bisa meraup suara sebesar-besarnya dari konstituen. Itulah demokrasi kini yang ujung-ujungnya cenderung oligarkis.

Begitu lengser dari kepresidenannya pada Januari 2020 yang diwarnai kericuhan para pendukungnya yang mendemo kecurangan Demokrat di Capitol Hill, Trump yang menuding kecurangan Demokrat itu tak lama kemudian didakwa si penghasut yang mencoba menggagalkan Biden menjadi presiden AS. 

Trump berbalik menyemprot tudingan itu sebagai kejahatan politik yang mencoba melegitimasi hasil pemilu yang curang. Setelah dibebaskan dari gembok pembungkamannya selama 2 tahun ini, termasuk oleh media facebook dan twitter, Trump yang dulu gagal dituntut kini diperhadapkan dengan tuntutan lain yang telah memberi Joe Biden tema yang disukainya sekarang yi kebutuhan untuk memperkuat institusi demokrasi.

Pada tahun-tahun sejak Donald Trump pertama kali berkampanye untuk Kepresidenan, dia telah diselidiki untuk segala jenis pelanggaran, yang tidak dapat ditembus, dan setiap kali ditekan dia selalu berusaha untuk kembali ke jalurnya. Pada 25 Maret, beberapa hari setelah Trump mengatakan bahwa dia akan segera ditangkap, menyusul dakwaan di New York, dia memulai kembali kampanye untuk Pilpres 2024 dengan rapat umum di Waco, Texas. Kampanye Trump kali ini persis di lokasi warga yang tidak mempercayai pemerintah, dan unjuk rasa yang terjadi saat itu menjadi kecaman terhadap Departemen Kehakiman.

Bagi Trump, meminta dukungan dan mengeluarkan ancaman terhadap legitimasi proses demokrasi sekarang seringkali merupakan hal yang sama. Setelah sebelumnya menyebut Jaksa Distrik Manhattan, Alvin Bragg, "korup", Trump juga memperingatkan "potensi kematian dan kehancuran" jika dia didakwa.

Jika ancaman Trump itu dimaksudkan untuk mencegah penuntutan, itu sementara ini tidak berhasil. Trump tetap didakwa, dan akan diadili oleh jaksa Bragg. Tidak ada mantan Presiden AS yang pernah menghadapi tuntutan pidana seperti itu, kecuali pembunuhan politik seperti pada Abraham Lincoln dan John Fitzgerald Kennedy. Trump akan menghadapi puluhan dakwaan. Banyak hal tentang kasus ini masih belum diketahui. Dakwaan kemungkinan akan tetap disegel sampai tiba masa persidangan yang pasti, tetapi tim Bragg telah menyelidiki dugaan pembayaran kepada mantan pemain film dewasa Stormy Daniels selama kampanye 2016.

Stormy Daniels ditekan untuk mengungkapkan secara terbuka bahwa dia pernah tidur dengan Trump yang ketika itu sudah menikah. Trump menyangkal hubungan sex ini dan segala kesalahannya terkait kampanye.

Ini bukanlah penyelidikan terberat terhadap Trump, termasuk campur tangannya dalam pemilu, kesalahan penanganan secret file atau materi rahasia, dan menghasut unjuk rasa berdarah pada 6 Januari 2020 di Capitol Hill. Sejauh ini publik hanya tahu sedikit tentang pembelaan yang akan diajukan oleh pengacaranya. Tetapi jika dakwaan tsb tidak menyelesaikan masalah yang lebih besar tentang kesalahan atau ketidakbersalahan Trump, atau mengkalibrasi efek politik dari tuduhan terhadapnya, itu berarti exercise of power bagi Trump dan Republik dalam Pilpres AS 2024 akan terus berlanjut.

Salah satu efek kampanye Trump terhadap investigasi dan legitimasi pemilu 2020 telah memberi Joe Biden tema yang disukai Demokrat, yi kebutuhan untuk memperkuat institusi demokrasi melawan calon otoriter di dalam negeri dan otoriter aktual di luar negeri. Perang penaklukan Vladimir Putin di Ukraina, dan kengerian yang meluas yang ditimbulkannya, juga telah memberikan dorongan.

Presiden Biden belum lama ini mengadakan KTT virtual untuk mengangkat setinggi-tingginya tema itu. Pada sesi breakout dimana para kepala negara membahas tantangan terhadap demokrasi seperti korupsi dan misinformasi, dan parade digital dimana banyak orang sangat berkuasa di dunia ini seperti Emmanuel Macron dan Volodymyr Zelensky.

Presiden Siprus, Nikos Christodoulides, mengutip Aristoteles : Demokrasi muncul dari gagasan bahwa mereka yang setara dalam segala hal adalah setara dalam segala hal. Mungkin petikan itu baru saja dicomot dari dokumen words ajudannya, tinggal dibuka jika dibutuhkan dalam berinteraksi virtual. 

Dan Biden sendiri, menekankan bahwa idealisme demokrasi semacam itu sedang bangkit kembali. Dia mengatakan telah menyelenggarakan KTT pertama semacam itu, pada tahun 2021, sebagai tanggapan atas tuduhan bahwa demokrasi tidak lagi bekerja di AS. Sekarang, katanya, tuduhan itu telah dijawab bahwa Demokrat berhasil karena telah bekerja keras untuk menegakkan kembali demokrasi di AS.

Benarkah demokrasi sedang bangkit kembali? Faktanya agak suram, tidak seperti yang diinginkan Presiden, baik di dalam maupun luar negeri. Bahkan di antara para pemimpin yang muncul di puncak kekuasaan sekarang yang memberikan kesaksian dalam KTT virtual itu, ada beberapa kasus kemunafikan yang jelas. Di antaranya yang pertama berbicara adalah PM India, Narendra Modi, yang baru saja mengirim saingannya ke penjara selama dua tahun, dengan tuduhan pencemaran nama baik yang terdengar lemah. 

Meski demikian, Modi mengatakan nilai-nilai demokrasi liberal dalam konstitusi India terus menjadi mercusuar harapan bagi negara lain. Tak lama kemudian, kamera beralih ke PM Israel, Benjamin Netanyahu, yang terdengar sedikit tidak sabar, dan berkata, "Israel adalah, dan akan selalu tetap berdemokrasi liberal, dengan hak yang sama untuk semua orang." Sementara Bibi tengah berkampanye untuk melucuti sebagian kekuasaan peradilan Israel dalam rangka melegitimasi pemukiman Israel di tepi barat, bahkan Bibi sendiri sudah lama dituding melakukan penipuan, penyuapan, dan pelanggaran kepercayaan, tuduhan yang selama ini dia bantah.

Pendakian Bibi menuju kekuasaan otoriter ini telah memicu protes massa dan pemogokan umum, pemogokan pasukan cadangan militer, bahkan memicu kemungkinan perang saudara. Pengunjuk rasa Israel meneriakkan, "demokrasi atau pemberontakan."

AS tidak seekstrim itu memang, tapi berhutang pada hasil pemilu 2019, pada pengadilan yang menolak mengusutnya lebih jauh, dan pada kekokohan pejabat pemilu yang coba ditekan oleh Trump untuk membatalkan pemilu. Biden bagaimanapun masih harus menjawabnya. 

Tak heran Gedung putih sedang menyelidiki upaya Trump pada Pilpres 2019 lalu yang meminta pejabat pemilihan di negara bagian untuk "menemukan", seperti yang tercatat dikatakannya, lebih dari sebelas ribu suara dikorup. Kasus itu dan penyelidikan yang dilakukan oleh jaksa federal di Washington, DC, adalah garda terdepan serangan terhadap demokrasi, dan yang taruhannya tampaknya paling tinggi.

Tetapi perbedaan teoretis antara tantangan Trump terhadap tatanan konstitusional dan kasus yang tampaknya berpusat pada uang suap mungkin tidak terlalu menjadi masalah di lapangan. Beberapa saat setelah berita dakwaan tersiar, Partai Republik sekali lagi merapatkan barisan di sekitar Trump, mencela Bragg karena membuat keputusan politik daripada keputusan penuntutan. 

Ron DeSantis mengatakan bahwa, sebagai Gubernur Florida, tempat dimana Trump sekarang tinggal, dia tidak akan menghormati permintaan ekstradisi, meski pengacara Trump sebelumnya mengatakan dia akan menyerah terhadap dakwaan, So, pembicaraan tentang ekstradisi boleh jadi hanyalah trick politik.

Adalah naif untuk berpikir bahwa kasus tentang kejahatan yang lebih ringan akan dapat menimbulkan reaksi politik yang lebih tenang. Alih-alih, situasinya tidak jauh berbeda dengan pasca pemilu 2019, dimana jenis tekanan politik yang tak terduga bertumpu pada ketepatan bukti yang disajikan dan pada keadilan pelaksanaan penyidikan jenis tindakan birokrasi biasa yang mempertahankan demokrasi.

Tim hukum mantan Presiden Donald Trump hanya memiliki waktu sekitar empat bulan untuk mengajukan mosi apa pun dalam dakwaan atas 34 kejahatannya, termasuk permintaan untuk membatalkan tuduhan  atau memindahkan tempat persidangan.

Pembelaan Trump akan menghabiskan waktu beberapa bulan ke depan untuk mendapatkan akses ke materi yang digunakan jaksa wilayah dalam dakwaan,  termasuk dokumentasi yang digunakan jaksa penuntut.

Hakim diperkirakan akan memutuskan mosi tsb pada sidang tatap muka berikutnya pada bulan Desember yad, dimana dia juga akan menetapkan tanggal persidangan.

Yang pasti, Trump dituduh memalsukan catatan bisnis untuk menutupi pembayaran uang tutup mulut dari pengacara Michael Cohen kepada bintang film dewasa Stormy Daniels. Kesepakatan itu diduga dirancang untuk menyembunyikan skandal seks  pada pemilu 2016 dengan membungkam klaim perselingkuhannya.

Jaksa wilayah juga menuduh Trump salah mengartikan pembayaran untuk keperluan pajak dan mendiskusikan pembayaran kembali dengan Cohen di gedung putih. Skema tsb melanggar undang-undang pemilu New York yang menjadikannya kejahatan untuk berkonspirasi mempromosikan pencalonan dengan cara yang melanggar hukum, kata Jaksa Distrik Manhattan Alvin Bragg. Pembayaran US $ 130.000 melebihi batas kontribusi kampanye federal, tambahnya -- lih Kellan Howell dan Alexandra Miller dalam https://tinyurl.com/2yml79h5

Surat dakwaan setebal 16 halaman mencantumkan masing-masing dugaan catatan bisnis palsu sebagai hitungan terpisah, tanpa menyebutkan potensi kejahatan yang ingin ditutupi oleh entri tersebut.

Trump harus menunggu hingga Desember untuk sidang tatap muka berikutnya, menyiapkan persidangan potensial pada Januari 2024 yad, di jantung proses pencalonan Partai Republik.

Tetapi sebagian besar ahli hukum percaya bahwa dakwaan Bragg terhadap Trump adalah "novel", yang merupakan kode untuk mengatakan bahwa tidak ada banyak preseden hukum.

Berarti Bragg akan mengandalkan teori hukum yang sebagian besar belum teruji untuk menghukum mantan presiden.

Konsensus di antara para ahli hukum bahwa kasus ini mungkin sulit untuk dibuktikan oleh Jaksa penuntut. Ini hanya berdasarkan teori.

Hakim tidak memaksa pembungkaman Trump dalam kasus tsb, tetapi dia mengingatkan Trump untuk tidak membuat komentar yang menghasut atau dapat menyebabkan kerusuhan sipil.

Meski begitu, setelah penampilannya pada pengadilan perdana yang tidak mencolok itu, Trump kembali ke bentuk agresif dalam pidatonya di Mar-a-Lago. Penjahatnya adalah jaksa wilayah karena dia secara ilegal membocorkan sejumlah besar informasi dewan juri tentang siapa yang harus diadili atau minimal dia harus mengundurkan diri, demikian Trump.

Kalau soal mantan pemimpin diadili, Israel pernah mengalaminya (lih Ehud Olmert), bahkan Malaysia juga pernah. Hanya kalau di timur, banyak hal yang ditutupi tentang itu, kecuali Israel yang memang sangat demokratis, karena warganya didominasi warga kosmopolitan kelas satu pindahan dari seluruh dunia.

Di AS hanya Trump yang pernah diadili karena kasus pidana. Yang lainnya normal-normal saja, turun alami tanpa kegaduhan apapun, kecuali segelintir mantan Presiden yang mati terbunuh karena alasan politik yang hidden sejauh ini seperti John Fitzgerald Kennedy dan Abraham Lincoln.

Teringat Trump teringat pula akan obsesinya untuk membangun tembok pemisah ribuan kilometer di perbatasan AS dengan Mexico, guna mencegah arus imigran gelap dari Amerika latin, khususnya perdagangan narkoba lintas batas negara yang sangat merugikan dan menghancurkan AS sejauh ini, dan juga teringat bagaimana Trump adalah seorang figur yang dapat berdialog dengan Kim Jong Un sekalipiun, termasuk dengan Vladimir Putin dan Xi Jinping. 

Trump pernah juga menggemparkan ketika mendrone mati seorang jenderal Iran yang dituding menghasut pemberontakan di Irak. Bahkan Trump sempat disanjung tokoh-tokoh Taliban Afghanistan sebagai pemimpin barat yang unik.

Akhirnya kalaupun Trump jadi diadili karena tekanan politis - setidaknya pada awal tahun 2024 yad - yang begitu kuat dari the ruling party, dalam hal ini Partai Demokrat, maka ini tidak terlalu berdampak terhadap dunia, karena multi krisis yang dihadapi dunia sekarang ini ibarat bakal persalinan Ibu Hamil Tua menuju tatanan dunia yang serba baru pasca krisis Ukraina. Maka sangat menyakitkan, bertele-tele dan penuh darah.

Dunia yang dipelopori Rusia dan China tidak lagi bersandar pada figur atau apapun dari barat kecuali bersandar pada hubungan internasional yang multi polar.

Kasus Trump hanya - mengutip istilah Batak -- "manggulmit" atau beresonansi di bumi AS saja dan tidak untuk dunia.

Joyogrand, Malang, Sat', Apr' 08, 2023.

Sketsa Donald Trump di ruang pengadilan. Foto : Sketsa Elizabeth Williams, scrippsnews.com
Sketsa Donald Trump di ruang pengadilan. Foto : Sketsa Elizabeth Williams, scrippsnews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun