Mohon tunggu...
Pangestu Adika Putra
Pangestu Adika Putra Mohon Tunggu... Desainer - Pekerja Visual

Nobody

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Semakin #Desperate, Semakin Sulit Dapat Kerja!

21 Oktober 2024   10:55 Diperbarui: 22 Oktober 2024   13:23 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Desperate. (Dok Pexels.com)

Bisa dibilang LinkedIn adalah etalase profesional kita. Apa yang kita tulis di sana menggambarkan siapa diri kita, termasuk di mata perekrut. Menunjukkan kekuatan diri, rasa percaya diri, dan kesiapan untuk menghadapi tantangan baru lebih bernilai di sana. Mungkin kita bisa mendapatkan simpati dengan curhat di X, FB, IG atau Tiktok, tapi di LinkedIn beda, kita perlu menunjukkan bahwa kita siap untuk bersaing dan berkembang.

Harusnya, di era teknologi seperti ini, kita bisa memanfaatkan banyak cara untuk mengasah kemampuan, bukan sekadar mengumbar keputusasaan. Ada banyak kursus online gratis, tutorial YouTube, atau bahkan platform-platform berbasis AI yang bisa membantu kita belajar skill baru.

Misalnya, ikut kursus digital marketing, desain grafis, atau belajar coding dari nol. Bahkan, hal-hal seperti itu bisa kita sertakan di profil LinkedIn kita lho, menunjukkan bahwa meski kita belum bekerja, tapi kita aktif mencari peluang untuk selalu berkembang.

Ini bukan berarti saya menutup mata terhadap sulitnya mencari kerja. Tapi, jika kita mau lebih bijak, ada cara-cara yang lebih baik dalam menghadapi situasi sulit tanpa harus mengorbankan citra diri. 

Bukan berarti kita membohongi diri atau dunia dengan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi, daripada menuliskan #desperate, lebih baik kita tampilkan semangat dan optimisme.

Jika kita membuka mata dan mau melihat dari sisi lain, teknologi juga membawa banyak peluang baru. Tidak hanya soal kursus online, tapi juga peluang untuk bekerja secara remote atau freelance. 

Platform seperti Upwork, Fiverr, atau bahkan membuka jasa sendiri di media sosial adalah kesempatan yang bisa dimanfaatkan sambil menunggu pekerjaan. Menambah pengalaman dan portofolio melalui freelance bisa menjadi salah satu cara untuk tetap aktif dan produktif di saat kita belum mendapat pekerjaan impian.

Dari sisi perusahaan, calon pegawai yang memiliki sikap optimis dan antusias tentu menjadi nilai tambah. Perusahaan selalu butuh orang-orang yang bisa memberikan solusi, bukan menambah beban. Mereka mencari orang-orang yang ulet, mau belajar, dan siap untuk tumbuh bersama perusahaan.

Ketika melihat profil yang penuh dengan curahan keputusasaan, wajar jika mereka jadi ragu. Setiap perusahaan tentu ingin memastikan bahwa karyawan mereka tidak mudah menyerah pada tantangan, bukan malah mudah terpuruk ketika menghadapi kesulitan.

Sebaliknya, saat perusahaan melihat kandidat yang memanfaatkan waktu luangnya untuk mengembangkan diri, yang menunjukkan inisiatif untuk belajar skill baru, mereka akan melihat potensi yang besar di sana. 

Mereka tahu bahwa kandidat tersebut tidak hanya menunggu nasib, tapi aktif mencari cara untuk memperbaiki diri. Ini menunjukkan bahwa ketika menghadapi masalah di pekerjaan nantinya, kandidat ini akan lebih tangguh dan tidak mudah menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun