YouTube telah mewarnai dunia dan membantu segala hal, mulai dari hiburan, berita dunia sampai lahirnya YouTuber berbakat seperti Nas Daily dari Israel, Deddy Corbuzier dari Indonesia dll.
Kebebasan berkreasi yang mendunia di YouTube sekarang ini, dibarengi pembagian cuan kepada YouTuber yang berhasil menggaet banyak iklan masuk ke perusahaan. Inilah daya pikat utama YouTube sekarang.
YouTube adalah platform yang sangat terbuka. Siapa pun dapat membuat konten dan mengunggahnya ke platform. Hal ini memungkinkan berbagai jenis konten, dari yang paling populer hingga konten yang kontroversial, bahkan picisan ditemukan dan dilihat oleh siapa saja yang ingin melihatnya. Singkat kata YouTube memberikan kebebasan penuh bagi para kreator konten untuk berekspresi dan menciptakan konten yang mereka inginkan.
YouTube sejauh ini memanagenya dalam sejumlah kebijakan dan pedoman yang harus diikuti oleh para kreator konten, terutama dalam hal konten yang tidak pantas atau konten yang melanggar hak cipta.Â
Selain itu, YouTube juga memiliki algoritma untuk menentukan bagaimana konten ditampilkan. Hal ini telah menjadi perdebatan dalam beberapa tahun terakhir, karena beberapa orang merasa bahwa algoritma YouTube dapat membatasi kebebasan berekspresi dan kreativitas di platform.
Secara keseluruhan, kebebasan berkreasi di YouTube terus berkembang dan berubah seiring perkembangan platform dan perkembangan teknologi. Tapi dalam kenyataannya algoritma itu hanyalah patung mati. Terbukti kreator konten tidak harus selalu memahami dan mengikuti kebijakan dan pedoman YouTube, serta mempertimbangkan tanggungjawab mereka sebagai kreator dan pengaruh yang mereka miliki terhadap audiens mereka.
Dalam pentas global hubungan timur-barat misalnya, terkesan ada pembatasan YouTube terhadap Rusia dalam pemberitaan tentang perangnya di Ukraina, termasuk diizinkannya konten yang mendiskreditkan China dalam banyak hal, seperti balon cuaca China belum lama ini yang dinyatakan sebagai balon mata-mata yang kemudian ditembak jatuh begitu saja oleh AS tanpa kordinasi dulu dengan pemerintah China.Â
Juga ada konten yang bebas berkeliaran di YouTube seperti konten terkait separatisme di Papua, politik kebencian di middle-east dan di Indonesia yang wujud nyatanya selalu berakhir dengan kekerasan, bahkan mematikan.
Ketimpangan dalam menseleksi konten tsb berpulang kepada YouTube. Bisa saja itu terjadi karena sejumlah alasan:
Pertama, YouTube dan platform media sosial lainnya seringkali mengikuti undang-undang dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan otoritas di AS dimana platform itu settled.Â
Dalam hal konflik Ukraina, ada kemungkinan pemerintah AS atau pemerintah lain di Barat telah memberlakukan sanksi atau peraturan yang mengatur informasi tentang konflik tsb dan YouTube harus mengikuti peraturan tsb demi dan atas nama kepatuhan hukum.