Boleh dibilang, kecurangan-kecurangan itu hanya dugaan. Siapa pula yang bisa membuktikan? Akan tetapi, kita bisa melihat tanda-tandanya dari berbagai peristiwa yang mengiringi pemilihan presiden ini. Namun, apakah hal itu akan menjadi akhir kisah ini? Seharusnya partai politik mulai bergerak untuk memastikan.
Satu dan tiga terlalu lelah untuk menyusun siasat. Akan tetapi, mereka tetap ingin mencoba melakukan perlawanan atas kemenangan sang jenderal. Keduanya acap kali berdiskusi di tempat yang tak terjamah masyarakat. Apakah putaran kedua akan terjadi? Pastinya hal itu akan dinantikan banyak orang tak lama lagi.
Kalaupun tidak bisa menang dalam pertarungan, saya berharap mereka ikhlas dan kembali menjadi oposisi untuk menyeimbangkan negeri. Bertarung dan kalah bukan berarti menyerah, seharusnya mereka belajar untuk tetap maju sambil merenungi hasil pemilu.
Saat ini, apa yang saya khawatirkan bukanlah cemoohan karena menyajikan fakta dan sedikit beropini. Saya hanya tak ingin orang-orang tua turun ke jalan dan memulai bentrokan. Sayangi diri kalian dan mulailah ikhlas dengan pilihan mayoritas, yakni suara masyarakat yang ingin dipimpin penguasa.
Jangan sampai kalian mati di jalan kawan-kawan, biarkan partai politik saja yang melakukan gugatan. Tugas kita saat ini hanya berdoa dan berharap tanah air baik-baik saja usai mendapat pemimpin baru. Apakah mereka akan menjadi pemimpin sejati di dunia fantasi ini? Silahkan kamu jawab sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H