Pelaksanaan Mecaru dilakukan pada hari Tilem Sasih Kesange, yang merupakan sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Pengupukan memiliki makna untuk mengusir Bhuta Kala dari halaman rumah dan sekitarnya. Ritual ini dilakukan setelah Mecaru, dengan menyebarkan nasi tawur, mengelilingi area dengan Mesiu, dan membuat suara-suara. Hari Raya Nyepi bisa diinterpretasikan sebagai waktu untuk membersihkan diri manusia dan alam.Â
Secara sederhana, Nyepi bertujuan untuk menghilangkan kekotoran dan kesalahan masa lalu untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan di tahun yang baru. Setelah semua selesai dilaksnakan barulah pengarakan ogoh-ogoh dilakukan, pengarakan tersebut biasanya dilakukan dengan memutari desa atau kota.
Perayaan ogoh-ogoh merupakan tradisi yang kaya akan budaya dan seni, menghadirkan kegembiraan dan semangat kebersamaan dalam memperingati peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Bali.Â
Dalam harmoni warna dan semangat, Parade Ogoh-Ogoh di Bali menghiasi perayaan manis kuningan dengan keindahan yang tak terlupakan, menyatukan tradisi dan kegembiraan dalam momen yang magis dan memikat.Â
Oleh karena itu, kita sebagai penerus bangsa harus selalu melestarikan kebudayaaan dengan sentuhan Nilai Agama, agar selalu terciptanya kedamaian, keharmonisan serta keseimbangan antar umat manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H