Mohon tunggu...
Parhorasan Situmorang
Parhorasan Situmorang Mohon Tunggu... Penulis - Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Y. B. Mangunwijaya, Melihat Arsitektur dalam Bingkai Puisi

3 Desember 2016   20:39 Diperbarui: 4 Desember 2016   16:31 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya seorang arsitek besar Indonesia yang karya-karya arsitekturnya berasa (Kompasiana)

Di peta sastra Indonesia, Yusuf Bilyarta Mangunwijaya dikenal luas sebagai novelis mumpuni, tetapi tidak dikenal sebagai penyair. Salah satu puisinya yang terlacak adalah puisi yang berada satu kanvas dengan lukisan yang dibuatnya. Pada lukisan itu di hamparan tampak seorang manusia bernama Thalib berdiri, sendirian, ada siluet bayangan tubuhnya di pantai. Di hadapan si Thalib, ada goresan pena Mangunwijaya:

Hening ingin di bising badai

Nahkoda

Kan menyerah

Terundung tanya damba damai

Rahmat di balik gelisah

Menyentuh

Si Thalib

Setia satu-satunya syukur

Puisi “kata-kata” yang ditulis Mangunwijaya memang sedikit. Namun, apabila kita menyimak filosofi Mangunwijaya ketika mengarsiteki sebuah bangunan, dan cara dia memandang sebuah bangunan, serta defenisi puisi, sesungguhnya Mangunwijaya adalah penyair besar dengan puluhan karya puisi yang bahkan mendapat penghargaan internasional, salah salah satunya di kawasan Kali Code Yogyakarta yang meraih penghargaan Aga Khan. Karya arsitekturnya di Kali Code adalah puisi.

Puisi tidak di sisi lawan prosa, tetapi di sisi oposisi terhadap yang wadaq teknis kalkulatif melulu. Wastu pada ketiga-tiganya, teknik, prosa, puisi. Tetapi bila arsitektur wastu ingin berpredikat manusiawi berkualitatif tinggi, ia tak pernah akan melupakan puisi. Puisi yang telah menjadi wastu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun