Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ancaman Omicron dan Revisi Agenda Natru 2021-2022

4 Desember 2021   18:58 Diperbarui: 4 Desember 2021   19:01 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Corona Virus : Foto : Dr. Klaus Trumm; flickr.com

Ancaman Omicron dan Revisi Agenda Natru 2021-2022

Varian baru Omicron dalam dunia per-Covid-an sekurangnya adalah ancaman sekaligus rem terbaru bagi kita untuk meninjau ulang agenda kita dalam songsong Natru (Natal-Tahun Baru) 2021-2022.

Sebagaimana diketahui sudah sejak beberapa waktu lalu Presiden Jkw menegaskan bahwa akhir tahun 2021 ini kekebalan nasional kita akan finish terbangun ketika vaksinasi nasional yang tengah dikebut sampai sekarang berhasil mencapai target 70-75% populasi negeri ini.

Kita yakin dengan itu, berpijak pada bukti pemerintah berhasil melandaikan amukan Delta beberapa waktu lalu. Namun memasuki penghujung 2021 ini, kita justeru tak boleh cepat jumawa. Masih ada 2 ancaman dalam sosok lain yang memaksa kita untuk merevisi pandangan kita ke depan.

Pertama fenomena La Nina yi fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi. La Nina menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia terjadi, selain angin muson. La Nina dari bahasa Spanyol yang berarti gadis kecil. 

Fenomena ini merupakan kebalikan dari fenomena El Nino yang menyebabkan panas di Indonesia. Mengutip BMKG, terjadinya fenomena ini, Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan hingga di bawah suhu normal. Pendinginan ini berpotensi mengurangi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah. 

Selain itu, angin pasat berembus lebih kuat dari biasanya di sepanjang Samudera Pasifik dari Amerika Selatan ke Indonesia. Hal ini menyebabkan massa air hangat terbawa ke arah Pasifik Barat. Karena massa air hangat berpindah tempat, maka air yang lebih dingin di bawah laut Pasifik akan naik ke permukaan untuk mengganti massa air hangat yang berpindah tadi. 

Hal ini disebut "upwelling" dan membuat SML turun. Kondisi ini akan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia, serta membuat musim hujan terjadi lebih lama. Upwelling adalah fenomena oseanografi yang melibatkan gerakan angin dari air yang padat, lebih dingin, dan biasanya kaya nutrisi dari air dalam menuju permukaan laut, menggantikan air permukaan yang lebih hangat dan biasanya kekurangan nutrisi.

Kedua, munculnya varian Omicron yang adalah bagian dari pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir sampai sekarang. Beberapa waktu sebelum varian ini muncul, dunia telah cukup kelabakan menghadapi varian Delta yang sangat mematikan itu dengan contoh nyata yang terserang yi India, AS, bahkan Indonesia.

Tetap Waspada

La Nina adalah ancaman temporer yang tahun-tahun sebelumnya sudah pernah dihadapi, bahkan belum lama ini angin puting beliung yang ditimbulkannya sempat membuat kelabakan warga Bogor dan Depok. Bagaimana tidak, atap-atap rumah beterbangan, begitu juga pohon-pohon yang bertumbangan cukup banyak di jalanan. Serbuan banjir karena hujan deras di hulu memang belum muncul, tapi karena ancaman La Nina diprediksi BMKG berlangsung hingga Pebruari 2022, maka warga dimanapun diminta untuk tetap waspada.

Lain halnya dengan pandemi Covid-19. Bayangkan Maret 2022 yad adalah HUT kedua pandemi ini. Belum ada satupun akhli yang mampu memprediksi kapan pandemi ini berakhir. Vaksin Covid-19 dari berbagai merk yang sekarang dipakai dunia hanyalah bentuk pengawalan tubuh yang bersifat sementara, sedangkan yang namanya obat penyembuh Covid-19 belum ada. Ini yang harus diingat.

Kita baru saja sedikit bernafas setelah hantaman varian Delta berhasil dilandaikan dengan berbagai pembatasan dan vaksinasi massal yang semakin dipercepat pelaksanaannya. Belum pulih benar dari serangan Delta, sekarang muncul  varian terbaru yang dinamai Omicron. Ia muncul dadakan persisnya awal Nopember lalu di Afsel. Tak ayal, puluhan negara kembali memperketat aturan pembatasan Covid-19 seperti syarat kedatangan pendatang asing hingga lockdown nasional akibat varian Omicron.

Varian Omicron : Kejutan Besar

Salah satu alat utama yang digunakan para ilmuwan untuk mencari tahu asal usul varian virus corona tertentu adalah dengan melihat kode genetiknya. Sama seperti orang-orang yang ingin mengetahui leluhur mereka, apakah leluhur mereka adalah orang Nordik, Mongol dst. Jejak garis keturunan dalam gen mereka dapat ditelusuri melalui genom virus yang kini merambah dunia dalam pandemi Covid-19.

Kepada media NPR (National Public Radio), US, belum lama ini, Trevor Bedford seorang ahli virologi komputasi dan profesor di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle, US, dan Richard Lessells seorang spesialis penyakit menular di Universitas KwaZulu-Natal, Durban, Afrika Selatan, mengidentifikasi varian Omicron di Afrika Selatan dan memberi tahu dunia.

Kedua pakar ini sepakat setelah melihat silsilah keluarga untuk varian Omicron ini. Ada sesuatu yang mengejutkan yi urutan terdekat kembali ke pertengahan 2020. Itu sangat jarang terjadi. Varian ini ber-evolusi dari galur yang beredar pada pertengahan 2020, dan dalam beberapa bulan berikutnya tidak ada jejak dari semua versi peralihan sehingga berubah menjadi versi Omicron yang terbentuk saat ini. "Omicron tidak terkait dengan varian apa pun yang beredar sebelumnya, dan mutasi yang terjadi membuat varian ini sangat-sangat jauh dari strain 2020, mengutip Bedford.

3 Hipotesis

1. Sumber Hewani

Ada kemungkinan, kata Bedford, bahwa strain pertengahan 2020 menginfeksi beberapa populasi hewan yang tidak diketahui, ber-evolusi saat menyebar di antara populasi hewan itu dan baru-baru ini menyebar kembali ke manusia.

Hipotesis ini meski belum terbukti benar, tetapi masuk akal secara teknis. Intinya adalah melihat tanda-tanda materi genetik hewan dalam genom, dan ada penyisipan RNA manusia yang menunjukkan mutasi itu kemudian berkembang pada manusia.

2. Penyebaran Samar di wilayah tak terpantau

Strain pertengahan 2020 mulai beredar di lokasi tak terpantau, kemungkinan di suatu tempat di Afrika selatan. Itu memungkinkan virus ber-evolusi di bawah radar. Dan pada saat perjalanan waktu 2021, virus Corona mengambil cukup banyak mutasi sehingga menjadi jauh lebih menular dan kemudian meledak di tempat kejadian saat ini.

3. Inkubasi pada orang dengan gangguan kekebalan

Ada satu tempat dimana virus bisa bersembunyi saat ber-evolusi menjadi varian Omicron yang mungkin tak tampak oleh pejabat kesehatan setempat. Omicron itu ngumpet di dalam tubuh seseorang, khususnya mereka yang sistem kekebalan tubuhnya tidak baik atau bahkan tidak berfungsi, seperti mereka yang terinfeksi HIV yang tidak diobati. Dalam kasus ini, sistem kekebalan orang dimaksud bisa saja masih cukup kuat untuk mencegah virus corona membunuhnya. 

Tapi kekebalan itu tidak cukup kuat untuk sepenuhnya menghapus virus. Jadi virus tetap tinggal di dalam tubuh orang tsb dalam waktu yang cukup lama dan terus bereproduksi. Pada setiap replikasi, ada kemungkinan ia akan bermutasi yang membuatnya lebih piawai dalam menghindari sel-sel kekebalan yang memproduksi antibodi orang tsb. Dalam Bahasa Bedford :  "Ini ibarat Tom dan Jerry berkejar-kejaran, dimana respons imun mengejar dan virus berlari." Tak heran virus memiliki waktu lebih dari cukup untuk ber-evolusi.

Corona Virus. Foto : Martin von Pfaler; flickr.com
Corona Virus. Foto : Martin von Pfaler; flickr.com

Tetap Bersiaga Meski Hipotetik

Penyelidikan ilmiah Omicron terjadi secara real time, dengan informasi baru yang bersifat dadakan, sehingga asal-usulnya pun bisa berubah.

Prediksi ilmiah jangka pendek tentang sumber Omicron dapat membantu para ilmuwan menilai potensi ancaman dari varian tsb. Misalnya, ketika Omicron terbukti tak terdeteksi ketika ber-evolusi pada populasi besar manusia selama beberapa bulan terakhir ini, maka bisa saja varian ini tidak menular seperti yang dikhawatirkan sekarang. 

Toh, kita baru melihat segelintir kasus di berbagai negara. Singkatnya, varian ini belum menyebar dengan sangat cepat. Namun, jika terbukti Omicron ber-evolusi di tubuh satu orang dan langsung menyebar ke populasi yang lebih luas, itu berarti tingkat sirkulasi yang sekarang terdeteksi, dimulai dari para turis hingga dapat sesegeranya mencapai kita dimanapun berada dalam periode yang jauh lebih singkat. Ini menunjukkan varian Omicron jauh lebih menular.

Terlepas dari asal usul Omicron, bagaimanapun kemunculan varian baru ini adalah pengingat bahwa varian berikutnya ntah dengan penamaan apapun itu nanti, dipastikan sangat berbahaya. Bisa saja virus baru itu tercipta atau bermutasi pada orang-orang yang mengalami gangguan kekebalan sebagaimana penjelasan ilmiah di atas.

Masalah hipotetik ini sedang gencar-gencarnya diteliti untuk pembuktian lebih lanjut. Dan, kita tak boleh lengah dan tetap bersiaga, agar tak kecolongan lagi seperti kasus varian Delta sebelumnya.

Revisi Natru 2021-2022

Natru 2021-2022 sudah sangat dekat diambang pintu dan sepertinya umat yang merayakannya tak hanya kalangan Kristen saja. Masalahnya yang universal disitu adalah perayaan tahun barunya yang disebut-sebut sebagai "New Years Eve" atau perayaan puncak yang titik ledaknya persis pada Pk 00.00 atau "final count down" 2021 ke 2022. Nah, disinilah persoalan itu. Kita pun mendadak menjadi bagian dari lautan massa yang hanya fokus pada New Years Eve. Kita tak lagi berpribadi, tapi sudah melekat erat sebagai bagian dari massa yang keukeuh ber-trancer ria pada moment itu.

Selain mewaspadai bakalan riot seperti itu, ingat jugalah fakta masih ada jutaan orang di muka bumi ini, bukan hanya di Afsel saja, yang mengidap HIV dan tidak dalam pengobatan. Maka membantu mereka adalah salah kunci untuk mengakhiri pandemi virus corona. Intervensi disini sudah jelas. Kita hanya perlu memperkuat respon kita terhadap HIV dan mereka yang bermasalah dengan kekebalan tubuh. Sebaiknya bawalah sebanyak mungkin orang kedalam pengobatan yang efektif, khususnya mereka yang mengidap HIV-Aids.

Akhirnya jangan sampai varian Omicron disepelekan hanya karena menunggu pembuktian ilmiah lebih lanjut sebagaimana disuggest oleh para akhli. Tau-tau varian itu sudah ada di hadapan kita bahkan ditubuh kita yang sudah tervaksin sekalipun. Pengawalan tubuh kita seketika hancur karena vaksin yang kemarin kita dapatkan ternyata tak mengenali lagi varian baru dalam samaran baru yang sama sekali tak terdeteksi vaksin di dalam tubuh kita.

Mari periksa kembali agenda Natru 2021-2022 kita, jangan sampai bunda yang mengandung kita nanti dijadikan "scapegoat' untuk disalahkan habis-habisan.

Samanea Hill, Bogor, Sat', Dec' 04, 2021

Corona. Foto : Peter Pico; flickr.com
Corona. Foto : Peter Pico; flickr.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun