Mohon tunggu...
Mauritz Panggabean
Mauritz Panggabean Mohon Tunggu... -

An Indonesian, a Batak, a christian. Husband, father, son, brother, normal person. R&D engineer. Graduate of Institut Teknologi Bandung (ST), Technische Universiteit Eindhoven (MSc/ir), and Norwegian University of Science and Technology (PhD). Currently a student at the Norwegian School of Theology. A permanent student at the school of life.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Refleksi Saya dari Pilgub DKI 2017

9 Mei 2017   18:31 Diperbarui: 10 Mei 2017   12:58 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika saya pribadi atau gereja tidak berkontribusi dalam tatanan sosial-politis-ekonomi layakkah saya berdoa dan berharap agar Allah mewujudkan pemerintahan yang bersih, jujur, mementingkan rakyat banyak?

Tidak layak sih sebenarnya. Cuma itu dia, saya sering merasa (sok) layak. Begitu pula gereja saya lihat. Ini satu hal yang saya dan gereja harus ubah ke depan.

C. Awal dan Akhir 

1) Sejauh mana saya menempatkan realitas terkini yang sedang dan akan saya alami dalam jangka pendek di dalam lingkup paparan alkitabiah tentang awal dan akhir? 

Dengan janji Allah akan menjadikan langit dan bumi yang baru, maka Indonesia yang kucintai ini, dengan segala problem dan kekurangannya, tidak kekal. Akan tiba saatnya Allah akan menjadikan semua baru. Ini sumber pengharapan dan penghiburan untuk bersikap optimis sekaligus realistis.

2) Apakah saya memperkecualikan gereja, Jakarta, Indonesia... dari yang dipaparkan Alkitab bahwa dunia akan makin jahat tetapi saya dipanggil untuk menjadi garam dan terang dengan daya juang yang optimis-aktif sekaligus realistis? 

Jika melihat ke belakang, ada kecenderungan itu. Setuju dengan Alkitab bahwa dunia ini (jadi termasuk Indonesia) akan makin jahat. Namun panggilan untuk menjadi garam dan terang harus saya perkuat. Jujur sebelum 19 April saya lebih optimis, cuma kurang realistis. Sekarang dan ke depan, meski situasi lebih sulit dari yang saya perkirakan, semoga saya mampu menjaga optimisme yang sehat yaitu dengan lebih realistis, dan tentunya lebih aktif.

3) Akan bagaimanakah sikap saya jika menempatkan yang sementara terjadi pada perspektif yang awal-akhir-kekal ini dibanding sebaliknya? Yang mana dari dua pilihan ini yang biasanya saya praktikkan? 

Sayang agak kurang ngerti maksud pertanyaan ini apa. Namun saya pikir saya harus lebih fokus mengerjakan dan meraih apa yang bernilai kekal selama di bumi ini, daripada yang fana. Yang fana tidak boleh jadi tujuan, tapi harus jadi sarana untuk meraih yang kekal. Mohon hikmat dan pimpinan Tuhan untuk mampu memilih dengan benar, dan kekuatan untuk menjalani pilihan itu dengan setia.

D. Doa dan Karya 

1) Apakah doa saya konsisten dengan cara hidup, kerja, pelayanan saya? Apakah saya berdoa agar lingkungan hidup social-ekonomi-politis saya aman-nyaman tetapi saya sendiri kikir, serakah, tidak peduli kepada sesama / bawahan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun