"Sadli?"
"Ya, ini aku kapten..."
Sosok berkumis itu muncul dengan sepucuk pistol laser perak mengkilat di tangannya. Sulistyo yang kaget, sontak mengangkat tangan tanda menyerah.
"Sulistyo... Sulistyo..., semua orang di republik ini tahu kalau kapal-kapal PT. Naval Abadi memiliki standar keamanan dan keselamatan yang tinggi. Sudah banyak aksi teror yang gagal dilakukan karena hal ini. Aku jadi sadar, untuk menenggelamkan satu kapal Naval Abadi, aku tak boleh menyerang dari luar. Hanya satu kemungkinan yang pasti, aku harus jadi orang dalam. Dan akhirnya kini aku berhasil melakukannya."
"Jadi, kau yang selama ini menghasut pak Freidrich agar mendepak Richard?"
"Ya. Dan sebagai info tambahan, aku juga sengaja memanas-manasi si Freidrich soal standar keamanan yang banyak makan anggaran itu," kata sadli sambil terkekeh.
"Jadi, kaukah orangnya? Kau mau menghancurkan kami?"
"Setelah kematianmu di tanganku hari ini, dendamku 10 tahun lalu akan terbalaskan!"
"Tolong, hentikan ini Sadli. Aku tak tahu apapun mengenai dendam yang kau maksudkan..."
"Kau lihat foto ini?" kata Sadli sambil menunjukkkan sebuah foto hitam putih yang menampilkan seorang kapten kapal. "Tentu kau kenal ayahku bukan? Dialah kapten kapal Zaragosa. Ia tenggelam karena sabotase dari  seorang anggota pekerja di PT. Naval Abadi. Perusahan ini telah berusaha menyingkirkan permata PT. Laut Kencana. Sekarang, kalian akan merasakan pembalasan dendam itu...," kata Sadli lagi sambil kembali tertawa kencang.
Sadli mengarahkan pistol lasernya ke arah kepala Sulityo yang sedang bergetar ketakutan di tempat duduknya. Namun...