Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Jokowi dan Visi Indonesia Jaya 2045

29 Desember 2022   13:00 Diperbarui: 29 Desember 2022   13:09 1331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi di depan tenda usai memimpin seremoni Kendi Nusantara di Sepaku, Kalimantan timur. Foto : nasional.kompas.com

Meski progresnya seperti itu, bahkan destinasi Danau Toba dan Destinasi Komodo sudah mentereng seperti sekarang, Jokowi sang Raja infrastruktur rupanya belum selesai. Simpanan terbaiknya seperti Jakarta Mass Rapid Transit, atau MRT dan LRT sudah mulai dikeluarkan. Kereta api peluru Jakarta-Bandung hasil kerjasama dengan China sudah akan beroperasi pada medio 2023 yad.

Pembangunan jalur metro pertama di Indonesia sudah dimulai ketika Jokowi  menjadi Gubernur DKI, dan ditargetkan selesai pada 2019, berkat penggantinya dan mantan pasangannya Basuki Tjahaja Purnama.

Yang jelas DKI Jakarta yang beberapa dekade salah urus sehingga tertinggal pada akhirnya bisa bergabung dengan jajaran kota dunia yang layak dengan transportasi umum.

Jokowi sangat menyukai infrastruktur. Boleh jadi Jokowilah pemimpin dunia sekarang ini yang menyukai hal-hal kecil dari proyek konstruksi. Salah satu gambar simbolik yang terkenal adalah Jokowi dengan topi PU atau topi pengaman untuk pekerjaan konstruksi dan rompi visibilitas tinggi, dimana ia memeriksa para pekerja saat melakukan finishing touch di bandara, pelabuhan, kereta api terbaru dan sebangsanya.

Presiden percaya infrastruktur yang lebih baik penting untuk mendorong pertumbuhan dan mengurangi ketimpangan. Di atas segalanya, misinya yang lebih luas adalah mempersatukan bangsa yang sangat besar ini.

Pendekatannya yang sederhana terhadap politik bermula dari latar belakangnya sebagai pembuat furnitur dan walikota. Setelah lulus dengan gelar Insinyur kehutanan, Jokowi yang gemar musik metal ini memasuki bisnis kayu, akhirnya membangun pabrik ekspor yang berkembang pesat di kota kelahirannya Surakarta, atau lebih dikenal sebagai Solo. 

Dia mencalonkan diri sebagai walikota Solo pada tahun 2005 karena rekam jejaknya sebagai pengusaha dan berjanji akan merapikan pasar kota dan daerah kumuh serta meningkatkan akses ke perawatan kesehatan dan pendidikan. Dia terpilih kembali pada tahun 2010 dan kemudian memenangkan Pilkada DKI Jakarta dan menjadi Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012 dengan manifesto serupa.

 Mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2014, Jokowi mengulangi pernyataan ini untuk fokus pada ekonomi dan infrastruktur. Kebangkitannya yang cepat dari seorang politisi ingusan besutan PDIP menjadi presiden dengan platform dasar seperti itu adalah semacam testamen bahwa Indonesia sangat frustrasi dengan korupsi dan ketidakefektifan pemerintah yang didominasi oleh sekelompok elit yang tak berguna bagi bangsa ini sebelum Jokowi menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Pengalaman membuat furnitur di Solo cukup inspiratif bagi Jokowi untuk memainkan langkah catur yang unik dalam percaturan politik di negeri ini. Sebagai pengusaha ia membutuhkan listrik untuk pabriknya, jalan dan pelabuhan untuk memindahkan barang-barangnya, dan membutuhkan kapal untuk mengangkut furniturnya ke para pelanggan di luar negeri. Dia ingin pajak yang lebih rendah dan peraturan yang lebih sederhana untuk membuat bisnis lebih mudah, serta perawatan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik untuk memastikan angkatan kerja yang lebih bahagia dan produktif.

Jokowi juga memahami bahwa Indonesia sangat membutuhkan infrastruktur yang lebih baik untuk menggerakkan ekonominya ke jalur cepat. Pendahulunya, Susilo Bambang Yudhoyono atau Esbeye diuntungkan dari beberapa tahun pertumbuhan yang dipicu harga komoditas, karena permintaan China akan batu bara, karet, dan minyak sawit Indonesia melonjak pada pertengahan tahun 2000-an. 

Tetapi dia gagal menggunakan tahun-tahun hoki itu untuk memperluas jalan-jalan yang macet di negeri ini atau meningkatkan pelabuhan dan bandara yang tidak efisien. Itu membuat pertumbuhan ekonomi tertahan di sekitar 5% per tahun. Indonesia seakan kokoh, tetapi tidak menghasilkan cukup investasi untuk menciptakan lapangan kerja bagi populasinya yang berkembang pesat, dengan lebih dari 2 juta orang muda memasuki dunia kerja setiap tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun