(7) Bukan Aku, Tapi Beliau yang Bubarkan
Tak terasa, kami menghabiskan hampir lima jam untuk makan siang tersebut! Selain topik yang "berat" untuk dibahas, porsi makanan yang sangat banyak -- dan bertekad untuk sama-sama menghabiskan -- juga "memaksa" kami bertahan dalam pembicaraan yang panjang.Â
Belum tuntas banget, tapi karena masih ditunggu meeting yang lain di kantor, beliau mengingatkan untuk bubar.
(8) Antarkan ke Mobil
Paling tidak, antarkan beliau sampai ke depan pintu keluar restoran, walau paling baik adalah sampai ke pintu mobil. Â Yang terakhir itulah yang aku pilih.Â
Untuk memastikan bahwa beliau nyaman dan aman, aku antarkan ke tempat menunggu jemputan mobil sambil haturkan terima kasih untuk kesediaan dan waktu yang sangat berharga.Â
Tak lama sopirnya datang -- karena sudah ditelpon sebelumnya -- Â lalu aku menuju tempat parkiran mobilku dengan berjalan kaki.
Dan tahu 'nggak? Tak berapa lama berkendara, aku sadar bahwa mobilku dipepet mobil mahal beliau, lalu dari kaca mobil yang terbuka beliau berseru,"Pak, ikut saya ke kantor. Saya di depan, ya!"
Pertanda baik? Hehehe ... do'akanlah ya, kawan-kawan ...
Oh ya, kalau masih ada yang kurang dan perlu ditambahkan, silakan ya ...
Sekalian berbagi pengalaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H