Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Susan Wojcicki dan Mimpi YouTuber Bercuan Banyak di Platform YouTube

17 Februari 2023   16:48 Diperbarui: 17 Februari 2023   16:56 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susan Wojcicki CEO YouTube yang mengundurkan diri belum lama ini. Foto: gizmodo.com

Media Gizmodo AS kemarin merelease berita CEO YouTube Susan Wojcicki mundur dari jabatannya, setelah 9 tahun memimpin platform video terbesar di dunia. Kabar ini resmi diumumkannya melalui blog resmi YouTube.

Posisi CEO YouTube, kata Wojcicki, akan diisi oleh Neal Mohan. Dia adalah Chief Product Officer YouTube, jabatan yang dipegang Mohan sejak 2015.

Sebelumnya Susan (54 tahun) bekerja sebagai Senior Vice President Advertising & Commerce di Google, hingga kemudian diangkat menjadi CEO YouTube per 2014.

Wojcicki telah memimpin platform video itu melalui gelombang perubahan besar-besaran selama sembilan tahun terakhir. Platform ini telah menjadi tempat kerja bagi ribuan pembuat konten yang bergantung pada YouTube untuk berbagi sebagian besar uang iklannya. 

Pengenalan platform YouTube Shorts baru-baru ini telah menjadi salah satu upaya paling sukses untuk bersaing dalam video pendek melawan TikTok. Namun, kesulitan tetap ada untuk memonetisasi konten tsb dan membuat pembuat konten cukup senang untuk terus memposting video vertikal.

Susan mengatakan ia akan tetap berada di YouTube untuk sementara waktu guna membantu transisi kepemimpinan, dan mengambil peran penasehat di Google dan Alphabet, selaku induk perusahaan. Peran jangka panjang ini sudah disetujui oleh CEO Google, Sundar Pichai.

Ini tentu berita besar bagi industri teknologi dan media sosial. Susan Wojcicki telah memimpin YouTube cukup lama dan banyak inovasi dan perubahan yang telah terjadi di platform selama masa kepemimpinannya. Perubahan kepemimpinan di perusahaan semacam ini dapat mempengaruhi bagaimana platform tsb dijalankan di masa depan, dan tentu saja akan menarik perhatian banyak orang di industri ini.

Sebagaimana diketahui YouTube adalah anak perusahaan dari Google, yang dimiliki oleh Alphabet Inc. Dengan demikian kendali penuh YouTube ada di tangan Google dan Alphabet Inc. Saat ini, Sundar Pichai menjabat sebagai CEO Google dan Larry Page adalah salah satu pendiri Alphabet Inc.

Selain Susan, ada beberapa orang di posisi penting lainnya seperti Neal Mohan sebagai Chief Product Officer, Robert Kyncl sebagai Chief Business Officer, serta beberapa eksekutif dan manajer lainnya di bidang keuangan, teknologi, dan operasi yang memegang peran penting dalam menjalankan platform.

Dalam keputusan strategis dan pengambilan keputusan lainnya yang mempengaruhi arah YouTube, Google dan Alphabet Inc. memegang kendali yang signifikan, dengan tidak mengurangi peran penting yang dimainkan oleh eksekutif dan manajer di internal YouTube. Itulah batasan dalam soal kemana arah jangka panjang platform tsb.

YouTube telah mewarnai dunia dan membantu segala hal, mulai dari hiburan, berita dunia sampai lahirnya YouTuber berbakat seperti Nas Daily dari Israel, Deddy Corbuzier dari Indonesia dll.

Kebebasan berkreasi yang mendunia di YouTube sekarang ini, dibarengi pembagian cuan kepada YouTuber yang berhasil menggaet banyak iklan masuk ke perusahaan. Inilah daya pikat utama YouTube sekarang.

YouTube adalah platform yang sangat terbuka. Siapa pun dapat membuat konten dan mengunggahnya ke platform. Hal ini memungkinkan berbagai jenis konten, dari yang paling populer hingga konten yang kontroversial, bahkan picisan ditemukan dan dilihat oleh siapa saja yang ingin melihatnya. Singkat kata YouTube memberikan kebebasan penuh bagi para kreator konten untuk berekspresi dan menciptakan konten yang mereka inginkan.

YouTube sejauh ini memanagenya dalam sejumlah kebijakan dan pedoman yang harus diikuti oleh para kreator konten, terutama dalam hal konten yang tidak pantas atau konten yang melanggar hak cipta. 

Selain itu, YouTube juga memiliki algoritma untuk menentukan bagaimana konten ditampilkan. Hal ini telah menjadi perdebatan dalam beberapa tahun terakhir, karena beberapa orang merasa bahwa algoritma YouTube dapat membatasi kebebasan berekspresi dan kreativitas di platform.

Secara keseluruhan, kebebasan berkreasi di YouTube terus berkembang dan berubah seiring perkembangan platform dan perkembangan teknologi. Tapi dalam kenyataannya algoritma itu hanyalah patung mati. Terbukti kreator konten tidak harus selalu memahami dan mengikuti kebijakan dan pedoman YouTube, serta mempertimbangkan tanggungjawab mereka sebagai kreator dan pengaruh yang mereka miliki terhadap audiens mereka.

Dalam pentas global hubungan timur-barat misalnya, terkesan ada pembatasan YouTube terhadap Rusia dalam pemberitaan tentang perangnya di Ukraina, termasuk diizinkannya konten yang mendiskreditkan China dalam banyak hal, seperti balon cuaca China belum lama ini yang dinyatakan sebagai balon mata-mata yang kemudian ditembak jatuh begitu saja oleh AS tanpa kordinasi dulu dengan pemerintah China. 

Juga ada konten yang bebas berkeliaran di YouTube seperti konten terkait separatisme di Papua, politik kebencian di middle-east dan di Indonesia yang wujud nyatanya selalu berakhir dengan kekerasan, bahkan mematikan.

Ketimpangan dalam menseleksi konten tsb berpulang kepada YouTube. Bisa saja itu terjadi karena sejumlah alasan:

Pertama, YouTube dan platform media sosial lainnya seringkali mengikuti undang-undang dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan otoritas di AS dimana platform itu settled. 

Dalam hal konflik Ukraina, ada kemungkinan pemerintah AS atau pemerintah lain di Barat telah memberlakukan sanksi atau peraturan yang mengatur informasi tentang konflik tsb dan YouTube harus mengikuti peraturan tsb demi dan atas nama kepatuhan hukum.

Kedua, ada kemungkinan YouTube dan platform media sosial lainnya memiliki kebijakan internal yang ketat dalam hal konten yang berhubungan dengan konflik dan kekerasan. Ini dapat mencakup konten yang dianggap tidak pantas, memperlihatkan kekerasan, dan sebagainya. 

Dalam konten yang berkaitan dengan konflik di Ukraina, ada kemungkinan YouTube memilih untuk menghapus atau membatasi beberapa konten yang dianggap melanggar kebijakan mereka terkait dengan jenis konten tsb.

Platform media sosial seperti YouTube seharusnya berkembang sesuai dinamika zaman dan terus mengembangkan kebijakan dan prosedur baru yang pastinya harus netral. Seiring berjalannya waktu, kebijakan dan praktik YouTube terkait konten yang berkaitan dengan konflik Timur-Barat seharusnya tak mesti seiring sejalan dengan kebijakan pemerintah dimana perusahaan itu settled.

Kita berharap dalam pergantian CEO YouTube ini yang meskipun alami di negara seperti AS, CEO yang baru dapat melakukan terobosan bahwa tak ada lagi ketimpangan pengunggahan konten di YouTube dan ini harus dimafhumi induknya yi Google dan Alphabet Inc. Masalahnya YouTube telah menjadi platform dunia yang seyogyanya dapat menerima input dari manapun tanpa rintangan politis.

Menilik konten kreator di Indonesia. Mereka kebanyakan memilih membuat konten yang heboh atau kontroversial, tanpa menafikan memang ada kreator yang menghasilkan konten yang bernilai edukatif dan bermanfaat bagi penonton. Tapi YouTube membebaskannya. 

Demikian juga konten hatred di middle-east, khususnya Gaza dan tepi barat, dan konten anti semit di Eropa barat, khususnya Jerman dan Perancis. Juga YouTube membebaskannya begitu saja.

Harus diakui YouTube memang telah memperkenalkan berbagai program dan inisiatif untuk mendukung konten edukatif dan bermanfaat, seperti YouTube Learning, sebuah inisiatif yang dirancang untuk membantu pembelajaran dan pengajaran, serta YouTube Edukasi, sebuah inisiatif yang ditujukan untuk mendukung pembelajaran dan pendidikan melalui konten-konten edukatif yang bermanfaat.

Juga harus diakui, banyak konten kreator di Indonesia terus berinovasi dalam menciptakan konten-konten edukatif yang menarik dan bermanfaat, termasuk dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan keuangan, bahkan tak sedikit yang berkolaborasi dengan lembaga pendidikan atau organisasi nirlaba untuk membuat konten edukatif yang lebih kredibel dan terpercaya.

Setiap kreator di Indonesia memang memiliki hak untuk memilih jenis konten yang mereka buat, dan banyak faktor yang mempengaruhi pilihan mereka, termasuk minat pribadi dan keinginan untuk menarik perhatian penonton.

Sayang, karena terlena dengan cuan yang didapat karena banyaknya audiens yang menyukainya, maka konten-konten edukatif dan bermanfaat jadi tersisih, sementara konten-konten heboh dari beberapa YouTuber yang banyak memposting hatred versi UAS dan versi Paul Zhang misalnya justeru semakin bersimaharajalela.

Okelah sebagaimana platform media sosial lainnya, seperti Instagram dan TikTok, YouTuber tak bisa dihalangi untuk menghasilkan cuan atau uang atau mendapatkan keuntungan dari konten yang mereka buat.

Cara untuk menghasilkan cuan dari konten di YouTube, seperti 1). Iklan, dimana kreator dapat memonetisasi konten mereka dengan mengaktifkan iklan pada video mereka melalui program monetisasi YouTube. Dalam program ini, iklan ditayangkan pada video kreator dan kreator memperoleh bagian dari pendapatan iklan tsb; 2). Sponsorship, dimana kreator dapat bekerjasama dengan merek atau sponsor untuk mempromosikan produk atau jasa mereka di video mereka. 

Biasanya, merek atau sponsor akan membayar kreator untuk mempromosikan produk mereka; 3). Merchandise, dimana kreator dapat menjual merchandise seperti kaos, mug, atau barang lainnya dengan merek mereka sendiri; 4). Kontribusi dari penonton, dimana kreator mengandalkan kontribusi dari penonton mereka melalui fitur Super Chat, Super Stickers, atau berlangganan kanal mereka.

Sayang, sejauh ini konten-konten heboh saja yang dibanjiri audiens, sedangkan yang edukatif, berkualitas dan bermanfaat biasanya memiliki audiens terbatas.

Dalam rangka pendewasaan bermedia, kreator yang ingin mendapatkan keuntungan dari konten mereka sebaiknya tidak hanya memikirkan tentang cara untuk menghasilkan uang, tetapi juga menghasilkan konten yang bermanfaat dan menarik bagi audiens mereka.

YouTuber Indonesia seperti Deddy Corbuzier dan lainnya yang sangat bergantung pada faktor kondisional seperti itu, tentu akan terproses dalam perjalanan waktu menjadi YouTuber yang terbelah antara YouTuber bervisi bagus dan bervisi buruk.

Sebagai salah satu kreator terkenal di Indonesia, Deddy Corbuzier sebagai contoh memiliki pengikut yang besar dan terus bertumbuh di YouTube. Ia dikenal karena konten-konten unik dan kreatifnya, seperti video sulap, psikologi, dan podcast. Selain itu, Deddy Corbuzier juga aktif dalam media sosial lainnya, seperti Instagram, dan telah meluncurkan aplikasi khusus untuk para penggemarnya.

Tren terbaru menunjukkan pertumbuhan industri kreator konten di Indonesia terus meningkat, seiring dengan meningkatnya penetrasi internet dan pengguna media sosial di negara ini. YouTube juga terus mengembangkan inisiatif dan program-program untuk mendukung para kreator di Indonesia, seperti YouTube NextUp, YouTube Creator Day, dan program monetisasi.

Para YouTuber Indonesia ntah itu Ade Armando, Atta, Deddy, Helmi Yahya, Refly Harun dll memiliki potensi untuk terus tumbuh dan berkembang di platform ini, terutama jika mereka terus berinovasi dan menciptakan konten-konten yang menarik dan bermanfaat bagi audiens mereka. Namun, persaingan di platform ini semakin ketat, dan kreator yang ingin berhasil di YouTube terus berusaha dengan segala cara untuk menghasilkan konten-konten heboh yang dibanjiri audiens, sementara konten edukatif jauh tertinggal di belakang.

Akhirnya kembali kepada platform YouTube. Sudah saatnya YouTube menerapkan algoritma baru yang pantang berkompromi yang dapat menseleksi konten-konten yang masuk ke YouTube secara ketat menjadi konten yang edukatif, yang menghibur dan yang dapat menginformasikan dunia politik dan ekonomi secara seimbang.

Joyogrand, Malang, Fri', Febr' 17, 2023.

Monetisasi YouTube. Foto : Screenshot dari unggahan Tri Yulianto, youtube.com
Monetisasi YouTube. Foto : Screenshot dari unggahan Tri Yulianto, youtube.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun