Mohon tunggu...
Pardosa Godang
Pardosa Godang Mohon Tunggu... Dosen - Pelayan, pengajar dan pembelajar

Haus belajar, harus terus sampai aus ...

Selanjutnya

Tutup

Diary

Senangnya Bisa 'Nraktir Horang Kayah...

13 September 2022   18:15 Diperbarui: 13 September 2022   18:17 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/illustrations/pertemuan-makanan-sarapan-481448/

Minggu lalu -- tepatnya Jum'at siang -- adalah hari yang menyenangkan bagiku lebih dari biasanya. Walau dari segi finansial, hari itu pengeluaranku untuk makan siang adalah di atas rata-rata alias lebih besar daripada biasanya. 

Alasannya, tak lain tak bukan: aku berhasil membayar makan siang pemilik perusahaan tempat aku bersiap-siap "mencari makan" sebagai konsultan bisnis mereka, hehehe ...

Berikut aku bagi beberapa tips berdasarkan pengalaman aktual tersebut. Sila disimak ...


(1) Jelas Tujuannya
Setiap tindakan harus ada tujuannya. Jangan "ujug-ujug" sehingga ujung-ujungnya malah buyar. Jujur, ketika itu sikap kurang sabarku kambuh akibat relatif lamanya suatu keputusan diambil. 

Setiap habis meeting, selalu disampaikan "kita akan realisasikan" dan "beri kami kesempatan untuk diskusi dulu". Di sisi yang lain, kami berkejaran dengan waktu, mana lagi sekarang sudah September yang sudah harus siap-siap dengan Business Plan 2023


"Kita perlu 'ngobrol lebih serius dan putuskan beberapa hal. 'Gimana kalau sambil makan siang, pak?"demikian ajakanku sambil sampaikan tujuan lunch meeting tersebut.


(2) Sampaikan dengan Sopan
Walau mendesak, sikap sopan harus tetap terjaga. 

Setelah setuju untuk makan siang dan tahu aku yang akan bayar, si boss bilang, "Tidak usah repot, pak. Saya yang bayar". Langsung saja aku sambut (tetap dengan sopan ...), "Ma'af pak, untuk kali ini aku yang bayar. Mumpung lagi punya uang dan pengen banget 'nraktir bapak".


(3) Biarkan Beliau yang Memilih
Namanya mau 'nraktir, tentu harus siap dengan segalanya, 'kan? Selain uang yang sangat cukup, juga serahkan opsi jenis makanan, restoran, dan lokasinya yang paling nyaman. 

"Silakan bapak yang pilih dan tentukan, aku akan ikut aja", demikianlah yang aku sampaikan jawaban atas pertanyaan yang menyangkut hal-hal tersebut. 

Benar saja, tak lama beliau kirim share location satu restoran yang, jujur ... aku belum pernah datang ke sana, apalagi makan di sana. 

Tahulah apa sebabnya, ya? Walau beliau masih tanya apakah oke dengan restoran tersebut, jawabanku tetap: "aku ikut aja".


(4) Lakukan Survey Lokasi, atau Datanglah Lebih Cepat
Paling baik memang kalau melakukan survey ke lokasi untuk memastikan semuanya memang benar-benar oke. Tapi, karena restorannya pilihan beliau, tentu beliau sudah paham dengan situasi setempat. 

Karena 'nggak sempat melakukan survey, maka aku pastikan datang lebih cepat. Selain karena belum pernah ke sana, juga untuk memastikan aku "sadar lingkungan", misalnya lokasi parkir (aku kondisikan dengan mem-"book" space parkir di lokasi strategis), lokasi toilet (benar saja, waktu beliau bertanya, aku bisa tuntun arah ke tempat idaman banyak orang tersebut sambil mengimbuh sekadar kondisi toilet yang bersih, segar, dan aman), pilihan makanan, tempat duduk, dan jam buka/tutup restoran (rugi banget kalau kondisi restoran kurang nyaman untuk 'ngobrol berjam-jam, 'kan?).


(5) Cukup Tawarkan, Biarkan Beliau yang Putuskan!
Dengan perasaan "sok pintar" hasil briefing singkat pelayan restoran, aku menawarkan menu pilihan. Karena memang beliau sangat familiar, tentu saja pilihan menunya berbeda, dan aku pun harus legowo menyetujui pilihan beliau.


Ada yang lucu. Beliau pesan makanan berbagai ragam variasinya (kebiasaan orang kaya 'kali begitu, ya?) dan porsi yang besar pula. 

Walau jelas 'nggak bakalan habis kami makan berdua, aku segera mengingatkan diri sendiri untuk tidak melarang. Ingat, aku yang akan bayar, jangan sampai terkesan membatasi makanan ...


(6) Tunggu Waktu yang Tepat
Sepenting apa pun itu, bijaklah memilih momen yang tepat untuk menyampaikan isi hati. 

Jangan ketika lapar, dan atau lagi sibuk "mengolah makanan". Oh ya, makan siang kami pakai hot pot berupa rebusan dan kuah-kuahan, jadi aku harus sabar menunggu sampai usai kesibukan menuangkan daging, ikan, dan sayur ke rebusan.


Selain "curhat", tunggu waktu yang tepat pula untuk membayar. 

Nah, kesempatan itu datang ketika beliau ke toilet. Buru-buru aku panggil pelayan dan serahkan kartu kreditku untuk membayar semua pesanan kami. Sambil pesan dan bayar kontan sebotol air minum -- yang paling mahal aku bayar, hehehe ... - agar ada jalan untuk memberikan tip dari kembaliannya.


(7) Bukan Aku, Tapi Beliau yang Bubarkan
Tak terasa, kami menghabiskan hampir lima jam untuk makan siang tersebut! Selain topik yang "berat" untuk dibahas, porsi makanan yang sangat banyak -- dan bertekad untuk sama-sama menghabiskan -- juga "memaksa" kami bertahan dalam pembicaraan yang panjang. 

Belum tuntas banget, tapi karena masih ditunggu meeting yang lain di kantor, beliau mengingatkan untuk bubar.


(8) Antarkan ke Mobil
Paling tidak, antarkan beliau sampai ke depan pintu keluar restoran, walau paling baik adalah sampai ke pintu mobil.  Yang terakhir itulah yang aku pilih. 

Untuk memastikan bahwa beliau nyaman dan aman, aku antarkan ke tempat menunggu jemputan mobil sambil haturkan terima kasih untuk kesediaan dan waktu yang sangat berharga. 

Tak lama sopirnya datang -- karena sudah ditelpon sebelumnya --  lalu aku menuju tempat parkiran mobilku dengan berjalan kaki.

Dan tahu 'nggak? Tak berapa lama berkendara, aku sadar bahwa mobilku dipepet mobil mahal beliau, lalu dari kaca mobil yang terbuka beliau berseru,"Pak, ikut saya ke kantor. Saya di depan, ya!"

Pertanda baik? Hehehe ... do'akanlah ya, kawan-kawan ...


Oh ya, kalau masih ada yang kurang dan perlu ditambahkan, silakan ya ...

Sekalian berbagi pengalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun