Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

NATO Tak Kunjung Berani Mengiyakan No Fly Zone-nya Zelenskyy di Ukraina

7 Maret 2022   19:55 Diperbarui: 8 Maret 2022   18:31 1657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
No Fly Zone Over Ucraine. Foto: USA TODAY NETWORK

NATO Tak Kunjung Berani Mengiyakan No Fly Zone-nya Zelenskyy di Ukraina  

Serangan Rusia belum lama ini terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia Ukraina telah memicu seruan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy terhadap Nato agar memberlakukan "No Fly Zone" atau Zona Larangan Terbang di seluruh wilayah udara Ukraina.

Sebelum PLTN itu terkena imbas perang, Zelenskyy sudah berulangkali menyatakan keinginannya itu kepada Nato. Kita lihat disini betapa Frenzy-nya seorang pemimpin muda Eropa Timur yang sudah kebelet pro barat tanpa mau tahu sejarah negara dan bangsanya sendiri, sehingga buta total terhadap perkembangan geopolitik di mandala Eropa dan Dunia. 

Kita bisa saja memakluminya, tapi juga prihatin mengingat penggarisbawahan Putin bahwa Neo Nazi dalam sosok Ultra Nasionalisme buta warna di Ukraina memang mangsa empuk Nato. 

Maka Putin menggebraknya pada  24 Pebruari lalu dalam sebuah operasi khusus yang dinamakannya operasi demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina.

Tak terasa kini operasi khusus Rusia yang dalam Bahasa barat tetap dikatakan sebagai perang yang telah melanggar kedaulatan Ukraina itu telah memasuki hari ke-12. 

Semula saya prediksi operasi militer ini ada dalam skala terbatas atau Attrition War yang akan diselesaikan Rusia dalam 10-11 hari saja. Ee meleset.

Korban sipil Ukraina sejauh ini telah mencapai 364 tewas dan 750 luka-luka, lebih dari 1,5 juta warga Ukraina mengungsi ke negara-negara tetangga seperti Polandia, Rumania dll. 

Korban tentara Rusia yang tewas 498 dan 1.597 luka-luka. Tentara Ukraina lebih dari 2.870 tewas, 3.700 luka-luka dan 572 menjadi tawanan Rusia.

Apa itu No Fly Zone

No Fly Zone atau Zona Larangan Terbang adalah tindakan militer yang melarang semua pesawat musuh atau siapapun yang mencurigakan untuk terbang di seluruh wilayah udara sebuah negara dalam hal ini Ukraina.

Barat pernah memberlakukan pembatasan semacam ini di beberapa bagian Irak selama lebih dari satu dekade setelah Perang Teluk 1991, selama Perang Saudara di Bosnia dan Herzegovina dari 1993-1995 dan selama Perang Saudara di Libya pada 2011.

Gagasan Zelenskyy untuk No Fly Zone dipetik dari imajinasi publik Ukraina. Mengapa bukan pemerintah Ukraina saja yang mendeklarasikan tindakan militer itu? 

Di satu sisi Presiden eks Komedian yang muda usia itu berspekulasi besar untuk dapat menyeret Nato dalam perang besar melawan Rusia. Tapi usulan yang seakan mudah diterima itu, tiba-tiba tersendat karena adanya Nuclear Alert dari Putin. 

Pendeknya tak boleh ada satupun negara yang seenaknya merangsek memasuki Ukraina dengan alasan apapun. Siapapun yang berani bodoh mencobanya maka akan terkena hantaman Rusia tanpa ampun. 

Tak heran Nato Ragu super berat, karena tindakan militer No Fly Zone itu berisiko tinggi konflik militer langsung dengan Rusia yang dapat meningkat menjadi Perang Eropa dalam skala penuh bahkan ancaman nuklir.

Pesawat tempur Rusia yang disasar No Fly Zone. Foto : scotsman.com
Pesawat tempur Rusia yang disasar No Fly Zone. Foto : scotsman.com

Apa yang Diharapkan dari No Fly Zone

Pemerintah Ukraina mengatakan tindakan itu akan melindungi warga yang bertahan di stasiun bawah tanah dan bunker-bunker lain dan PLTN yang ada di Ukraina.

Tapi mimpi komedian yang memang ingin lestari di kursinya apabila dipayungi Nato secara nyata dan bukan dalam kata-kata ini tetaplah mimpi, sebab faktanya yang menyebabkan sebagian besar kerusakan di Ukraina adalah pasukan darat Rusia. Juga terbukti serangan terhadap PLTN Zaporizhzhia tidak melepaskan radiasi.

Mengapa Operasi Militer Rusia Terasa Melambat

Kalau kita bayangkan perang kilat 6 Hari Israel Vs dunia Arab pada tahun 1967. Kita pasti bingung mengapa Israel yang kecil mampu melakukan Attrition War hanya dalam enam hari saja. 

Murah meriah bagi Israel dan sangat menyakitkan bagi dunia Arab yang mengeroyok Israel pada masa itu. Namun Rusia yang adidaya nuklir malah terasa kedodoran di Ukraina yang adalah sepupunya sendiri.

Setelah menelisik kesana kesini. Sayapun ketemu jawabannya yang takkan serupa dengan pandangan bias kaum awam disini, bahkan kebingungan Nato yang tak kunjung ketemu katakanlah titik picu, artinya Nato langsung tahu bahwa ada kelemahan fatal Rusia disitu yang membuat mereka berandai-andai dapat langsung membantu Ukraina untuk memukul mundur Rusia dari bumi Ukraina.

Rusia tak banyak menggunakan pesawat tempur kecuali sejumlah helikopter tempur. Ia fokus pada serangan darat dengan armada tank. Selama pekan pertama ini boleh dibilang Rusia dengan missile presisi berhasil meratakan semua fasilitas militer Ukraina. 

Serangan missile datang dari arah Laut Hitam, dari Belarusia dan dari tank-tank pembawa missile. Semua dikordinasikan dengan komando tempur di Rusia dari hasil pengolahan satelit militer dan agen-agen yang diterjunkan ke segenap titik penting di Ukraina.

Memasuki pekan kedua ini konvoi Rusia sudah di gerbang Kyiv. Mereka seakan tersendat. Tapi mari berpikir kritis mengapa konvoi panjang itu aman-aman saja? Ya, karena perlindungan udara dan darat dari tank-tank pembawa missile berkinerja tinggi, tak heran konvoi sepanjang kl 30 Km itu aman-aman saja. 

Pesawat Nato mana ada yang berani masuk wilayah udara Ukraina karena faktor penggentar Rusia seperti baterai miswsile S-400 dan faktor nuklir.

Konvoi panjang ini adalah salah satu taktik Rusia yang jitu, dimana ada waktu untuk berunding yang ketiga kalinya dengan Ukraina dan ada cukup waktu untuk mengistirahatkan pasukannya. 

Tapi ini tak juga membuahkan hasil, bahkan ada salah satu utusan penting Ukraina yang terbunuh oleh militer Ukraina sendiri karena dinyatakan sebagai agen ganda Russa-Ukraina. 

Setelah round 3 itu gagal, Putin mengancam Zelenskyy dkk tentang status "statehood" Ukraina. Itu artinya pemerintah Ukraina harus segera menghentikan aktivitas militernya dan aksi perlawanan warga yang dikoreografinya sendiri. 

Kalau masih terus "ngeyel" atau ngotot berandai-andai, maka dari negara berdaulat bisa saja setiap saat Ukraina menjadi bagian yang utuh dari Rusia. 

Ini juga berarti akan segera dilakukan regrouping pasukan Rusia dan mengkoordinasikannya untuk segera meraih Kyiv selaku simbol kekuasaan dan kenegaraan Ukraina. Sadarlah konvoi panjang Rusia sudah di gerbang Kyiv.

Ketegangan terakhir dengan terbunuhnya utusan damai Ukraina juga sebuah pertanda kuat bahwa pekan kedua ini adalah saat Attrition War akan diakhiri Putin. Ntah kapanpun itu dalam pekan kedua ini tatanan baru sudah harus terbentuk di Kyiv. 

Nato dapat membaca indikasi ini dan sepertinya tengah bergegas di Polandia membentuk pasukan khusus untuk terbang menyelamatkan Zelenskyy dan keluarga ke wilayah Nato. Pasukan khusus yang akan menjalankan missi sangat berbahaya ini konon gabungan dari special forces AS dan Inggeris.

Sanksi Ekonomi dan Nato yang Berandai-andai

Sanksi ekonomi untuk Rusia sejauh ini sudah menghunjam dari segala arah, bahkan AirBnb, Visa dan Samsung sudah ikutan disitu. Tapi efek yang tak diduga barat justeru lonjakan BBM luarbiasa dan inflasi di AS semakin mengkhawatirkan. Sementara Rusia dan China malah tersenyum, karena tekanan ekonomi itu tak ada apa-apanya. Ada China sebagai The Hidden Wall bagi Rusia.

Dan Nato yang tetap Tobing alias Tolol Bingung itu hanya bisa berandai-andai dalam sebuah kebingungan. Maka tak pernah ada keputusan lancang dari Nato untuk terang-terangan membantu Zelenskyy dan ultranasionalis buta warna di Ukraina. 

Terbukti sampai saat ini Nato tetaplah sebagai pengecut yang hadir dengan beberapa ribu pasukan di Polandia seraya menjaga Stinger dan sejumlah peralatan militer yang konon akan dipasok melalui Polandia. Tapi how? 

Jawabannya ya ragu superbesar karena ancaman Putin yang dahsyat apabila mereka bergerak diluar koridor maka mereka akan diperlakukan sebagai musuh. 

Boro-boro mau menggelindingkan bantuan ke tentara Ukraina yang sudah porak poranda itu hanya karena keyakinan Neo Nazinya sudah terbius rumah mode di Paris dan glamour film-film Hollywood. Para petinggi Nato malah jadi lebih banyak cangkruk ala orang Jatim.

Ya Nato terjebak nongkrong minum kopi seraya ngobrol ngelantur kesana kemari. Dan yang terjauh serangan Nato hanya melalui Kapitalisme mereka yi boikot ekonomi dari segala penjuru. Maka akronim Nato sebagai "Not Action Talking Only" adalah benar sekali.

Iron Dome dan Missile Hypersonic

Rusia adalah adidaya nuklir yang berkontribusi besar memenangkan PD II dari sisi timur Eropa. Dalam posisi sekutu Rusia bertemu barat di titik Berlin Jerman. Sayang Adolf Hitler bunuh diri sebelum ditangkap Rusia.

Selepas PD II persekutuan itu pecah. Rusia yang bernama Uni Soviet sampai dekade 1980-an menjadi besar, besar dan adidaya dunia, lalu bersekutu dengan negara-negara sosialis seperti China, sebagian besar negara-negara Eropa Timur, Korea Utara, Kuba, Vietnam Utara (kini bersatu sebagai Vietnam setelah AS hengkang pada tahun 1975), Venezuela dll. Ada Nato dipihak barat dan ada Pakta Warsawa di pihak Timur.

Rusia modern sekarang adalah reinkarnasi Uni Soviet yang bubar kl 40 tahun lalu. Selama kurun waktu proses reinkarnasi itu, barat tahu bahwa Rusia tak pernah stagnan terlebih setelah dikendalikan Vladimir Ilyich Putin tak lama setelah Uni Soviet bubar. 

Konsentrasi Putin jelas pada kemiliteran. Apapun yang diwariskan Soviet tak luput satupun dari Inovasi seorang Putin. Mau ICBM, missile jarak pendek, sedang dan Jauh, tank tempur dll. Semua serba modern bahkan cukup banyak di atas standar Nato seperti missile S-400. 

Missile hypersonic luar biasa ini sudah teruji di medan laga middle east. Pesawat tempur Nato tercepat sekalipun takkan luput dari missile siluman ini. 

Belum lagi aneka bom penghancur seperti thermobaric dll. Apalagilah missile balistik berhulu ledak nuklir. Mau yang berapa mega ton pun Rusia telah memilikinya. Ini semua tersembunyi di silo-silo nuklir di seluruh Rusia dan negara-negara tertentu di Eropa Timur seperti Ukraina, Belarusia dll, termasuk ICBM yang diluncurkan dari bawah laut melalui armada baltik, armada laut hitam, armada mediterania dan armada pacific.

Untuk pertahanan kota-kota besar seperti Moskow, St Petersburg, Volgograd dst hingga Vladivostok di Siberia ujung yang berakhir di Laut Okhots, Rusia sudah lebih dulu mempunyai perisai kota seperti Iron Dome di Israel.

Tak heran Nato super bimbang dan akhirnya terbodoh meski tetap menceracau akan membantu Ukraina.

Apabila terjebak pokrol bambu sang Komedian Zelenskyy Nato langsung mendeklarasikan zona larangan terbang. Itu artinya pilot Nato dapat menembak pesawat Rusia. 

Tapi inipun tetap konyol, kalaupun tindakan militer ini diambil, selain harus mengerahkan pesawat tempur, Nato juga harus mengerahkan pesawat tanker untuk pengisian bahan bakar di udara dan pesawat pengintai elektronik untuk mendukung missi tersebut.

Untuk melindungi pesawat yang relatif lambat dan terbang tinggi ini, Nato harus menghancurkan baterai missile permukaan-ke-udara di Rusia dan Belarusia. Maka jelas bagi petinggi Nato siapapun itu, bahwa tindakan militer seperti ini akan mempertaruhkan pecahnya konflik yang lebih luas.

Masih ada pilihan lain yaitu mengirim pesawat tempur Nato ke wilayah udara Ukraina dan kemudian menembak jatuh pesawat Rusia, mengutip Sekjen Nato Jens Stoltenberg. 

Tapi ini pun jauh sebelumnya telah ditangkal Putin bahwa negara manapun yang memasuki wilayah Ukraina akan berhadapan dengan kekuatan Rusia yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Ya Nato kini adalah Nato yang hanya pandai berandai-andai alias Not Action Talking Only, kecuali menghajar negara gagal paham dalam konstelasi dunia seperti Indonesia yang kehilangan Timor Timur gegara AS dkk, Irak dan Libya yang hancur lebur dst dst.

Semoga pasca operasi khusus Rusia di Ukraina ini, tatanan global akan kembali ke titik ekuilibrium yang seharusnya, termasuk tentu Indonesia harus semakin pandai membaca konstelasi dunia dan national securitynya sendiri. Sadarlah Indonesia sudah kecolongan dengan hilangnya sipadan dan ligitan dan timor timur. Siapa lagi di balik itu semua kalau bukan AS dan Nato.

Joyogrand, Malang, Mon', March 07, 2022

No Fly Zone. Foto : irshadgul.com
No Fly Zone. Foto : irshadgul.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun