Mohon tunggu...
Djho Izmail
Djho Izmail Mohon Tunggu... Administrasi - Pejalan kaki yang lambat

Bercerita dari Kampung Bermukim Maya di: https://pangeranrajawawo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tanggal Beracun

1 Oktober 2015   05:31 Diperbarui: 1 Oktober 2015   06:49 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Ada gombal lain yang lebih berkelas???” perempuan itu dengan senyum simpul.

“ Ada!!”

“ Apa???”

“ Saya mau kamu tinggal di hati saya selamanya…” Nando serius menatap mata Noni. Tanpa menunggu kalimat balasan, Nando langsung mengambil kalung berliontin 14 dari saku jaketnya. Dipakaikan kalung itu pada leher perempuan di sampingnya dengan sangat hati-hati dan penuh perasaan.

“ Kau tahu, kenapa liontinnya 14. Itu karena saya ingin kita selalu mengingat hari ini dan inisial kita juga berada pada urutan empatbelas.” Nando mantap dengan kata-tanya. Noni cuma membisu. Dalam hati ia merasa sangat bahagia karena mimpinya sudah menjadi kenyataan. Nando sosok lelaki yang ia idamkan selama ini.

“ Saya juga sayang kamu Nando. Sangat…”

Mereka asyik memadu kasih di tengah alam yang pekat oleh awan hitam pencurah hujan. Sementara di kejauhan seorang menatap dengan geram. Hatinya patah berkeping-kepin melihat pemandangan itu. Ia tak rela salah satu diantara mereka yang ia lihat yang juga merupakan idamannya menjadi milik orang lain. Bara semakin menyala menjadikannya api yang berkobar penuh amarah.

---oo0oo---

Sore tanggal empatbelas februari. Sore dengan rona jingga di ufuk barat. Tak ada gerimis. Matahari berbinar keemasan mengintip dari bukit. Langit biru terang. Cuma beberapa awan kecil keriting yang berarak sendiri-sendiri.

Noni sudah mantap dengan dandanannya. Lipstik merah pucat menghiasi bibir tipisnya. Rambut panjangnya dibiarkan terurai tidak diikat. Gaun merah marun dengan panjang selutut tampak pas di badannya. Dengan high heels lima senti ia berjalan anggun menuruni lima anak tangga di teras rumahnya. Di apitnya tas ukuran sedang berwarna coklat gelap di lengan kirinya. Ia akan ke tempat biasa untuk bertemu kekasihnya, Nando.

Sore itu, kafe sederhana di Jalan Marilonga tampak lenggang. Berbagai hiasan dari pernak-pernik Valentine menambah semarak ruangan tersebut. Kursi-kursi nampak kosong tak terisi, padahal sudah pukul tujuhbelas lewat lima puluh delapan menit. Pada keadaan biasa, jam begini orang sudah banyak. Lain hal dengan hari ini, cuma ada dua pengunjung di sudut kiri bagian depan. Mereka tampak mesra. Mungkin pelanggan memilih tempat lain yang dirasa lebih tepat untuk hari ini. Noni masih sendiri, memesan segelas soft drink setelah memilih tempat duduk di sudut kanan kafe itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun