Beberapa tahun lalu, saya sempat bekerja di sebuah agency branding. Awalnya sebagai desainer grafis, kemudian sempat berganti-ganti job desc menjadi Account Executive hingga Brand Analyst. Dalam perjalanan karier itu, saya belajar banyak tentang perbrandingan duniawi.
Namun, ada satu hal yang membuat perusahaan ini mungkin sedikit berbeda: mereka memiliki komitmen untuk tidak menerima klien dari bisnis yang mengandung unsur riba atau jauh bahkan bertentangan dengan nilai-nilai keislaman. Jadi, bye-bye klien perbankan konvensional, koperasi simpan pinjam, tempat hiburan malam, atau restoran dengan menu non-halal.
Komitmen ini awalnya saya anggap biasa saja, tetapi ternyata punya dampak besar. Agency itu menarik banyak klien yang punya visi serupa. Mereka datang bukan hanya untuk jasa branding, tetapi juga karena ingin bekerja dengan partner yang memiliki prinsip yang sama.
Hal ini membuat saya bertanya-tanya: apakah faktor "prinsip syar'i" ini yang membuat klien banyak merapat? Apa yang sebenarnya membuat bisnis syariah begitu diminati? Apakah sekadar konsep anti-riba, atau ada hal lain yang lebih dalam?
Bisnis Syariah: Lebih dari Sekadar Label Halal
Ketika mendengar istilah Bisnis Syariah, kebanyakan orang langsung berpikir tentang bank tanpa bunga, koperasi berbasis bagi hasil, KPR 0%, atau restoran dengan sertifikasi halal. Namun, bisnis syariah sebenarnya lebih dari itu.
Seorang teman saya yang ahli ekonomi dan kini sukses sebagai freelancer-pernah berkata, "Bisnis syariah itu bukan cuma soal halal dan haram, tapi juga soal keberkahan." Gagasan ini menarik karena melibatkan aspek kepercayaan dan nilai.
Pelaku bisnis syariah percaya bahwa mereka tidak hanya mencari profit, tetapi juga ridho Allah. Pun demikian dari sudut pandang konsumen, membeli produk dari bisnis atau produk syariah adalah bagian dari upaya taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah.
Dimensi spiritual ini membuat bisnis syariah memiliki daya tarik yang unik. Bukan hanya bagi pelaku bisnis, tetapi juga bagi konsumen yang ingin menjalankan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.
Faktor yang Barangkali Membuat Bisnis Syariah Diminati
1. Kepercayaan dan Nilai
Salah satu alasan utama orang tertarik pada bisnis syariah adalah kepercayaan. Ketika konsumen tahu bahwa suatu bisnis dijalankan sesuai dengan prinsip syariah, mereka merasa lebih aman dan nyaman. Ada keyakinan bahwa produk atau layanan yang ditawarkan tidak hanya berkualitas, tetapi juga bebas dari hal-hal yang dilarang dalam agama.
Misalnya, seorang teman saya memilih membeli rumah melalui bank syariah meskipun cicilannya sedikit lebih mahal. Alasannya? Ia ingin terhindar dari bunga (riba) yang jelas dilarang dalam Islam.
Keputusan itu mungkin terlihat sederhana, tetapi menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai spiritual dalam keputusan finansialnya.
Data dari OJK menunjukkan bahwa aset perbankan syariah di Indonesia tumbuh lebih dari 20% pada 2023. Angka ini mencerminkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap layanan keuangan berbasis syariah.
2. Tren Hijrah
Dalam beberapa tahun terakhir, tren hijrah menjadi fenomena sosial yang besar di Indonesia terutama dikalangan public figure. Orang-orang mulai sadar akan pentingnya menjalani kehidupan sesuai syariat, termasuk dalam berbisnis.
Mereka bukan hanya ingin makanan dan minuman yang halal, tetapi juga memastikan penghasilan mereka berasal dari sumber yang halal.
Tren ini menciptakan permintaan besar untuk bisnis syariah. Dari layanan keuangan hingga fesyen, banyak sektor mulai beradaptasi dengan kebutuhan pasar ini.
Bahkan, beberapa bisnis konvensional mulai melabeli diri sebagai "syariah" untuk menarik konsumen yang hijrah. Ini bukan sekadar gaya hidup, tetapi bagian dari identitas spiritual masyarakat.
3. Sistem yang Lebih Adil
Salah satu keunggulan bisnis syariah adalah sistemnya yang dianggap lebih adil. Contoh, dalam perbankan syariah, tidak ada konsep bunga yang memberatkan. Sebagai gantinya, digunakan mudharabah atau yang lebih dikenal dengan sistem bagi hasil, di mana keuntungan dan risiko dibagi antara nasabah dan bank.
Sistem ini memberikan rasa keadilan yang lebih besar, terutama bagi pelaku usaha kecil. Mereka tidak perlu khawatir tercekik oleh bunga yang terus berjalan meskipun usaha mereka mengalami kerugian. Pendekatan ini menunjukkan komitmen bisnis syariah dalam mendukung kesejahteraan bersama.
4. Terkesan Bersih
Bisnis syariah sering kali dipandang lebih "bersih" dan terpercaya. Dalam dunia branding, citra ini sangat penting. Konsumen cenderung lebih percaya pada bisnis yang transparan dan memiliki nilai-nilai yang jelas.
Sebagai contoh, sebuah brand mengeluarkan produk pasta gigi herbal berbahan dasar siwak. Produk ini tidak hanya menawarkan manfaat kesehatan, tetapi juga membawa pesan nilai Islami yang kuat.
Siwak adalah kayu atau ranting pohon arak yang digunakan untuk menyikat gigi. Dalam Islam, bersiwak merupakan sunnah muakkadah, yaitu amalan yang dianjurkan untuk dilakukan secara rutin. Dengan menonjolkan narasi siwak, produk tersebut otomatis mendapatkan kepercayaan dari konsumen yang peduli pada prinsip-prinsip syar'i.
Mereka adalah Segmen Loyal
Segmen bisnis syariah di Indonesia terbilang cukup besar. Selain karena mayoritas masyarakatnya beragama Islam, kesadaran tentang hidup syar'i juga mulai tumbuh dan relatif tinggi.
Fenomena itu tidak lepas dari tren hijrah para public figure yang kemudian mendorong masyarakat untuk mengaplikasikan nilai-nilai syariah tidak hanya dalam aspek ibadah, tetapi juga dalam aspek ekonomi.
Bahkan, beberapa pelaku bisnis menyebut segmen ini cukup solid. Konsumen di segmen syariah dikenal loyal dan memiliki kepercayaan tinggi terhadap produk atau layanan berbasis syariah.
Hal ini didukung oleh riset yang menunjukkan bahwa masyarakat cenderung lebih percaya pada bisnis yang berlandaskan nilai agama, karena dianggap lebih aman dan menjunjung nilai spiritual.
Selain itu, potensi pasar ini semakin menjanjikan karena melibatkan berbagai sektor, mulai dari keuangan, fesyen, hingga properti.
Laporan OJK menyebutkan bahwa kontribusi ekonomi syariah terhadap PDB terus meningkat setiap tahunnya, mencerminkan pertumbuhan signifikan pada sektor ini.
Dengan fondasi nilai spiritual yang kuat dan basis konsumen yang berkembang, bisnis syariah di Indonesia nampaknya memiliki peluang besar untuk terus bertumbuh dan menjadi pilar ekonomi yang kokoh.
Bisnis syariah merupakan cerminan kebutuhan masyarakat akan sistem yang lebih adil, transparan, dan sesuai dengan nilai spiritual mereka. Bagi pelaku bisnis, ini adalah peluang besar untuk tidak hanya fokus pada keuntungan, tetapi juga "keberkahan".
Seperti yang saya pelajari dari pengalaman di perusahaan saya bekerja dulu, nilai-nilai yang dipegang teguh oleh sebuah bisnis dapat menjadi daya tarik sendiri bagi konsumen.
Jadi, jika Anda tertarik menjalankan bisnis syariah, mulailah dengan memahami prinsipnya dengan baik dan pastikan Anda konsisten menjalankannya.
Bisnis yang sukses adalah bisnis yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga membawa kebaikan bagi banyak pihak. Potensi pasar yang cukup besar ini, sebaiknya anda mulai segera ambil bagian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H