Presiden Jokowi lalu mengeluarkan instruksi untuk menjamin keberadaan minyak goreng sawit bagi seluruh rakyat Indonesia dengan penyediaan minyak goreng curah dengan harga terjangkau sebesar Rp14.000/liter. Ketersediaan minyak goreng sawit curah bagi seluruh rakyat Indonesia, memperoleh bahan baku yang berasal dari keberadaan DMO.
Kericuhan politik dalam negeri sedikit mereda ketika harga pasar secara bertahap sudah dapat diturunkan melalui instrumen tsb dan Zulhas yang baru diangkat menjadi Mendag membuat gebrakan dengan meluncurkan minyak goreng curah kemasan dengan harga terjangkau sebesar Rp14.000 (HET) per liter, sebagaimana diamanatkan Presiden.
Minyak goreng kemasan rakyat dengan merk Minyakita diluncurkan awal Juli lalu di kantor Kemendag. Hingga awal September 2022 tercatat sudah 10 produsen yang telah menyalurkan Minyak Goreng Kemasan Rakyat (MGKR) ke 29 provinsi dengan total 90.346,60 ton.
9 produsen tersebut yakni PT Batara Elok Semesta Terpadu, PT Mahesi Agri Karya, PT Primus Sanus Cooking Oil Industrial, PT Permata Hijau Sawit, PT SMART Tbk (SMAR), PT Wilmar Cahaya Indonesia, PT Bina Karya Prima, PT Tanjung Sarana Lestari dan PT Panca Nabati Prakarsa. Adapun, 1 produsen tak tercantum namanya dalam catatan kementerian.
Kini melimpahnya stok minyak sawit nasional, berdampak langsung terhadap turunnya pembelian pedagang kepada produsen CPO yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang berada di perkebunan kelapa sawit. Ini kemudian memicu turunnya permintaan PKS terhadap pembelian hasil Tandan Buah Segar (TBS) yang berasal dari petani kelapa sawit.
Setelah kenaikan BBM belum lama ini, lagi-lagi yang disoal adalah beratnya beban subsidi pemerintah untuk BBM sekarang, apalagi perang Ukraina vs Rusia tetap berkecamuk yang memicu kenaikan harga BBM dunia, utamanya setelah Rusia membalas boikot keuangan blok barat dan membalas harga batas BBM yang ditetapkan sepihak oleh UE. Rusia hanya mau dibayar Rubbel atau Yuan, pokoknya non-Dollar, dengan batas harga yang ditetapkan Rusia dan bukan oleh siapapun.
Perekonomian dunia pun memanas dan Indonesia tak luput menyasar pertikaian di mandala Eropa sebagai pemicu kekacauan ekonomi dunia termasuk ekonomi Indonesia, sehingga pemerintah terpaksa mencabut sebagian subidi BBM itu yang memicu demo massal dimana-mana.
Di tengah hebring para pengusaha minyak dunia, di komunitas sawit Indonesia justeru kebalikannya. Disini muncul lagi hukum karet ekonomi terkait penawaran dan permintaan yang tak dapat mereka mengerti.
Ketika pasokan produk berlimpah dan permintaan pasar turun, maka itu akan berdampak langsung terhadap harga produk, sehingga harga jual produk ikut mengalami penurunan. Akibatnya, harga jual TBS yang dihasilkan petani kelapa sawit mengalami penurunan harga jual yang drastis.
Ini barangkali yang sekarang perlu disubsidi pemerintah. Jangan sampai pengusaha minyak goreng dan macam-macam olahan dari CPO untung setinggi gunung. Sebaliknya para petani sawit menjadi buntung.