Norwegia mempertimbangkan akan memasok delapan tank dari 35 stok Leopard 2 yang dimiliki negara anggota NATO itu, seperti dikutip dari Dagens Naeringsliv, via Newsweek.
Ditambah geliat negara Nato lainnya yang dikipas AS dan Inggeris dalam perang ini, ditaksir lebih dari 30 negara Nato telah menyediakan peralatan militer ke Ukraina sejak invasi Rusia pada Pebruari 2022 (lih bbc.com dalam https://tinyurl.com/29q35nuu).
Tak salah kalau Dubes Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan kepada CNN Indonesia melalui kanalnya di YouTube bahwa situasi di Ukraina telah berubah menjadi perang proxy. Yang dilakukan barat terhadap Rusia sekarang ini adalah menggunakan Ukraina sebagai proxy. Serangan Rusia bukan lagi melawan tentara Ukraina tapi melawan Nato, sebab ada pasokan persenjataan modern barat kepada militer Ukraina. Kalau bukan pasokan ini, demikian Lyudmila, perang seharusnya sudah berakhir pada April 2023 ini. Tetapi sekali lagi, ini adalah perang proxy.
Sebagaimana diketahui musim dingin di Ukraina tmt medio Nopember tahun lalu akan berakhir pada medio Maret ini. Sementara tank Leopard 2 Jerman akan muncul di Ukraina sekitar akhir Maret, menyusul dari negara-negara Nato lainnya. AS selaku penyumbang terbanyak sejak awal perang akhir Pebruari tahun lalu, berikut terkini akan mengirim 30 tank Abrams beberapa bulan yad, dan tentunya ini setelah persenjataan berat Nato dari negara-negara Eropa telah mengalir duluan ke Ukraina.
AS, Nato dan barat dengan demikian telah memastikan diri untuk mengeroyok Rusia via militer Ukraina, dan diam-diam menyelipkan para pelatih dan akhli militer untuk mengatur taktik, strategi dan pelatihan militer Ukraina dengan persenjataan standar Nato. Yang penting, Ukraina dapat bertahan dari gempuran Rusia selama musim dingin ini dan setelah memperoleh bantuan persenjataan terbaru pada Maret yad dst, Ukraina diharapkan pada musim semi yad (akhir Maret 2023) dapat memukul mundur Rusia dari Donetsk dan Luhansk, termasuk mengembalikan Crimea ke pangkuan Ukraina.
Semudah itukah AS dan Nato menekan Rusia di wilayah yang kini dikuasainya di Donetsk dan Luhansk, apalagi Crimea. Optimisme para jenderal Nato itu tak ubahnya delusi bahwa dengan persenjataan modern Nato sekarang, Ukraina di musim semi yad dapat mengambil kembali Crimea.
Saya pikir hal ini bukan murni pemikiran militer. Biden sepertinya sedang menari liberal dance yang diorkestrasi para industrialis militer AS. Para industrialis ini kelaparan pasca hengkangnya AS dari bumi Afghanistan pada medio August tahun 2022 lalu. Mereka meyakinkan Biden untuk mempertahankan Ukraina dengan menjanjikan akan  menahan laju Partai Republik, khususnya Trump dalam Pilpres AS yad.
Negara-negara Nato lainnya di Eropa, tentu tidak lepas dari tekanan AS agar bersatupadu untuk mengalahkan Rusia di mandala Ukraina. AS dan sekutu lamanya Inggeris dan Perancis dapat dengan mudah mengipas kegelisahan sekutu Nato ex pakta warsawa seperti Polandia, Rumania, Ceko, Hungary, Bulgary, Slovakia, Slovenia, Estonia, Latvia dan Lithuania.
Negara-negara ex pakta warsawa ini khawatir dengan marah besarnya Rusia atas niat Ukraina untuk bergabung dengan Nato. Mereka tahu bubarnya Soviet 1991 lalu, malah melahirkan Rusia lama yang semakin membesar dan kuat pengaruhnya dalam tatanan global sekarang. Bahkan Rusia dan sekutu utamanya China telah membangun BRICS (Brazil, Rusia, India, China dan South Africa) yang bergerak seperti koalisi WTO-IMF yi di bidang keuangan dan perdagangan global.
Dalam KTT BRICS tahun lalu, dinyatakan bahwa sanksi barat terhadap Rusia telah memicu berbagai krisis yang dihadapi oleh ekonomi global, dan memberi pukulan berat bagi tatanan ekonomi dan keuangan internasional yang diandalkan oleh negara berkembang untuk bertahan hidup.