Ketika Romo Mangun menanyakan kira-kira buku macam apa dan berapa banyak yang akan diterbitkan, panitia menjawab, “Satu atau dua buku bunga rampai dari para intelektual, para pakar yang berkompeten di bidangnya dan semua tulisan itu dipersembahkan untuk Romo Mangun.”
Termasuk buku lain yang diterbitkan adalah Y. B. Mangunwijaya Pejuang Kemanusiaan berisi tulisan P. Swantoro, Mudji Sutrisno, SJ, Ignatius Haryanto, Bakdi Sumanto, dan H. Datus Lega, dan sejumlah sahabat Romo Mangun lainnya yang notabene para tokoh lintas disiplin ilmu dan melintasi sekat-sekat.
*
Hakekat sebuah buah buku bukanlah kata benda melainkan sebuah kata kerja. Namun buku akan tetap menjadi kata benda apabila kita tidak membacanya, atau jika membacanya namun tidak mendarahdagingkan inspirasi yang menyuburkan perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Buku menjadi kata kerja jika kita membacanya, menghayatinya, dan mengamalkannya, menjadi enerji gerak yang mengubah peradaban.
Pak Sim dan Romo Mangun sudah merenung, mereka sudah bersaksi bahwa mereka adalah orang orang yang berhutang, dan mereka telah purna menunaikan tugas membalas utang itu. Seyogyanya, sesudah membaca Pak Sim dan Romo Mangun, sebagai murid bangsa orang-orang muda merenung, menyadari, dan bersaksi bahwa, “ “Saya berhutang kepada negara, kepada bangsa, berhutang kepada Pak Sim, berhutang kepada Romo Mangun, berhutang kepada para pahlawan, berhutang kepada masyarakat, berhutang kepada ayah ibu, berhutang kepada sahabat.” Komitmen “saya orang berhutang dan saya ingin membalas hutang-hutangku” menjadi cahaya moral di relung nurani untuk tidak mudah korupsi, tidak gampang mengambil hak rakyat untuk memperkaya diri sendiri, melainkan selalu menjadi bagian dari solusi untuk Indonesia.
John F Kennedy pada tanggal 20 Januari 1961 dalam pidato inaugurasinya sebagai presiden Amerika Serikat yang ke-35, berujar, "Jangan tanyakan apa yang negaramu dapat perbuat untukmu, tetapi tanyakanlah apa yang dapat kamu perbuat untuk negaramu!" Baiklah, maka kepadamu orang-orang muda, jangan pernah bertanya seberapa banyak piutangmu kepada negara. Tetapi bertanyalah seberapa banyak utangmu kepada negara. Kemudian jawablah dengan dedikasi dan berbakti, lengan bajumu singsingkan untuk negara, masa yang akan datang kewajibanmulah, menjadi tanggunganmu terhadap nusa,sebagaimana yang sudah ditunaikan Pak Sim dan Romo Mangun, sang guru bangsa.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H