Mungkin akan lain ceritanya kalau ada perusahaan yang justru mencari pegawai dengan kualifikasi seperti pesimis, putus asa, minder, insecure, atau bahkan malas. Jika perusahaan seperti itu ada, mungkin kamu adalah orang yang tepat untuk mereka.
Namun, sejauh saya hidup di bumi Indonesia, rasanya perusahaan seperti ini sangat mustahil ada. Tapi, siapa yang tahu, berharap akan adanya perusahaan yang demikian ini sah-sah saja. Meskipun, menurut saya, menunggu panggilan dari perusahaan seperti ini mungkin sama beratnya dengan menunggu salju turun di Bekasi.
Bukannya tidak berempati terhadap situasi pekerja muda, saya pun paham betul bahwa mencari pekerjaan adalah perjuangan yang melelahkan. Tapi, kalau kita sudah memilih untuk membuat profil di LinkedIn, berarti kita juga perlu memahami cara bermainnya dong.Â
LinkedIn bukan Facebook, X, Instagram atau Tiktok, tempat kita bisa melampiaskan segala isi hati secara bebas. LinkedIn adalah etalase profesional kita, dan di sanalah kita harus bisa menunjukkan sisi terbaik kita.
Apalagi, kita juga hidup di zaman yang memberi banyak kemudahan untuk berkembang. Bahkan, ketika tidak ada panggilan kerja yang datang, kita bisa memanfaatkan waktu untuk belajar, menambah portofolio, atau bahkan terjun ke pekerjaan freelance.
Ada banyak platform yang bisa diakses, dari yang berbayar hingga yang gratis. Percayalah, menunjukkan kemauan untuk terus belajar dan berkembang jauh lebih menarik di mata perusahaan daripada menunjukkan kelemahan diri.
Jika saya harus memberikan pesan kepada teman-teman pekerja muda yang sedang berjuang mencari pekerjaan, mungkin pesan saya sederhana, gantilah #desperate itu dengan sesuatu yang lebih positif.Â
Coba bayangkan seandainya kita mengganti narasi keputusasaan dengan hal-hal seperti #EagerToLearn atau #ExcitedForNewChallenges. Bukankah itu lebih menarik untuk dilihat oleh calon perekrut?
Saya yakin, dengan sikap yang lebih positif dan penuh semangat, peluang yang kita inginkan akan lebih mudah datang. Mungkin tidak segera, tapi setidaknya kita tahu bahwa kita sudah menampilkan diri dengan cara yang benar, tanpa harus terlihat sedang memohon-mohon simpati.
Pada akhirnya, kita memang tidak bisa mengontrol siapa yang akan menerima kita bekerja, tapi kita bisa mengontrol bagaimana kita menampilkan diri. Memperlihatkan kekuatan diri, menunjukkan semangat belajar, dan menjaga optimisme bisa menjadi kunci yang lebih baik untuk menarik perhatian perusahaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H