Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Atheisme dan Sikap Umat Beragama

26 Januari 2023   19:55 Diperbarui: 27 Januari 2023   22:49 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sikap umat beragama di Indonesia

Tentu saja umat beragama di Indonesia menganggap atheisme sebagai ancaman serius. Namun cepat atau lambat, atheisme juga akan menjalar dan menjadi hal yang umum di Indonesia. Kita sudah terbiasa dengan keberagaman agama. Tapi apakah masyarakat kita sudah siap menghadapi atheisme?

Selama Pancasila masih tetap menjadi tolok ukur kehidupan berbangsa dan bernegara, Atheisme tidak akan diberi tempat. Pancasila memang menjunjung tinggi kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk mempercayai apa yang diyakininya, tetapi tentu saja hal ini tidak berlaku bagi para penyangkal Tuhan. Atheisme secara langsung bertentangan dengan sila pertama dan yang terutama: Ketuhanan yang maha Esa.

Bagaimanapun, kehadiran Atheisme dan perkembangannya sudah harus menjadi moment umat beragama untuk mengevaluasi cara kehidupan beragamanya. Kadangkala umat beragama “ditertawakan” oleh orang-orang Atheis ketika gagal untuk melakukan apa yang diimaninya. Kaum beragama sering mengangap diri sebagai kaum yang paling benar, dan cinta kedamaian, namun kenyataannya, kebencian berbalut perbedaan agama telah memicu perang, kerusuhan serta serangkaian teror yang memusnahkan banyak nyawa manusia.           

Kita patut bertanya-tanya, mengapa orang-orang yang tak mengenal Tuhan Kadang kala lebih menjunjung tinggi kemanusiaan dibandingkan masyarakat beragama yang masih doyan korupsi dan menindas orang lain?

Itu sebabnya kita harus memikirkan bahwa sesungguhnya debat-debat doktrin yang berkepanjangan di antara umat beragama tidak akan membawa perubahan ke arah lebih baik. Bahkan tidak sedikit orang beragama yang berbelok menjadi penganut atheisme karena muak dengan sikap keberagamaan yang fanatic namun mengabaikkan kedamaian dan kebebasan berekspresi hakiki manusia. Setiap agama memiliki keyakinan dan kebenaran yang diyakininya sendiri, kita tidak perlu saling memaksa. Biarlah hati nurani masing-masing yang diterangi oleh kebenaranlah yang akan menuntun seseorang akan kepercayaan yang benar.

Selanjutnya, marilah kita berlomba-lomba untuk menunjukkan bahwa iman kita berfaedah secara nyata demi kemajuan dan kemaslahatan manusia. Jika orang-orang beragama meyakini bahwa perbuatannya dapat mendatangkan surga, jangan tunggu sampai surga itu nyata setelah kematian, tetapi hadirkanlah surga itu di atas dunia pada saat ini dan di sini. Karena surga pada hakikatnya adalah keadaan damai dan sejahtera. Pantaskah orang-orang beragama mendambakan surga nantinya dengan menciptakan neraka saat ini?

 

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun