Mohon tunggu...
Parlin Nainggolan
Parlin Nainggolan Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Berbagi pengetahuan adalah hal yang memiliki kenikmatan tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kegunaan "Coaching" dan "Counseling" bagi Karyawan

21 Mei 2018   17:37 Diperbarui: 21 Mei 2018   18:03 3922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Didalam dunia kerja, kita menghadapi berbagai macam permasalahan yang timbul, baik itu antara kita dengan Pimpinan, atau kita dengan rekan kerja dan sering juga kita dengan bawahan. 

Permasalahan ini sering terjadi dan menghambat aktifitas bahkan kinerja kita dan karyawan lainnya yang terkena dampak permasalahan tersebut, bahkan dapat mempengaruhi produktifitas Perusahaan. 

Terutama para pimpinan, sering menghadapi karyawan atau bawahan yang tidak secara maksimal melakukan aktifitas pekerjaan, namun hal ini perlu segera diatasi. Tidak maksimal melakukan pekerjaan, bisa terjadi didasarkan atas permasalahan pribadi karyawan tersebut, atau permasalahan dalam aktifitas kerja, apakah yang bersangkutan tidak mengerti dengan tugas yang diberikan Pimpinan,atau kurang terlatih dalam menangani pekerjaa. Untuk itu Pimpinan, perlu melakukan aktifitas Coaching dan Counseling kepada karyawan/bawahan tersebut. Coaching dan counseling diberikan kepada karyawan, pada saat :

1. Pada saat karyawan sedang memerlukan hal tersebut,sehingga Pimpinan harus bisa mengatur waktu untuk melakukan coaching dan counseling.

2. Pada saat timbul gejala-gejala yang akan merugikan pribadi karyawan, rekan sekerja ( orang lain ), bahkan jika merugikan Perusahaan.

3.  Pada saat ada laporan dari pihak-pihak atau orang lain, secara bertanggung jawab.

Coaching merupakan bimbingan atau masukan yang diberikan kepada seseorang, dalam hal ini karyawan, agar memiliki keahlian dan keterampilan yang lebih baik, agar dapat menyelesaikan suatu masalah, pekerjaan atau tugas yang diberikan Pimpinan. 

Sedangkan Counseling  merupakan proses memberi dukungan yang dilakukan Pimpinan, agar karyawan atau bawahan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi, terutama terhadap masalah pribadi, perubahan kebijakan dalam Perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerjanya.

Coaching diberikan kepada karyawan :

1. Tidak dapat melakukan pekerjaannya, karena kurang mengerti atau tidak tahu prosedur mengerjakan pekerjaan.

2. Untuk meningkatkan produktifitas kerja,sehingga diperlukan coaching.

3. Untuk mengatasi permasalahan kerja karyawan yang sudah terjadi, sehingga perlu ada dukungan atau support dari Pimpinan,untuk mengatasi hal tersebut.

Counseling diberikan kepada karyawan :

1. Jika ada permasalahan pribadi karyawan, yang mungkin Pimpinan dapat memberikan masukan atau solusi, agar tidak mempengaruhi kinerja karyawan tersebut.

2. Jika ada kebijakan-kebijakan baru dari Perusahaan, yang mungkin kurang di mengerti atau karyawan tidak menerima akan kebijakan baru tersebut, sehingga perlu dilakukan counseling bagi karyawan tersebut.

Dari hal diatas,dapat kita ambil kesimpulan dari tujuan Coaching dan Counseling,dimana tujuan dari coaching adalah membantu pekerja agar dapat mengatasi masalah-masalah pekerjaan yang dihadapinya,terutama yang berkaitan dengan keahlian,keterampilan dan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaannya. 

Sedangkan counseling adalah membantu karyawan untuk dapat mengatasi problema pribadi, menjaga psikis karyawan yang seimbang,membantu karyawan untuk menemukan hal yang tepat dalam mengambil keputusan pribadi serta membantu memodifikasi perilaku karyawan agar sesuai dengan yang diinginkan counselor ( Pimpinan ).

Coaching dan counseling seharusnya sering dilakukan Pimpinan kepada Karyawan, namun sering terjadi hal ini tidak dilakukan Pimpinan dengan alasan :

1.  Tidak ada waktu untuk melakukan coaching atau counseling.

2.  Merasa tidak bisa melakukan coaching dan counseling, dengan alasan sebenarnya itu bukan tugasnya, tetapi tugas dari HRD.

3.   Hal ini dianggap sebagai tugas dari seorang psikolog.

4.   Ada kekhawatiran atau ketakutan terjadi konflik, baik antara dia dengan karyawan atau dengan karyawan yang lain.

5.   Karyawan sering dianggap tidak suka mendengar nasihat.

6.   Anggapan bahwa dampak perubahan organisasi, tidak mempengaruhi kinerja karyawan sehingga tidak perlu di counseling.

7.   Tidak perduli dengan hal tersebut.

8.   Ketakutan menyampaikan sesuatu hal, sehingga terjadi ketidakpuasan bagi karyawan dan tidak bisa mengatasinya.

9.   Ada anggapan karir karyawan merupakan urusan pribadinya.

10. Tidak mau menambah masalah lagi,sehingga tidak mau mengambil peran untuk coaching dan counseling.

11.  Tidak ada percaya diri, untuk bisa melakukan hal tersebut.

12.  Takut hal tersebut akan menjadi tempat curhat karyawan dan menjadi terbawa perasaan.

13.  Merasa tidak mampu memecahkan masalah, akibat dari pemberian coaching dan counseling kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun