Saya pikir, Fenomena Bjorka adalah umum di dunia ini. Semakin berkembang iptek di sebuah negara, maka pastilah akan ada dan terbangun  komunitas tertentu di negara ybs sesuai panggilan zaman. Dan panggilan zaman sejak 1990-an adalah panggilan cyber.Â
Lihat Xanana Gusmao ketika masih bergerilya di hutan-hutan Timtim, Tiba-tiba muncul gambarnya di media TV dunia, Ia hanya bermodalkan laptop pemberian seorang wartawan barat yang ketika itu diizinkan aparat melakukan perjalanan jurnalistik ke seantero Timtim. Ntah bagaimana aparat keamanan kecolongan.Â
Tanya jugalah kepada angin yang berdesir. Â Xanana yang buta laptop ketika itu hanya sebentar saja diajari wartawan ybs dan berikutnya Xanana sudah pintar mengupload kabar-kabari perjuangannya dari hutan-hutan Timtim.Â
Coba, sinyal internet dari mana dia dapat kalau bukan dari satelit militer yang melintasi Timtim pada orbit rendah pada waktu bla bla bla sebagaimana diajarkan wartawan barat tsb. Bagi dia itu perjuangan dan bagi kita itu sebuah perlawanan dari GPK dan kekurangajaran seorang jurnalis idealis. He He ..
Fenomena Bjorka sekarang disamping mengingatkan kita akan era digital yang semakin canggih, juga mengingatkan kita pada permasalahan internal kita sendiri yang tak kunjung beres seperti ketidakadilan yang menyakitkan dalam kasus Munir, mengingatkan kita akan berhebringrianya para politisi kita kendati di depan matanya sendiri ada aksi demo yang menuntut keadilan soal kenaikan harga BBM belum lama ini.
Mengingatkan kita bahwa presiden ternyata banyak diganggu oleh oknum dan lembaga tertentu yang mohon bantuan keuangan, termasuk sarana dan prasarana dari presiden karena ada keterhubungan dalam arti KKN sebagaimana sudah lama disinyalir oleh Sosiolog Korupsi Professor Syeid Hussein Alatas sejauh menyangkut lembaga kepresidenan ntah pada periode siapapun itu.
Di bagian hidden yang kini dibeber terang-terangan oleh seorang Bjorka. Itu sungguh menakjubkan, tanpa harus menggeber Bjorka adalah seorang kriminal atau Bjorka adalah seorang amatiran atau Bjorka adalah seorang bangsat atau kebalikannya Bjorka adalah seorang superhero.
Rentetan aksi Bjorka sebulan terakhir ini mulai dari kebocoran 26 juta pelanggan Indiehome, kebocoran 1,3 milyar data kartu SIM, kebocoran 105 juta data KPU, kebocoran dokumen Presiden Indonesia, aksi doxing atau menyampaikan sesuatu yang tabu atau rahasia kepada publik, dimana Bjorka membagikannya di grup Telegram meliputi nama lengkap, nomor KTP, nomor KK, nama orang tua, alamat rumah, tempat dan tanggal lahir, status agama, riwayat Pendidikan dst.Â
Nama-nama pejabat publik yang jadi sasaran aksi doxing itu al Menkominfo Johnny G Plate, Ketua DPR RI Puan Maharani, Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo Semuel Abrijani, Menteri BUMN Erick Thohir, Menkomarinvest Luhut Binsar Pandjaitan, Gubernur DKI Jakarta  Anies Baswedan, Mendagri Tito Karnavian. Ini sungguh fenomenal dan sangat mengusik kita, maka tak salah negara dan publik umum menamainya sebagai Fenomena Bjorka.
Lepas dari ngelesnya Menkopolhukam Mahfud MD yang menyatakan bahwa yang dibobol itu hanya data-data umum saja dan kita (pemerintah) sudah dapat mendeteksi siapa Bjorka, tapi setelah lepas dari koordinat ngeles, ee malah kecolongan lagi dan salah tangkap di Cirebon dan Madiun yang langsung direspon Bjorka di Telegram bahwa kalian nggak bakal bisa menangkap saya. Informan kalian yang idiot itulah yang salah, maka salah tangkap, catch me if you can, demikian Bjorka.
Fenomena Bjorka sangat penting tentu dan sejauh ini sepak terjangnya masih positif, meski meretas. Dia hanya memperagakan bahwa dia mampu membobol situs web siapapun di negeri ini. Kalau perdagangan rahasia terkait data di Breached Forum, dimana Bjorka ada disitu, ya tak bisa kita hadang. Biarlah mereka berdagang dengan cryptocurrency sejauh tak mengancam keamanan negara.