Mohon tunggu...
Pardomuan Gultom
Pardomuan Gultom Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIH Graha Kirana

Lecturer

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jadi WN Singapura, Indonesia Hadapi Brain Drain

1 Agustus 2023   15:38 Diperbarui: 6 Agustus 2023   20:44 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Migrasi (Sumber Gambar: iom.int)

Dari sisi faktor penarik (pull factors), seseorang melakukan migrasi keluar, sesuai pendapat Michael P. Todaro (2000), terjadi atas tanggapan manusia terhadap keunggulan di daerah lain atau daerah yang dituju. Keunggulan tersebut dapat berupa tingginya tingkat penghasilan di daerah tujuan, kemajuan ekonomi, mudahnya mendapatkan pekerjaan, serta faktor psikologis, seperti banyaknya kerabat, sahabat dan keluarga yang telah lebih dulu bekerja dan mencari nafkah di daerah atau negara tersebut.

Selain itu, menurut Todaro, faktor pendorong (push factors) seseorang melakukan migrasi keluar wilayahnya adalah karena motif ekonomi yang didasarkan pada adanya perbedaan ekonomi antara daerah atau negara asal dengan daerah atau negara yang dituju, dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui pekerjaan di daerah atau negara yang dituju tersebut.

Keputusan untuk bermigrasi tidak seluruhnya bersifat rasional. Oleh sebab itu, pengecualian dari generalisasi penyebab sebahagian besar bermigrasi adalah karena alasan emosi, ketidakstabilan jiwa, dan peristiwa-peristiwa tertentu. Yang mendorong untuk migrasi bukan hanya faktor-faktor nyata yang terdapat di daerah asal dan di tempat tujuan, tetapi persepsi seseorang terhadap faktor-faktor lainnya, seperti kepekaan pribadi dan kecerdasan tentang kondisi di lain tempat mempengaruhi evaluasinya tentang keadaan di tempat asal. Pengetahuan tentang keadaan di tempat tujuan tergantung hubungan-hubungan seseorang atau berbagai sumber informasi yang tidak tersedia secara umum. Bagi beberapa orang, harus ada alasan yang benar-benar memaksa untuk bermigrasi, sedangkan lainnya dorongan sedikit saja atau suatu janji sudah cukup untuk bermigrasi.

Selain faktor-faktor tersebut, terdapat pula faktor lain yang disebutkan oleh Bhagwati, membuat orang bermigrasi. Migrasi meningkat di negara-negara maju dikarenakan beberapa alasan. Pertama, faktor yang membuat permintaan imigrasi menguat dikarenakan oleh kondisi demografi negara maju yang menunjukkan penurunan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk yang rendah. Kedua, karena adanya permintaan terhadap pekerja ahli di negara kaya. Proses perkembangan dan teknologi yang kompleks telah mendatangkan kebutuhan pasar untuk tenaga ahli di bidang informasi teknologi (IT) dan lainnya.

Ketiga, meningkatnya rekruitmen tenaga kerja kontrak di berbagai pelayanan jasa yang ditampung oleh pihak-pihak, seperti perusahaan asing, yang memiliki cabang di luar negeri. Dan terakhir, meningkatnya trend outsourcing, perekrutan tenaga kerja kontrak di suatu perusahaan (Bhagwati, 2004).

Persoalannya akan muncul pada asimetri kepentingan antara negara kurang maju (miskin) dan negara yang maju dalam hal imigrasi. Terkait arus migrasi tenaga ahli dan tenaga non-ahli, negara maju cenderung menginginkan imigran yang masuk adalah tenaga-tenaga kerja ahli yang berkompeten dan menerapkan berbagai kebijakan dengan mencegah tenaga kerja non-ahli memasuki batas negaranya. Negara kurang maju (miskin) sebagai negara asal atau pengirim juga memiliki kepentingan untuk membiarkan atau mengijinkan tenaga kerja non-ahli keluar dari negaranya, serta menahan tenaga ahli untuk tetap tinggal di negaranya. Persoalannya terletak pada ketidakseimbangan kesempatan di negara kurang maju (negara pengirim) dan negara maju (negara tujuan) dalam menyediakan fasilitas-fasiltas yang dibutuhkan oleh manusia, berupa pendidikan dan kebutuhan primer lainya.

Untuk kawasan ASEAN, misalnya, hal lain yang menyebabkan meningkatnya migrasi internasional dikarenakan adanya kebijakan bebas visa berkunjung atau visa antarnegara ASEAN. Kebijakan tersebut di samping meningkatnya migrasi internasional, juga mendorong meningkatnya arus pekerja migran non-prosedural yang membuka manipulasi bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk mengirim pekerja ke luar negeri.

Daya Tarik Migrasi ke Singapura

Saat ini Singapura sedang menghadapi persoalan fertilitas, dimana negara ini merupakan salah satu negara dengan angka fertilitas terendah di dunia. Dengan populasi sekitar 5 juta, Singapura sedang berusaha menambah jumlah populasinya 6,9 juta pada 2030 mendatang. Ada dua cara yang dilakukan oleh pemerintah Singapura dalam mengatasi hal ini, yakni: membujuk warganya untuk punya anak dan memberikan kewarganegaraan kepada tenaga profesional dari luar negeri.

Menurut situs resmi pemerintah Singapura, gov.sg, negara ini memberikan kewarganegaraan kepada 15.000-25.000 orang setiap tahun dengan syarat utama telah menjadi permanent resident setidaknya dua tahun (govsg, 19/1/2020).

Cara yang dilakukan Singapura adalah dengan memberikan beasiswa bagi warga dari negara-negara tetangga untuk kuliah di kampus-kampus bergengsi di negara itu, seperti Nanyang Technological University (NTU) Singapura dan National University of Singapore (NUS), berupa hibah biaya pendidikan atau tuition grant untuk studi sarjana selama maksimal empat tahun dengan persyaratan setelah kuliah, si penerima beasiswa wajib bekerja di perusahaan Singapura selama tiga sampai empat tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun