Mohon tunggu...
Luh Putu Pani Audina
Luh Putu Pani Audina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa di Universitas Pendidikan Ganesha

Saya adalah mahasiswi dari salah satu kampus yang terkenal di Bali yakni Universitas Pendididkan Ganesha atau biasa disebut UNDIKSHA. Saya lahir di Singaraja pada tanggal 5 Juni 2005 dan zodiak saya adalah zodiak yang dibenci banyak orang yaitu Gemini. Tidak banyak hal spesial yang bisa diceritakan dalam hidup saya tapi ingat "Life Must Go On".

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Indahnya Perayaan Manis Kuningan yang Disertai dengan Parade Ogoh-ogoh untuk Menyambut Hari Raya Nyepi

12 Maret 2024   15:16 Diperbarui: 12 Maret 2024   15:28 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelaksanaan Mecaru dilakukan pada hari Tilem Sasih Kesange, yang merupakan sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Pengupukan memiliki makna untuk mengusir Bhuta Kala dari halaman rumah dan sekitarnya. Ritual ini dilakukan setelah Mecaru, dengan menyebarkan nasi tawur, mengelilingi area dengan Mesiu, dan membuat suara-suara. Hari Raya Nyepi bisa diinterpretasikan sebagai waktu untuk membersihkan diri manusia dan alam. 

Secara sederhana, Nyepi bertujuan untuk menghilangkan kekotoran dan kesalahan masa lalu untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan di tahun yang baru. Setelah semua selesai dilaksnakan barulah pengarakan ogoh-ogoh dilakukan, pengarakan tersebut biasanya dilakukan dengan memutari desa atau kota.

Perayaan ogoh-ogoh merupakan tradisi yang kaya akan budaya dan seni, menghadirkan kegembiraan dan semangat kebersamaan dalam memperingati peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Bali. 

Dalam harmoni warna dan semangat, Parade Ogoh-Ogoh di Bali menghiasi perayaan manis kuningan dengan keindahan yang tak terlupakan, menyatukan tradisi dan kegembiraan dalam momen yang magis dan memikat. 

Oleh karena itu, kita sebagai penerus bangsa harus selalu melestarikan kebudayaaan dengan sentuhan Nilai Agama, agar selalu terciptanya kedamaian, keharmonisan serta keseimbangan antar umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun