Mohon tunggu...
Santy Novaria
Santy Novaria Mohon Tunggu... -

Seorang Muda. Penikmat Fiksi. Tukang kritik yang bukan penulis. Anda tidak harus jadi koki handal untuk sekedar merasai mana masakan enak, mana yang kurang garam.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[FFK] Bahagia Paling Sederhana

18 Maret 2011   17:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Aku takkan seperti itu. Masih banyak yang bisa kulakukan kalau tetap hidup. Maaf, aku sedang tak ingin berdebat. Hari sudah malam." Malaikat tergelak. Bah! Lucu sekali lelaki ini. Tak puas rasanya jika belum benar-benar membuat lelaki ini putus asa.

" Ha ha ha... Ayolah, bilang saja kalau kau memang sudah lama ingin mati kan? Kalau benar, baik kupermudah." Darso berhenti, malaikat girang bukan kepalang.

" Tak semua orang berhidup susah ingin mati. Mungkin ada, tapi tak banyak." Tertohok! Malaikat benar tertohok, tepat sekali di jantung. Dia tak terima, dipepetnya langkah Darso.

" Apa maksudmu? " Tanda kalau ada kesal di suara malaikat tadi,  nadanya meninggi.

" Manusia masih punya hati. Dan mereka takkan pernah tersesat karena hatilah yang menuntun mereka." Singkat saja jawaban Darso. Malaikat pencabut nyawa diam tak bergerak, apa ini? Tak pernah ada manusia yang menolak mati sebelumnya.

Darso terus mendorong gerobaknya. Lolongan anjing hutan makin samar, angin mulai memainkan perannya. Menghembus kuduk, dingin sekali. Darso mempercepat langkah tanpa menoleh lagi ke belakang.

Lelaki setengah baya itu tersenyum, teringat percakapannya dengan orang yang baru dikenalnya tadi. Bagi Darso, hidupnya sudah bahagia meski tak berkecukupan. Bahagia itu ada pada gerobaknya yang tua, rumah papannya, istri yang berdaster longgar, anak yang minta dipangku meski pundaknya penuh dengan lelah yang menumpuk.

Bagi Darso, mati itu perkara mudah. Tapi hidup juga anugerah. Jadi, kenapa tak dinikmati saja? Bahagia tak sekedar berlebih, tapi lebih pada hati. Dia tersenyum.

____________

Kolaborasi   : Irsyam Syam + Santy Novaria (No 016. duet asoy)

Note : UNTUK MEMBACA TULISAN PARA PESERTA FFK YANG LAIN MAKA DIPERSILAKAN MENGUNJUNGI BLOG Kampung Fiksi sbb: KampungFiksi@Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun