***
"Apa? Tambah 1.800 orang lagi? Tentunya tambahan orang ini beserta bagasinya akan menyebabkan tonase kapal naik sekitar lebih dari 100 ton. Kita akan mengalami overbagasi, Sulistyo, " keluh Richard, sang arsitek kapal pada kapten Sulistyo siang itu.
"Itu sudah kupikirkan. Tetapi ini demi keuntungan maskapai pelayaran ini juga. Semua orang sedang melirik pada kapal ini, sebuah mutiara putih yang baru muncul dari dasar laut Indonesia."
"Tapi sebagai arsitek kapal, aku tahu persis apa yang terjadi kalau kapal ini overbagasi. Jika kapal itu mengalami kebocoran pada lunasnya, maka perangkat anti tenggelam tak akan mampu menahan bobot kapal itu."
"Tuan Richard, anda tidak perlu kuatir. Megabahari akan dikawal oleh para kelasi yang jenius dan berpengalaman. Lagipula, anda tidak akan kehilangan muka, pun kalau kapal itu mengalami hal-hal yang tidak diinginkan nantinya."
Dengan tatapan putus asa dan marah, Richard menggebrak meja kerja Sulistyo. "Demi Tuhan! Semua orang di maskapai ini tidak pernah mendengarkanku. Kalian hanya membutuhkan ide dan talentaku tetapi tak pernah sedikitpun mau mendengarkanku! Aku bertanggunjawab atas nyawa ribuan orang di kapal itu Sulsityo...!!!" teriak Richard marah.
"Sebentar lagi kau tak akan bertanggungjawab sedikitpun Richard..." Suara pak Freidrich tiba-tiba menyela, ia datang dengan membawa seorang yang lain lagi.
"Mulai hari ini saya telah putuskan untuk memberhentikanmu sebagai pengawas dan penanggunjawab konstruksi teknik kapal. Sebagai gantimu, Pak Sadli dari teman seperguruanmu yang akan menggantikanmu," kata pak Freidrich sambil menunjuk seorang pria berkumis tebal di samping kirinya. Richard berang.
"Aku tak menyangka, selama ini orang-orang yang kupercaya adalah serigala berbulu domba... bedebah!!!" seru Richard beringas.
"Penjaga, tolong bawa orang ini keluar kantor!" perintah pak Freidrich.
"Matilah kalian semua... semoga Kapal kalian itu terkubur di dasar laut!" pekik  Richard sambil berlalu digandeng para penjaga.