Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Thucydides dan Kindleberger Trap sebagai Metamfetamin Pemicu Hegemonisme AS dan Barat

6 Maret 2023   17:56 Diperbarui: 6 Maret 2023   18:01 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tatanan internasional pasca PD II sering digambarkan sebagai produk AS. Negara-negara pemenang, AS dan sekutunya, memaksakan kehendak mereka ke seluruh dunia, merumuskan institusi dan norma yang melayani kepentingan mereka dan memastikan supremasi mereka di pentas global.

AS dan Barat menganggap diri mereka sebagai jubir komunitas internasional dan terbiasa melabeli beberapa negara dengan label diskriminatif seperti "Evil Empire", "Axis of Evil", "Rogue State" dan "Failed State" untuk membedakan barat yang beradab dengan non barat yang biadab.

Sambil menjelekkan negara lain, mereka menganggap diri mereka sebagai wasit moral dunia. Mereka selalu tampil di depan layar dan menarasikan dengan lantang tentang kebebasan dan demokrasi, sementara mereka menghancurkan Timorleste, menghancurkan Irak, Syria dan Libya, memprovokasi Tibet, dan sok mediator yang punya kuasa besar di middle-east dll.

Konflik Rusia-Ukraina, yang pecah di bawah penyanderaan AS dan Nato tentang keamanan global, digambarkan oleh beberapa politisi Barat sebagai Epik Demokrasi Vs Otokrasi. Tidak hanya itu, Nato juga menggunakan kata tantangan untuk menggambarkan China untuk pertama kalinya secara keliru dengan klaim sesat bahwa China menantang kepentingan, keamanan, dan nilai-nilai Nato, dan China cenderung bergabung dengan Rusia untuk merusak tatanan internasional berbasis aturan.

Dari James Monroe yang dikenal dengan Doktrin Monroe-nya, hingga Theodore Roosevelt yang mengklaim bahwa setiap perluasan peradaban menghasilkan perdamaian, hingga Joe Biden yang menggembar-gemborkan demokrasi dan kebebasan saat ini, elit politik AS dari generasi ke generasi rajin menjual mercusuar kebebasan seraya memperluas wilayah dan merebut hegemoni dunia, tetapi pada saat itu mereka sesungguhnya tengah meneror dunia.

Dari ketakutan terhadap manusia barbar lalu membantai orang Indian Amerika hingga Islamofobia selama perang melawan teror, ketakutan komunis selama Perang Dingin, hingga ketakutan akan tantangan China terhadap peraturan dan ketertiban yang ada saat ini. Di balik itu semuanya, yang diinginkan AS dan dunia barat sesungguhnya hanyalah keuntungan ekonomi dan bagaimana mempertahankan hegemoninya di pentas global.

Membesar-besarkan ketakutan dunia terhadap ancaman tertentu seperti ancaman nuklir Rusia dan China, mencerminkan kecemasan AS kehilangan predikat sebagai adidaya dunia. So, ia perlu menciptakan musuh, menerapkan hukum rimba. Itulah AS dan barat dengan mentalitas perang dingin yang sudah ketinggalan zaman.

Mentalitas menciptakan musuh, menerapkan hukum rimba sebagaimana mengeksekusi Saddam di masa lalu, termasuk melepas paksa Timorleste - dengan memperalat PBB - dari pangkuan NKRI, mengkonservasi permainan "zero-sum" (untung di gue dan rugi di elo) selalu melekat di benak politisi AS. Itu semua karena perasaan tidak aman mereka lantaran membayangkan hegemoni AS bakal diganti. Itulah hantu yang mereka ciptakan, sebagaimana di Indonesia yang selama 30 tahun Orba rajin menciptahidupkan hantu PKI.

Baru-baru ini, sebuah balon sipil China tersesat di wilayah udara AS karena force majeure. Meski banyak pejabat AS yang menyatakan balon China itu tidak menimbulkan ancaman bagi personel dan keamanan AS, toh insiden ini dieksploitasi AS dengan mengirim jet tempur canggih, bahkan mengambil kesempatan untuk melakukan manipulasi politik, mencoreng dan menyerang China, menghasut suasana anti-China, dan menggelar sirkus politik yang histeris tentang balon China tak berdosa itu.

Dunia multi polar

Masyarakat internasional sudah banyak berubah. AS dan barat malah kembali ke jalur lama yang penuh konfrontasi dan perpecahan. Seharusnya AS dan barat bisa memahami itu dengan baik, bukannya terperangkap dalam permainan zero-sum dan konflik yang berkepanjangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun