Sebagai sebuah Weltanschauung, Pancasila tidak terjebak pada kolektivisme ekstem, juga tidak jauh pada induvidualisme. Tepatnya, Pancasila berada di tengah-tengah ketegangan ideologi Kiri dan Kanan.Â
Pancasila adalah sebuah titik temu yang menjadi solusi atas kelemahan dan tumpang tindih sosialisme dan kapitalisme dengan pengakuan atas kekuatan Supra Materia (Tuhan).Â
Epistemologi Pancasila mensyaratkan adanya penerimaan dan pengakuan terhadap kekuatan ilahilah sebagai fundamen etik dan moral. Berpijak pada sila pertama, Pancasila disusun dalam semangat ketauhidan yang menjiwai sila-sila berikutnya.
Sebagai konsekuensi dari Pancasila sebagai titik temu pandangan dunia Kiri dan Kanan, individualisme dan kolektivisme, serta internalisasi nilai Ketuhanan dalm "gagasan" Pancasila, membuat Pancasila menjadi ideologi dunia yang paling ideal khususnya bagi bangsa Indonesia. Daya kreatif yang menjelma dalam konsep Pancasila menjadi penawar terbaik di tengah krisis ideologi yang melanda negara-negara dunia.
Sekian tulisan pada kesempatan kali ini, terimakasih atas perhatiannya, mohon maaf atas kesalahan dalam penulisan, semoga bermanfaat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan para pembaca sekalian terkait Pancasila sebagai titik temu ideologi dunia.
(Sumber: Pemikiran Saddam Al-Jihad dalam bukunya yang berjudul  "Pancasila Ideologi Dunia: Sintesis Kapitalisme, Soisialisme, dan Islam.")
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H