Selain itu, sebagai pengguna media sosial, kita harus menyadari bahwa tidak semua yang kita lihat adalah cerminan kehidupan nyata.
Mereka yang sering mengunggah masalah rumah tangga di media sosial mungkin hanya menampilkan sebagian kecil dari keseluruhan cerita mereka. Penting bagi kita untuk menjaga pikiran agar tidak terperangkap dalam narasi negatif yang dibangun oleh segelintir orang.
Pada akhirnya, Angka Pernikahan Turun bukan lagi soalan ekonomi dan kesiapan mental saja. Tapi ada  tambahan variabel baru berupa skeptisme terhadap pernikahan itu sendiri akibat paparan konten-konten "aib rumah tangga" tadi.
Jadi, kalau sampai kita atau orang di sekitar kita merasa skeptis terhadap pernikahan, setidaknya kita tahu dari mana perasaan itu berasal.
Di zaman ini, menikah atau tidak menikah adalah pilihan yang sangat pribadi. Namun, jika ketakutan untuk menikah hanya berasal dari paparan konten negatif di media sosial, mungkin sudah saatnya kita lebih bijak dalam memilah informasi.
Sebab, kehidupan pernikahan seharusnya bukanlah tontonan untuk umum. Seperti kata pepatah modern, "Apa yang terjadi di dapur, biarlah tetap jadi urusan dapur."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H