Mohon tunggu...
Pangestu Adika Putra
Pangestu Adika Putra Mohon Tunggu... Desainer - Pekerja Visual

Nobody

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sunhaji dan Anomali Gerakan Solidaritas

6 Desember 2024   15:27 Diperbarui: 8 Desember 2024   07:11 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Digital Imaging Sunhaji (Sumber foto: Tempo. diolah penulis)

Ini bukan kritik terhadap donasi, melainkan sebuah refleksi. Betapa dunia ini sering kali tidak adil, bahkan dalam hal kebaikan. Dan di sinilah pentingnya kita untuk terus membantu, tapi juga berpikir lebih luas: bagaimana menjangkau mereka yang lebih membutuhkan, meski mereka tidak viral.

Peristiwa ini meninggalkan banyak pelajaran bagi kita semua. Untuk Gus Miftah, ini adalah pengingat bahwa adab lebih penting daripada apa pun, terlebih bagi seorang pendakwah.

Untuk Pak Sunhaji, ini adalah kisah tentang bagaimana kesulitan dan kesabaran bisa berubah menjadi berkah. Dan untuk kita semua, ini adalah momen untuk merefleksikan kembali bagaimana kita memandang harapan, kemandirian, dan gotong royong.

Hidup ini adalah perjuangan, dan kita harus terus berusaha tanpa terlalu bergantung pada orang lain. Jika rejeki datang dari tangan orang lain, syukuri. Jika tidak, tetaplah berjalan. Sebab hidup yang sejati adalah ketika kita mampu berdiri di atas kaki sendiri.

Artikel ini saya tulis selama tiga hari. Bukan karena kehabisan ide atau kesulitan menyusun kata, tetapi lebih karena saya merasa harus benar-benar mempertimbangkan setiap kalimat yang akan saya sampaikan.

Saya khawatir, tulisan ini akan disalahpahami sebagai bentuk ketidakberpihakan terhadap Pak Sunhaji. Namun, di sisi lain, saya juga merasa perlu mengangkat poin-poin penting yang sering kali terlewat dalam diskusi tentang kejadian ini.

Bagaimanapun, saya tahu tidak semua orang akan sepakat dengan apa yang saya tulis. Saya menyadari ada risiko bahwa tulisan ini mungkin memancing ketidaksukaan dari beberapa pembaca.

Namun, saya percaya bahwa menulis adalah bentuk tanggung jawab, bukan hanya terhadap diri sendiri tetapi juga terhadap kebenaran yang kita yakini.

Tulisan ini saya rilis bukan untuk menghakimi siapa pun, melainkan untuk mengajak kita semua berpikir lebih dalam tentang fenomena yang terjadi di sekitar kita.

Jika pada akhirnya ada yang merasa tidak puas, saya harap pembaca sekalian bisa melihat tulisan ini dari sudut pandang yang lebih luas.

Saya yakin, pemikiran pembaca sekalian tidak sesempit persepsi bahwa semua hal harus hitam dan putih-karena hidup, seperti yang kita tahu, lebih sering berada di area abu-abu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun