Mohon tunggu...
Pangestu Adika Putra
Pangestu Adika Putra Mohon Tunggu... Desainer - Pekerja Visual

Nobody

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Penting Gak Penting, Desain Grafis untuk Kehidupan yang Lebih Baik

11 Oktober 2024   11:14 Diperbarui: 23 Oktober 2024   12:35 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Antara (link)

Saya paham, ada banyak faktor di balik desain-desain tersebut budget misal. Tapi, murah bukan berarti harus murahan, kan? Seharusnya ada cara untuk membuat desain yang sederhana tapi tetap efektif, yang tidak harus mengorbankan selera visual. Apalagi kalau tujuan akhirnya adalah menarik perhatian calon pelanggan.

Komunikasi visual itu sebenarnya kayak seni bicara. Kalau terlalu berlebihan, orang malas dengar. Kalau terlalu lemah, orang nggak peduli. Memilih desain yang tepat itu ibarat memilih kata-kata yang pas dalam percakapan, harus ada keseimbangan antara keindahan dan kejelasan.

Di dunia yang serba visual seperti sekarang, konsistensi dalam branding menjadi kunci. Coba deh lihat merek-merek besar seperti Coca-Cola atau Apple. Mereka nggak pernah main-main soal visual. 

Di setiap sudut, di setiap billboard, baliho, banner mereka tetap tampil seragam, nggak pernah salah pilih warna, nggak pernah pakai font yang bikin sakit mata. Mereka tahu, branding bukan soal sekali tampil, tapi soal bagaimana orang mengingat mereka.

Saya sering merasa gatel ingin turun tangan. Saya ingin sekali bilang, "Pak, Bu, coba pakai font yang lebih elegan sedikit, warna yang lebih kalem, atau mungkin spasi yang lebih manusiawi?" Tapi ya, mana mungkin. Nyatanya, tidak semua orang melihat visual branding dari sudut pandang saya. Dan mungkin, mereka juga nggak peduli.

Kadang saya mikir, apa saya terlalu berlebihan? Apa saya yang kurang realistis, mengharapkan estetika di tempat-tempat yang bagi orang lain tidak terlalu penting? Tapi kemudian saya ingat, bahwa branding bukan cuma soal seni atau estetika. Ini soal strategi, soal bagaimana kita membentuk persepsi orang terhadap sebuah merek.

Setiap kali saya lihat desain yang kureng, saya merasa ada potensi yang terbuang. Bukan hanya karena desainnya jelek, tapi karena pesan yang ingin mereka sampaikan akhirnya terdistorsi. Dan itu menyedihkan, terutama karena saya tahu betapa powerful-nya sebuah visual yang ditata dengan benar.

Banyak orang mungkin berpikir, "Yang penting pesan sampai, nggak usah neko-neko." Tapi bagi saya, desain bukan cuma soal informasi sampai atau tidak. Ini tentang bagaimana informasi itu diterima. Apakah orang merasa tertarik? Apakah mereka nyaman melihatnya? Atau malah jadi pengen cepat-cepat buang muka karena visualnya kureng?

Sebelum ada yang salah paham, saya perlu klarifikasi dulu, bukan berarti saya merasa lebih pintar atau sok perfeksionis. Saya paham betul, membuat desain yang baik itu bukan perkara mudah. Ada banyak sekali variabel yang terlibat, mulai dari budget, waktu, hingga selera klien yang kadang sulit diprediksi. Ini bukan tentang menyalahkan siapa pun, apalagi merendahkan pekerjaan teman-teman di bidang kreatif lain.

Sekali lagi, saya bukan sedang mencoba jadi hakim estetika. Saya hanya menyayangkan kalau kesempatan untuk membuat komunikasi visual yang bagus, yang bisa meningkatkan kualitas brand atau bisnis, malah terbuang karena kurangnya perhatian terhadap detail kecil dalam visual atau desain. Seandainya saja lebih banyak pebisnis yang paham betapa pentingnya melibatkan desainer profesional, mungkin kita bisa melihat wajah kota yang lebih estetik, bukan?

Dan sebelum ada yang menuduh saya lagi promosi jasa desain atau branding, saya tegaskan: saya nggak sedang jualan. Di Indonesia ini, banyak sekali agency branding, agency marketing, studio desain, atau profesional yang siap membantu. Kalau kita sadar bahwa urusan komunikasi visual bukan bidang yang kita kuasai, ya kenapa nggak melibatkan mereka saja? Pilih yang paling relevan buat bisnis kita, tanyakan biayanya, komunikasikan budget yang kita punya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun