Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Russia vs Ukraina Dipelintir NATO

7 Februari 2022   20:04 Diperbarui: 7 Februari 2022   20:10 1332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konflik Russia Ukraina terlihat dalam peta. Foto doc : Washington Post.

Russia Vs Ukraina Dipelintir NATO

Kabar-kabari tentang kemungkinan konflik berdarah hancur-hancuran bahkan kemungkinan terbukanya gerbang menuju PD III telah berseliweran di berbagai media sejak Januari lalu. 

Kadang tersenyum juga membaca analisis sejumlah orang yang menulis kemungkinan-kemungkinan itu yang ujung-ujungnya kelihatan bahwa ybs ternyata tak independen. 

Inilah bius sphere of influence itu barangkali. Maklumlah media barat dan pro barat itu sangat mendominasi dunia. Tak salah kalau kita pun termakan jargon mereka.

Saya baca JakPost edisi 4 Pebr' ybl : KBRI Kiev telah menyiapkan bagi warga Indonesia yang tinggal di Ukraina mengantisipasi kemungkinan terburuk bakal konflik Russia  Ukraina. 

Khusus Ukraina KBRI Kiev telah meningkatkan protokol perlindungan warga negara jika ketegangan yang berkembang sekarang dengan adanya ratusan ribu tentera Russia di perbatasan menjadi kenyataan perang. 

Menurut data KBRI Kiev 131 WNI berdomisili di seluruh Ukraina, mayoritas (78) berada di ibukota Kiev. KBRI juga telah membuat grup WhatsApp untuk 131 WNI itu dan memastikan jalur komunikasi antar warga disana selalu terbuka.

Seekstrim itukah situasi di Ukraina sebagaimana gambaran Barat?

Setelah Mempelajari sikon terkini dari Sputnik Internasional, media barat seperti CNN, Bloomberg dan Daily Telegraph. Ada simpul terkuat bahwa situasi di Ukraina tidaklah seekstrim yang diberitakan akhir-akhir ini, Media barat memang terus memprovokasi karena biar terlihat menarik jualannya, bahkan Bloomberg terlalu dini merelease berita pada Jumat 4 Pebr ybl bahwa Russia telah menyerang Ukraina dan menghapusnya setengah jam kemudian dan dengan entengnya meminta maaf bahwa itu adalah tajuk pra tulis yang direlease secara tidak sengaja.

Jubir Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada hari Sabtu 5 Pebruari lalu bahwa laporan palsu Bloomberg adalah pernyataan agresif yang sangat berbahaya. 

Mengutip cuitan Peskov dari Sputnik International : "Ini adalah demonstrasi sempurna tentang betapa berbahayanya situasi di Ukraina dan Eropa ketika diprovokasi oleh pernyataan agresif tanpa akhir yang datang dari Washington, dari London, dan dari pemerintah Eropa lainnya." 

Lebih lanjut Peskov menandaskan "percikan apa pun" bisa berbahaya dalam situasi tegang sekarang. "Dan ini mungkin juga merupakan demonstrasi hebat tentang bagaimana pesan semacam itu dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak dapat diperbaiki," lanjutnya.

Jelas bahwa ketegangan di Ukraina sekarang terutama dipicu oleh bagaimana negara-negara Barat tidak hanya meningkatkan "pernyataan agresif", tetapi juga meningkatkan pengiriman senjata dan pasukan ke dekat perbatasan Russia. 

Pada Jumat ybl, Menhan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan bahwa 85 ton bantuan militer AS telah tiba di Ukraina. Di antara negara-negara lain yang memberikan bantuan semacam itu ke Ukraina adalah Kanada, Inggeris, dan beberapa negara Baltik.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden telah menandatangani pengerahan pasukan tambahan Amerika ke Eropa Timur untuk "memastikan pertahanan yang kuat" dari sekutu AS. 

Pentagon mencatat pasukan yang akan dikerahkan di Polandia, Jerman dan Rumania tidak akan "bertarung di Ukraina". 1.000 personel AS ditetapkan untuk dipindahkan dari Jerman ke Rumania dan sekitar 2.000 tentara Amerika ditugaskan ke Polandia.

Setelah utak-atik semua media barat, berbagai manuver itu hanyalah propaganda barat, ntah dari medianya ntah dari pemimpinnya bahkan dari para penggembira yang sudah keracunan film-film Hollywood yang selama ini menggambarkan betapa Russia Eks Uni Soviet adalah jalang dunia yang harus dikucilkan.

Kesiapan Russia

Russia sendiri jauh sebelum AS dan NATO memprovokasi, seperti biasa mengerahkan pasukan ke perbatasan Ukraina dalam dalam rangka kesiagaan yang sah dilakukannya di perbatasan manapun seperti Ukraina sekarang ini. Itu adalah rutinitas tahunan baginya. Pakta Warsawa tak ada lagi. Yang pasti keberadaannya di mandala Eropa hanyalah pakta NATO.

Satu catatan penting disini Konfederasi eks Uni Soviet sudah lama tak berfungsi dan digantikan kemandirian masing-masing negara, yang semakin lama semakin berkiblat ke Eropa Barat bahkan mayoritas sudah jadi anggota NATO yang justeru semakin membahayakan keamanan Russia. Konfederasi tersebut berjatuhan ke pelukan barat. 

Mereka para elitnya lebih tergiur dengan glamour barat ketimbang mewujudkan mimpi konfederasi eks Uni Soviet yang dapat mengimbangi barat dalam bidang apapun dan dimana pun. Mereka lupa bahwa itu adalah delusi sebagaimana Jerman belum lama ini mengirim Helm ke Ukraina.

Putin sadar tentang itu. Maka ketika saudara-saudara Eropa Timurnya dikilik-kilik diiming-imingi dan diprovokasi barat, Putin diam-diam membesarkan iptek dan persenjataan canggih Russia, ntah itu kapal selam nuklir, ICBM yang diupdate, fighter dan stealth terkini, instrument electronic warfare, rudal darat ke darat, darat ke udara yang mampu menghancurkan sasaran secepat apapun, sampai-sampai Erdogan, Pakistan, India dll tegiur dengan rudal fantastis itu, bahkan di mandala middle east, Israel sekutu terdekat AS harus super hati-hati dalam menerbangkan fighter tercepatnya yang bakal hancur dalam hitungan detik apabila mencoba mengganggu Russia di bumi Syria.

Protokol Minks dan Pembangkangan Ukraina

Protokol Minsk adalah kesepakatan yang berusaha untuk mengakhiri perang di wilayah Donbas Ukraina. Setelah pembicaraan ekstensif di Minsk, Belarusia, perjanjian tersebut ditandatangani oleh perwakilan Grup Kontak Trilateral (Russia, Ukraina, OSCE -- Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama Eropa), tanpa pengakuan status apa pun, oleh kepala Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk saat itu. 

Minsk I gagal, muncul Minks II yang ditandatangani pada 12 Pebruari 2015. Ini juga gagal menghentikan pertempuran, tapi trilateral setuju bahwa itu tetap menjadi dasar untuk resolusi konflik di masa depan.

Minks I dan Minks II adalah gambaran betapa perioda panjang Uni Soviet telah membuat beberapa kantong di Ukraina dihuni oleh mayoritas Russia. Mereka berontak ketika pemerintah Ukraina membangun beleid yang tak sesuai dengan kepentingan mereka. Bahkan pemerintah tak meloloskan UU Amnesti bagi milisi Donbass dan Luhanks setelah pemilihan Parlemen Ukraina. 

Keputusan presiden Ukraina yang melarang penuntutan gerilyawan separatis Donbas dikeluarkan pada 16 September 2015, tetapi undang-undang yang diajukan malah mengusulkan untuk membatalkannya".

Pada Januari 2015, gencatan senjata berdasarkan Protokol Minsk telah benar-benar runtuh. Menyusul kemenangan separatis di Bandara Internasional Donetsk yang bertentangan dengan Protokol. Jubir Parkemen Donbass Eduard Basurin mengatakan "Memorandum Minsk tidak akan dipertimbangkan dalam bentuk yang diadopsi". 

Kemudian pada hari itu, pemimpin parlemen  Alexander Zakharchenko mengatakan bahwa parlemen "tidak akan melakukan upaya pembicaraan gencatan senjata lagi", dan pasukannya akan "menyerang sampai ke perbatasan wilayah Donetsk". The New York Times mengatakan gencatan senjata telah "hilang total".

Pemimpin Parlemen Donbass Alexander Zakharchenko mengatakan setiap perubahan pada Minsk II yang belum disepakati bersama adalah "tidak sah secara hukum", dan "tidak ada yang telah disepakati di Minsk yang dilaksanakan". Dia menambahkan Republik Donbass "harus menduduki semua kota di mana referendum berlangsung, dan kemudian secara politik bekerjasama dengan Ukraina sebagai mitra setara". 

Meski demikian, perwakilan Parlemen Donbass dan Donetsk tetap meneruskan proposal perdamaian ke Trilateral Contact Group on Ukraina. Menhan Ukraina Stepan Poltorak mengatakan pada 8 Juni 2015 bahwa lebih dari 100 tentara dan sedikitnya 50 warga sipil telah tewas sejak Minsk II mulai berlaku. 

Menurutnya, pasukan pro Russia telah melanggar gencatan senjata lebih dari 4.000 kali. Bertentangan dengan kesepakatan, perwakilan parlemen Donbass Denis Pushilin dan perwakilan parlemen Donetsk  Vladislav Deinego yang mengatakan pada 10 Juni 2015 bahwa republik mereka "ingin bergabung dengan Federasi Rusia". Selain itu, mereka mengatakan bahwa mereka menganggap Krimea , yang dianeksasi Russia pada Maret 2014 adalah bagian dari Russia.

Jelas tergambar bahwa Protokol Minsk sudah tidak ada lagi artinya dan tawaran negara konfederasi bagi republik-republik di dalam Ukraina ditampik. 

Ini yang membuat Russia  geram, sehingga Gun Boat Diplomacy pun dijalankan sekarang ini, dengan catatan apabila Ukraina dapat mengakomodir apa maunya Russia. Boleh jadi eskalasi tidak ada. 

Tapi apabila Ukraina ngotot dengan iming-iming persenjataan Barat, mereka akan salah hitung, karena Russia sekarang bukanlah Russia tahun-tahun pertama pasca Uni Soviet. Russia sekarang adalah Russia yang sangat mematikan, apalagi ada China bahu membahu dengannya.

Kuburan NATO

Memang Kekuatan Barat telah terlibat dalam upaya diplomatik yang intens untuk mencegah apa yang mereka takutkan sebagai invasi yang membayangi oleh Rusia, meskipun ada penolakan keras dari Moskow. Awal pekan ini, AS mengerahkan ribuan tentara ke Rumania, Jerman dan Polandia untuk mendukung pasukan NATO di Eropa. 

Russia menanggapi dengan mengatakan langkah itu akan mempersulit semua pihak untuk mencapai kompromi. Pentagon mengatakan pada hari Kamis Moskow berencana untuk memfilmkan serangan Ukraina palsu terhadap Russia untuk membenarkan invasi, AFP melaporkan. 

Namun, pejabat AS belum dapat memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut, dimana Jubur Deplu AS Ned Price mengatakan AS tidak tahu apakah Moskow telah memutuskan untuk melanjutkan rencana tersebut. 

"Russia telah mengisyaratkan kesediaannya untuk melanjutkan pembicaraan diplomatik sebagai sarana untuk meredakan ketegangan, tetapi tindakan seperti ini menunjukkan sebaliknya," kata Price seperti dikutip AFP. 

Sebelumnya, ketika menjabat sebagai anggota tidak tetap DK PBB pada 2019, Indonesia berupaya mempromosikan langkah-langkah membangun kepercayaan antara Russia dan Ukraina untuk membantu mereka menjaga perdamaian. Indonesia menjaga hubungan positif dengan kedua negara.

Laporan terbaru di media Russia menunjukkan PMC AS di jalur kontak telah memulai serangan artileri terhadap formasi pertahanan LDNR. Terungkap dari sateit mata-mata Russia Donetsk mendapat serangan besar-besaran dari Angkatan Bersenjata Ukraina (Lih Avia Pro, 05/02/2022}.

Tentara bayaran Amerika berada di balik serangan terhadap Donetsk, Avia Pro situs berita penerbangan militer Rusia] melaporkan pada 06/02/2022). "Intelijen Russia telah memperoleh bukti kelompok Ukraina dilatih oleh instruktur CIA AS untuk memicu serangan di republik independen Donetsk dan Luhansk. Pada saat yang sama, MI6 Inggeris mempersiapkan kelompok Ukraina untuk melaksanakan provokasi di Ukraina sendiri. Semuanya akan difilmkan, sehingga Russia disalahkan." NATO-Ukraina: telah melakukan "hitung mundur aktif", kata pejabat senior Russia, Boris Karpov, 20 Januari 2022/.

Upaya eskalasi oleh PMC AS bertepatan dengan berbagai laporan AS berusaha untuk merekayasa perang antara Russia dan Ukraina (untuk memicu intervensi militer Russia di Donbass). 

Tindakan yang disebut Russia sebagai intervensi kemanusiaan potensial untuk melindungi Russia ketika berbicara kepada populasi di wilayah tersebut, dengan LSL Blok Barat berusaha untuk membingkai tanggapan seperti itu sebagai 'invasi'.

Menurut Intelijen republik Donetsk dan Luhansk, senjata berat, instruktur asing (Inggeris dan AS) dan operator CIA berada di garis depan. Di media Barat, ramalan berjalan dengan baik dan setiap minggu Russia akan  "segera menginvasi" Ukraina) direlease. Tapi tidak ada yang terjadi. 

Sederhananya, tidak satu pun dari media ini berani "memprediksi" Russia akan campur tangan hanya jika atau ketika Ukraina menyerang warga negaranya di Donbass. 

Menurut sumber di Staf Umum Russia, ini akan terjadi antara 18 dan 22 Pebruari. Biden ingin perang melawan Russia, demikian Boris Karpov, 4 Pebruari 2022'

AS berupaya merekayasa perang antara Russia dan Ukraina untuk mengisolasi Russia (secara ekonomi dan politik) dari MEE/UE. Ada keyakinan AS dapat menghindari konsekuensi dari tujuan bermusuhan ini. 

Keyakinan semacam itu hanya didasarkan pada angan-angan (sebagaimana diverifikasi oleh pernyataan pejabat Russia bahwa Russia akan merespons dengan menargetkan kepentingan AS secara asimetris). 

Perlu juga dicatat bahwa berbagai analis AS telah memperingatkan Konflik Russia Ukraina pada akhirnya akan menjadi Konflik Rusia NATO (arsitektur ofensif  NATO yang akan ditargetkan jika terlibat dalam operasi AS-NATO, dengan pasukan AS-NATO di wilayah tersebut bertindak sebagai provokator untuk kebakaran yang lebih luas di Ukraina).

Seorang perwira tinggi pensiunan US Army yang pernah dilatih untuk melawan Tentara Soviet, sebagaimana dalam kolom comment JakPost mengatakan perang dengan Russia tidak akan seperti apa pun yang pernah dialami militer AS. 

Militer AS tidak terorganisir, terlatih, atau diperlengkapi untuk melawan rekan-rekan Russianya. Juga tidak memiliki doktrin yang mampu mendukung konflik senjata gabungan skala besar. 

Jika AS ditarik ke dalam perang darat konvensional dengan Russia, ia akan menghadapi kekalahan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah militer AS. 

Jika pasukan AS menemukan diri mereka dalam perang darat dengan Russia, Letnan Jenderal HR McMaster berkata, "mereka akan berada dalam kebangkitan yang kasar dan dingin." Perang apa pun dengan Russia akan membuat pasukan Amerika dibantai dalam jumlah besar. 

Seperti inilah perang dengan Russia. Ini tidak akan terbatas pada Ukraina, tetapi meluas ke medan perang di negara-negara Baltik, Polandia, Rumania, dan di tempat lain. Ini akan melibatkan serangan Russia terhadap lapangan udara NATO, depot, dan pelabuhan di seluruh kedalaman Eropa. 

Inilah yang akan terjadi jika AS dan NATO berusaha untuk melampirkan "kewajiban suci" Pasal 5 Piagam NATO ke Ukraina. Singkatnya, itu adalah pakta bunuh diri." (Perang dengan Russia tidak akan seperti apa pun yang pernah dialami AS dan NATO, Scott Ritter mantan perwira intelijen Korps Marinir AS, dalam RT, 4 Feb, 2022 ybl).

Penilaian oleh Scott Ritter selain (menjadi salah satu dari sedikit akal sehat), pemikiran kelompok yang berlaku tentang 'eksepsionalisme' blok Barat serlaku ideologi supremasi dan keangkuhan terkait produk dari kepercayaan mereka pada propaganda mereka sendiri. 

Pada kenyataannya, blok AS-NATO-Israel-lah yang terlibat dalam perang agresi berturut-turut. Mereka tidak dapat memenangkan perang ini (beberapa masih dalam situasi konflik/perang proxy yang aktif). 

Russia dan China jauh lebih mampu (baik dalam domain perang konvensional maupun hibrida) daripada kemampuan terbatas negara-negara target sebelumnya. 

Kemampuan pembalasan ekonomi dan militer (konvensional, nuklir dan hibrida) Russia dan China jauh melebihi kemampuan blok Barat seperti yang akan menjadi bukti pada waktunya.

Kemungkinan Perang Nuklir dan/atau PD III di Mandala Eropa?  Saya pikir  NATO akan berpikir seribu kali untuk itu.

Atau mau coba wahai AS dan NATO!

Joyogrand, Malang, Mon', Febr' 07, 2022.

Russia bersiap menyerang Ukraina. Foto doc :  Foreign Policy.
Russia bersiap menyerang Ukraina. Foto doc :  Foreign Policy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun