Dari 120 lagu karya cipta Nahum yang mampu dikumpulkan para pewarisnya, itu semua tak ubahnya kumpulan 120 kisah tentang manusia Batak, alam Tano Batak dan segenap romantika hidup yang ada disitu.
Di samping piawai menggambarkan suasana hati, Nahum juga sangat mampu merekam aspek sosio-antropologis masyarakat Batak yang pernah disinggahinya. Dalam "Ketabo-ketabo," misalnya, Nahum menceritakan suasana riang kaum muda Angkola-Sipirok saat musim salak di Sidempuan, sementara dalam "Lissoi-Lissoi" yang kesohor itu, terekam sepenuhnya suasana lapo tuak pada zaman Nahum dan kita yang berkebetulan menikmati lagu itu seakan hadir disana.
Itulah Komponis Legendaris Nahum Situmorang dan jujur saja kita harus mengembalikan apa yang sudah banyak kita ambil dari komponis besar itu. Bagaimana agar ada Rumah Legenda Nahum Situmorang di Urat Samosir selaku tempat asal-usul ortu dan keluarga besarnya, sebagaimana di AS ada rumah Woody Guthrie dan rumah Bob Dylan selaku legenda musik AS.
Singkatnya salah satu pesona obyek wisata budaya di lingkar Toba ke depan ini adalah legenda kita Nahum Situmorang. Inilah saatnya pemerintah membantu Yayasan dan keluarga besar Situmorang agar semuanya bersatu memindahkan makam almarhum dari TPU Gajah Mada, Medan ke tanah pilihan untuk Rumah Besar Nahum Situmorang selaku obyek wisata budaya monumental di Urat Samosir Lingkar Toba.
Niscaya dengan kehadiran obyek wisata monumental ini, kita dapat mengenal lebih jauh Nahum dari semua sisi yang penting dalam kehidupannya, khususnya karya besarnya di bidang musik dan keguruan. Itulah semua ragam peninggalan almarhum yang harus ada atau diadakan di rumah besar itu. Dan ini dipastikan akan menjadi salah satu pesona dalam kepariwisataan dunia.
Joyogrand, Malang, Tue', May 24, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H