Ia ingin mengajak semua pihak untuk melakukan perubahan menjelang Pemilu 2024. Yang terpenting, meski hanya tersirat, berhentilah melakukan politik identitas. Dan sepertinya Paloh menggandeng Anies sebagai salah satu capres unggulannya agar tak digebyah-gebyah lagi sebagai Bapak Politik Identitas.
Namanya saja pokrol bambu bersayap, maka tabuhan Paloh turut meramaikan jagad politik kitorang. PDIP via Hasto pun menanggapi ketus : jangan remehkan rakyat. Kita memilih sistem demokrasi Pancasila, karena sudah teruji. Mengapa harus ragu.
Untuk mudahnya, sebaiknya kita kembali ke tiket politik. Jangan sampai gemuruh politik di medio 2022 ini bikin pusing kitorang. Benarkah tiket itu bakal sold-out di penghujung atau detik-detik terakhir pencalonan.Â
Pemilihan capres dan cawapres akan dilakukan oleh parpol. Menurut Fahri, capres terpilih itu memiliki popularitas dan cawapres terpilih itu mampu membayar.
Singkatnya ada dua otoritas, yang pertama otoritas populer yi para calon yang dianggap populer melebihi para politisi dan kader-kader partai, dan yang kedua adalah para pembiaya.
 Para pembiaya atau penyandang dana ini dipastikan oligarki bisnis dan para jenderal dan birokrat pensiunan yang berdompet gendut yang berkepentingan terhadap exercise of power dalam rangka pengamanan dan pelestarian kepentingan mereka.
Kalau dilihat pernyataan Hasto PDIP yang belum lama ini mengecam keterburuan parpol-parpol untuk berkoalisi dan pencapresan. Hasto mensuggest bagaimana kalau kita membantu rakyat terlebih dahulu. Mereka masih sempoyongan karena terjangan pandemi sepanjang dua setengah tahun terakhir ini.Â
Tapi Hasto adalah Hasto yang adalah PDIP yang tak perlu repot-repot harus berkasak-kusuk untuk berkoalisi dengan parpol lain untuk dan demi pencapresan ntah siapapun itu. PDIP sudah pegang presidensial threshold 20%. Pokoknya tinggal tunggu Ibu Ketum Megawati buka suara dan ketok palu kapan menggelindingkan capres. Beres sudah.
Yang lainnya? Karena tak mencapai presidential threshold sebagaimana ditentukan, apa boleh buat, mereka memang harus berkasak-kusuk untuk berkoalisi yang bukan koalisi-koalisian.Â
Maka muncullah KIB atau Koalisi Indonesia Bersatu dengan penumpang PPP, Golkar dan PAN. Lalu yang terbaru Gerindra dan PKB yang berkoalisi dalam KIR atau Koalisi Indonesia Raya.
Sampai sejauh ini kedua perahu koalisi itu belum menentukan capres, termasuk PDIP juga belum, meski sudah lama digunjingkan Puan-lah puteri mahkota itu. Dan itulah yang diwanti-wanti Fahri sebagai akan dimunculkan pada detik-detik terakhir pencalonan capres dan cawapres  sesuai jadwal Pilpres yang sudah diijir KPU.