Mohon tunggu...
Pardosa Godang
Pardosa Godang Mohon Tunggu... Dosen - Pelayan, pengajar dan pembelajar

Haus belajar, harus terus sampai aus ...

Selanjutnya

Tutup

Diary

Senangnya Bisa 'Nraktir Horang Kayah...

13 September 2022   18:15 Diperbarui: 13 September 2022   18:17 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar saja, tak lama beliau kirim share location satu restoran yang, jujur ... aku belum pernah datang ke sana, apalagi makan di sana. 

Tahulah apa sebabnya, ya? Walau beliau masih tanya apakah oke dengan restoran tersebut, jawabanku tetap: "aku ikut aja".


(4) Lakukan Survey Lokasi, atau Datanglah Lebih Cepat
Paling baik memang kalau melakukan survey ke lokasi untuk memastikan semuanya memang benar-benar oke. Tapi, karena restorannya pilihan beliau, tentu beliau sudah paham dengan situasi setempat. 

Karena 'nggak sempat melakukan survey, maka aku pastikan datang lebih cepat. Selain karena belum pernah ke sana, juga untuk memastikan aku "sadar lingkungan", misalnya lokasi parkir (aku kondisikan dengan mem-"book" space parkir di lokasi strategis), lokasi toilet (benar saja, waktu beliau bertanya, aku bisa tuntun arah ke tempat idaman banyak orang tersebut sambil mengimbuh sekadar kondisi toilet yang bersih, segar, dan aman), pilihan makanan, tempat duduk, dan jam buka/tutup restoran (rugi banget kalau kondisi restoran kurang nyaman untuk 'ngobrol berjam-jam, 'kan?).


(5) Cukup Tawarkan, Biarkan Beliau yang Putuskan!
Dengan perasaan "sok pintar" hasil briefing singkat pelayan restoran, aku menawarkan menu pilihan. Karena memang beliau sangat familiar, tentu saja pilihan menunya berbeda, dan aku pun harus legowo menyetujui pilihan beliau.


Ada yang lucu. Beliau pesan makanan berbagai ragam variasinya (kebiasaan orang kaya 'kali begitu, ya?) dan porsi yang besar pula. 

Walau jelas 'nggak bakalan habis kami makan berdua, aku segera mengingatkan diri sendiri untuk tidak melarang. Ingat, aku yang akan bayar, jangan sampai terkesan membatasi makanan ...


(6) Tunggu Waktu yang Tepat
Sepenting apa pun itu, bijaklah memilih momen yang tepat untuk menyampaikan isi hati. 

Jangan ketika lapar, dan atau lagi sibuk "mengolah makanan". Oh ya, makan siang kami pakai hot pot berupa rebusan dan kuah-kuahan, jadi aku harus sabar menunggu sampai usai kesibukan menuangkan daging, ikan, dan sayur ke rebusan.


Selain "curhat", tunggu waktu yang tepat pula untuk membayar. 

Nah, kesempatan itu datang ketika beliau ke toilet. Buru-buru aku panggil pelayan dan serahkan kartu kreditku untuk membayar semua pesanan kami. Sambil pesan dan bayar kontan sebotol air minum -- yang paling mahal aku bayar, hehehe ... - agar ada jalan untuk memberikan tip dari kembaliannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun