"Sungguh memprihatinkan. Pria setampan kamu bisa terpikat dengan orang aneh seperti itu."
"Barbara, kurasa kita wajib mengajaknya berbicara... siapa tahu dia dapat mengeluarkan perkataan yang tak pernah kita dengar sepanjang sejarah."
Usulan John kali ini agaknya diterima dengan baik oleh ketiga gadis itu. Kali ini mereka sepakat untuk menguak kemisteriusan Grisela yang telah melegenda.
Di dalam kepala mereka dan juga kepala warga kampus, berseliweran pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa yang dibacanya? Apa yang dicoret-coretnya? Apa yang dipikirkan dan dikhayalkannya? Apakah dia memilki rasa tertarik kepada lelaki? Bahkan pertanyaan itu kian menukik. Apakah Grisela itu manusia?
***
Sebenarnya sudah pernah Grislea memperdengarkan suara dan pengetahuan misteriusnya setahun yang lalu. Ketika itu ia mengomentari ajaran Prof. Darmo, seorang dosen mata kuliah Filsafat Barat.
"Nietsche dan Feurbach sama sekali tidak membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada, mereka hanya menunjukkan bahwa Tuhan itu tidak pantas untuk dipercaya..."
Semua mata terpana siang itu. Grisela baru saja memberikan suatu komentar yang tak pernah didengar oleh sang Profesor dalam karirnya selama dua puluh tahun. Memang tidak pernah Pak Darmo menjumpai seorang mahasiswa semester pertama yang berani mengomentari kata-katanya.
"Lalu apa kesimpulanmu?"
"Kesimpuannya adalah, bukti selalu membutuhkan asumsi. Dan bagi saya Tuhan tidak perlu diasumsikan. Dan jika Tuhan tidak perlu diasumsikan, maka keberadaan Tuhan juga tidak perlu dibuktikan. Seluruh pencarian akan bukti keberadaan Tuhan, hanya akan mengurung Dia dalam tempurung pemikiran manusia. Kita hanya mampu berpikir antara hitam dan bukan hitam, antara benar dan salah."
Pak Darmo mematung dan tertegun. Terkesima.