Mohon tunggu...
Pardomuan Gultom
Pardomuan Gultom Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIH Graha Kirana

Lecturer

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jadi WN Singapura, Indonesia Hadapi Brain Drain

1 Agustus 2023   15:38 Diperbarui: 6 Agustus 2023   20:44 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Migrasi (Sumber Gambar: iom.int)

Migrasi umumnya dalam istilah demografi sering disebut sebagai mobilitas populasi (population mobility) atau secara lebih khusus disebut mobilitas teritori (teritorial mobility) yang mengandung makna gerak spasial, fisik, dan geografis, baik yang bersifat permanen maupun non-permanen. Migrasi dianggap sebagai dimensi gerak penduduk secara permanen, sedangkan dimensi gerak penduduk non-permanen terdiri dari sirkulasi dan komutasi.

Seseorang dikatakan telah melakukan migrasi apabila orang tersebut melakukan pindah tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen untuk jangka waktu tertentu dengan menempuh jarak minimal tertentu atau pindah dari satu unit geografis ke unit pemerintahan, baik negara maupun bagian-bagian dari negara.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (1994) memberikan definisi migrasi sebagai perubahan tempat tinggal dari satu unit geografis tertentu ke unit geografis yang lain. Dari definisi tersebut terdapat dua unsur pokok migrasi, yaitu dimensi waktu dan dimensi geografis. Unsur waktu dibatasi dengan permanenitas dan unsur jarak dibatasi dengan unit geografis. Perubahan tempat tinggal yang tidak permanen dan perpindahan dalam unit geografis yang sama tidak digolongkan sebagai migrasi.

Perpindahan tersebut bisa dibedakan antara mereka yang berpindah atas pilihan sendiri (voluntary migration) dan mereka yang terpaksa meninggalkan tanah kelahiran (involuntary migration) sebagai pekerja (migrant worker), pengungsi (refugee) atau pencari suaka (asylum seeker).

Faktor Migrasi

Ada beberapa faktor yang membuat manusia bermigrasi, seperti faktor dari negara asal, bisa berupa bencana alam, pengangguran, tekanan pemerintah, atau perang. Dan faktor yang berasal dari negara tujuan, seperti daya tarik ekonomi, kesamaan budaya, menempuh pendidikan, kesempatan mendapatkan pekerjaan dengan imbalan yang lebih baik, dan kesempatan mendapatkan kebebasan yang lebih baik dari daerah asal.

Bhagwati dalam bukunya yang berjudul "Defense of Globalization" (2004), mengelompokkan migrasi ke dalam tiga tipe, antara lain: pertama, arus imigrasi dari negara miskin ke negara kaya dengan perbedaan implikasinya apabila arus tersebut berjalan sebaliknya. Kedua, arus imigrasi pekerja ahli dan pekerja non-ahli, yang pada awalnya dianggap menyebabkan problem brain-drain di negara yang ditinggalkan. Dan ketiga, arus imigrasi secara illegal dan legal, yang dipicu oleh kondisi dan situasi, misalnya akibat perselisihan dan tekanan, sehingga migrasinya dapat bersifat sukarela (voluntary migration) ataupun karena paksaan (involuntary migration), seperti arus pengungsi.

Brain drain merupakan salah satu fenomena penting berkaitan dengan migrasi internasional. India menjadi negara dengan konsentrasi brain drain terparah pada tahun 1960-an, ketika banyak dari tenaga profesionalnya memilih untuk menetap di Kanada dan Amerika Serikat. Akan tetapi kondisi tersebut tidak bersifat permanen. Brain drain yang dialami India hanyalah tahap sementara yang pada akhirnya membawa keuntungan bagi India sendiri, dimana sejak awal tahun 2000 banyak dari tenaga profesional asal India kemudian memilih untuk kembali ke tanah airnya.

Maka, sesuai dengan teori migrasi Internasional yang dikemukakan Bhagwati (2004), fenomena perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain dilatarbelakangi oleh faktor pendorong dan penarik (pull and push factors), India mampu mengubah brain drain menjadi brain gain atau remigrasi pada periode 1991 hingga 2008. Kondisi ini disebabkan karena faktor penarik yang berasal dari India sendiri, yaitu adanya transisi kebijakan ekonomi serta upaya pemerintah menciptakan iklim kondusif bagi investasi asing di negaranya. Sementara dari sisi yang berlawanan, yaitu faktor pendorong tunggal, disebabkan karena melemahnya kondisi perekonomian Amerika Serikat sebagai akibat dari fenomena dot-com bubble tahun 2000. Dengan demikian, India dikatakan berhasil mengubah fenomena brain drain menjadi brain gain yang mendatangkan sejumlah keuntungan bagi India. Selain itu, dalam dua dekade terakhir, migrasi tenaga kerja India terampil dan terdidik meluas ke negara-negara maju lainnya, misalnya Inggris, Australia, dan Selandia Baru.

Dalam kaitan ini penting dibedakan antara tekanan ekonomi (economic pressure) sebagai faktor pendorong (push factors) dengan kebutuhan ekonomi (economic necessity) sebagai factor penarik (pull factors).  Faktor pendorongnya adalah kemiskinan di daerah atau negara asal, dalam arti minimnya tingkat pendapatan, untuk menambah penghasilan, dan kedudukan yang tidak memuaskan di daerah atau negara asal. Sementara faktor penariknya dapat berupa tingginya tingkat penghasilan di daerah atau negara tujuan. Kecenderungan semacam ini dapat dipahami sebagai suatu yang betul-betul dirasakan terutama di daerah pedesaan atau negara dengan tingkat pendapatan yang rendah.

Dari sisi faktor penarik (pull factors), seseorang melakukan migrasi keluar, sesuai pendapat Michael P. Todaro (2000), terjadi atas tanggapan manusia terhadap keunggulan di daerah lain atau daerah yang dituju. Keunggulan tersebut dapat berupa tingginya tingkat penghasilan di daerah tujuan, kemajuan ekonomi, mudahnya mendapatkan pekerjaan, serta faktor psikologis, seperti banyaknya kerabat, sahabat dan keluarga yang telah lebih dulu bekerja dan mencari nafkah di daerah atau negara tersebut.

Selain itu, menurut Todaro, faktor pendorong (push factors) seseorang melakukan migrasi keluar wilayahnya adalah karena motif ekonomi yang didasarkan pada adanya perbedaan ekonomi antara daerah atau negara asal dengan daerah atau negara yang dituju, dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui pekerjaan di daerah atau negara yang dituju tersebut.

Keputusan untuk bermigrasi tidak seluruhnya bersifat rasional. Oleh sebab itu, pengecualian dari generalisasi penyebab sebahagian besar bermigrasi adalah karena alasan emosi, ketidakstabilan jiwa, dan peristiwa-peristiwa tertentu. Yang mendorong untuk migrasi bukan hanya faktor-faktor nyata yang terdapat di daerah asal dan di tempat tujuan, tetapi persepsi seseorang terhadap faktor-faktor lainnya, seperti kepekaan pribadi dan kecerdasan tentang kondisi di lain tempat mempengaruhi evaluasinya tentang keadaan di tempat asal. Pengetahuan tentang keadaan di tempat tujuan tergantung hubungan-hubungan seseorang atau berbagai sumber informasi yang tidak tersedia secara umum. Bagi beberapa orang, harus ada alasan yang benar-benar memaksa untuk bermigrasi, sedangkan lainnya dorongan sedikit saja atau suatu janji sudah cukup untuk bermigrasi.

Selain faktor-faktor tersebut, terdapat pula faktor lain yang disebutkan oleh Bhagwati, membuat orang bermigrasi. Migrasi meningkat di negara-negara maju dikarenakan beberapa alasan. Pertama, faktor yang membuat permintaan imigrasi menguat dikarenakan oleh kondisi demografi negara maju yang menunjukkan penurunan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk yang rendah. Kedua, karena adanya permintaan terhadap pekerja ahli di negara kaya. Proses perkembangan dan teknologi yang kompleks telah mendatangkan kebutuhan pasar untuk tenaga ahli di bidang informasi teknologi (IT) dan lainnya.

Ketiga, meningkatnya rekruitmen tenaga kerja kontrak di berbagai pelayanan jasa yang ditampung oleh pihak-pihak, seperti perusahaan asing, yang memiliki cabang di luar negeri. Dan terakhir, meningkatnya trend outsourcing, perekrutan tenaga kerja kontrak di suatu perusahaan (Bhagwati, 2004).

Persoalannya akan muncul pada asimetri kepentingan antara negara kurang maju (miskin) dan negara yang maju dalam hal imigrasi. Terkait arus migrasi tenaga ahli dan tenaga non-ahli, negara maju cenderung menginginkan imigran yang masuk adalah tenaga-tenaga kerja ahli yang berkompeten dan menerapkan berbagai kebijakan dengan mencegah tenaga kerja non-ahli memasuki batas negaranya. Negara kurang maju (miskin) sebagai negara asal atau pengirim juga memiliki kepentingan untuk membiarkan atau mengijinkan tenaga kerja non-ahli keluar dari negaranya, serta menahan tenaga ahli untuk tetap tinggal di negaranya. Persoalannya terletak pada ketidakseimbangan kesempatan di negara kurang maju (negara pengirim) dan negara maju (negara tujuan) dalam menyediakan fasilitas-fasiltas yang dibutuhkan oleh manusia, berupa pendidikan dan kebutuhan primer lainya.

Untuk kawasan ASEAN, misalnya, hal lain yang menyebabkan meningkatnya migrasi internasional dikarenakan adanya kebijakan bebas visa berkunjung atau visa antarnegara ASEAN. Kebijakan tersebut di samping meningkatnya migrasi internasional, juga mendorong meningkatnya arus pekerja migran non-prosedural yang membuka manipulasi bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk mengirim pekerja ke luar negeri.

Daya Tarik Migrasi ke Singapura

Saat ini Singapura sedang menghadapi persoalan fertilitas, dimana negara ini merupakan salah satu negara dengan angka fertilitas terendah di dunia. Dengan populasi sekitar 5 juta, Singapura sedang berusaha menambah jumlah populasinya 6,9 juta pada 2030 mendatang. Ada dua cara yang dilakukan oleh pemerintah Singapura dalam mengatasi hal ini, yakni: membujuk warganya untuk punya anak dan memberikan kewarganegaraan kepada tenaga profesional dari luar negeri.

Menurut situs resmi pemerintah Singapura, gov.sg, negara ini memberikan kewarganegaraan kepada 15.000-25.000 orang setiap tahun dengan syarat utama telah menjadi permanent resident setidaknya dua tahun (govsg, 19/1/2020).

Cara yang dilakukan Singapura adalah dengan memberikan beasiswa bagi warga dari negara-negara tetangga untuk kuliah di kampus-kampus bergengsi di negara itu, seperti Nanyang Technological University (NTU) Singapura dan National University of Singapore (NUS), berupa hibah biaya pendidikan atau tuition grant untuk studi sarjana selama maksimal empat tahun dengan persyaratan setelah kuliah, si penerima beasiswa wajib bekerja di perusahaan Singapura selama tiga sampai empat tahun.

Faktor tambahan lainnya yang membuat warga negara lain banyak pindah kewarganegaraan ke Singapura adalah karena paspor negara ini dianggap sebagai salah satu paspor paling sakti di dunia yang dapat masuk ke 127 negara tanpa visa.

Pentingnya Memperkuat Peran Diaspora

Di negara tujuan, sebagian imigran membentuk jejaring dengan sesama imigran maupun negara asal dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejahtera secara ekonomi, sosial, kultural, dan politik. Jejaring komunitas imigran ini merupakan cikal bakal terbentuknya diaspora.

Belum ada pengertian yang diterima secara luas terkait istilah diaspora. Istilah diaspora sering dipakai untuk menandakan fenomena yang berbeda-beda, bergantung pada kepentingan dan fokus kajian. Dalam kajian migrasi, IOM dan MPI (2013) mengartikan diaspora sebagai "emigran dan keturunannya yang tinggal di luar negara tempat lahir atau nenek moyangnya, tetapi mereka tetap mempertahankan hubungan sentimental dan material dengan negara asalnya". Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah diaspora dipastikan lebih banyak dari jumlah migran internasional.

Sejumlah kajian migrasi dan diaspora menyimpulkan bahwa migrasi internasional yang terjadi pada era globalisasi bukan hanya dapat memperluas sebaran diaspora, tetapi juga dapat memperkuat eksistensi mereka. Van Hear (1988) mengemukakan, salah satu hasil proses globalisasi adalah peningkatan interkoneksi diaspora. Mereka dengan mudah dihubungkan dengan jaringan informasi dan komunikasi untuk saling mengenal dan kemudian membentuk komunitas-komunitas yang cakupan geografisnya semakin meluas yang pada akhirnya berupaya untuk memperkuat eksistensi diaspora. Upaya yang sering diperjuangkan oleh diaspora adalah kewarganegaraan ganda (dwi kewarganegaraan) untuk memperkuat eksistensi mereka dalam menjalani kehidupan transnasional, yaitu kehidupan yang berorientasi pada lebih dari satu negara (Santoso, 2014).

Eksistensi lain dari diaspora adalah terkait dengan peran mereka dalam mewujudkan sebuah simbiosis yang menguntungkan bagi negara tujuan maupun negara asal. Beberapa negara yang dinilai berhasil memetik keuntungan dari eksistensi diaspora adalah China, India, dan Filipina (Siddiqui dan Tejada, 2014).

Secara umum diaspora berhubungan dengan tiga kata kunci, yakni kepergian atau perpindahan terpaksa, permukiman di beberapa lokasi dan tanah leluhurnya. Diaspora pada awalnya hanya dipakai untuk menyebut orang-orang Yahudi yang terusir dari negara asalnya (Wahlbeck, 2002). Dalam perkembangannya, diaspora juga dipakai pada komunitas yang terbentuk sebagai akibat pengungsian (displacement).

Pengertian pengungsi dalam studi migrasi masuk dalam kelompok migrasi terpaksa (forced migration). Oleh karena itu, secara historis diaspora terbentuk karena adanya migrasi terpaksa. Pada perkembangan selanjutnya, yaitu ketika migrasi sukarela (voluntary migration) semakin banyak dilakukan oleh berbagai bangsa di dunia, maka tipologi diaspora juga semakin meluas.

Diaspora tidak lagi hanya merujuk pada komunitas yang terpaksa pergi atau pindah dari negara asal dan leluhur mereka, namun juga termasuk mereka yang tinggal di negara tujuan migrasi karena suatu pilihan (sukarela) yang didasari oleh beragam alasan, misalnya pekerjaan, pendidikan, afiliasi (keluarga), kultural, politik, dan lainnya. Migrasi internasional secara sukarela tersebut mencakup pindah permanen dan sementara, misalnya tenaga kerja yang terikat kontrak dalam jangka waktu tertentu, para diplomat dan anggota keluarga mereka, pelajar atau mahasiswa. Dengan demikian, diaspora dalam konteks migrasi mencakup semua emigran dan anak keturunan mereka yang masih mempertahankan ikatan komunitas dengan negara asal atau leluhur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun