Dari 2-3 perumahan yang dekat ke stasiun KA pada awalnya, kini pada Km 6 hingga Km 9 dan Km 15 setelah stasiun KA Parung Panjang, sudah berkembang lebih jauh penataan Parung Panjang yang seharusnya dengan adanya sejumlah perumahan baru seperti Samanea Hill dan Citaville.
Kalau kita lihat peta bahwa posisi Parung Panjang memang strategis sebagaimana Belanda tempo doeloe melihatnya dan langsung menghubungkannya dengan Rangkasbitung.Â
Maka tentu sudah saatnya tambang galian batu andesit segera dialihkan ke jalan alternatif untuk ribuan truk besar yang mengakses jalan raya Sudamanik selama ini untuk mengangkut hasil andesit ke seantero Indonesia.
Jalan raya Sudamanik adalah jalan utama Parung Panjang. Jalan raya ini menjadi kacau bahkan sudah diwarning para peneliti IPB telah melampaui ambang batas pencemaran lingkungan dari asap truk dan debu jalanan. Chaos eko sistem karena kolonialisme regime galian batu andesit ini sudah saatnya diakhiri.
Jalan raya Sudamanik sekarang ini sebaiknya direhabilitasi sepenuhnya dan peruntukannya hanya untuk menghubungkan antar perumahan di Parung Panjang.
Apabila itu yang dikedepankan dalam master plan Parung Panjang sekarang, niscaya ekonomi rakyat akan dapat lebih mudah diberdayakan.
3 lubang besar yang kini terbentuk menjadi danau karena puluhan tahun galian batu andesit di wilayah Bogor dan Tangerang, tentu dapat diremajakan lagi dengan menghijaukannya sesuai dengan eco wisata yang berlaku sekarang dalam sistem kewilayahan kita, termasuk untuk sebuah bakal kota seperti Parung Panjang ini.